Selasa, 03 Desember 2019

Kemaluannya Gatal-gatal, Ternyata Pria Ini Terjangkit Kutu Kelamin

Dalam sebuah laporan yang dipublikasi di New England Journal of Medicine (NEJM), para dokter dari Prancis berhasil merekam keberadaan kutu rambut kelamin (Pthirus pubis) pada seorang pasien. Bentuknya lebih kecil dibandingkan kutu kepala, punya kaki belakang yang tebal, dan memiliki cakar yang besar.

Awalnya sang pasien yang identitasnya dirahasiakan tersebut datang ke dokter di Nice, Perancis, mengeluh gatal-gatal yang tak kunjung reda selama tiga bulan. Saat itu pasien pria berumur 56 tahun tersebut langsung diperiksa dan dokter menemukan ada titik-titik hitam dibagian perut dan panggulnya.

Francois Desruelles selaku penulis laporan di jurnal mengatakan baru setelah memakai alat dermascope terlihat jelas adanya kutu.

"Kutu kelamin atau yang juga dikenal sebagai kutu kepiting karena bentuknya ini dapat menyebabkan rasa gatal yang intensif. Pasien berhasil diobati dengan cara mencukur rambut kemaluan dan perutnya serta pengaplikasian krim permethrin 5% selama 8 jam," ujar Desruelles seperti dikutip dari NEJM pada Selasa (29/12/2015).

Kutu kelamin sendiri sebetulnya adalah kutu yang biasa menjadi parasit di hewan seperti gorila. Sekitar 3,3 juta tahun yang lalu kutu tersebut berevolusi untuk juga menjangkiti manusia terutama di area di mana ketebalan bulunya serupa dengan gorila.

Tanda-tanda dari hadirnya kutu dapat dilihat dari apakah ada bekas sisa darah di kulit, rasa gatal, atau ada bubuk-bubuk hitam di celana dalam. Kutu biasanya menyebar saat seseorang melakukan hubungan seks.

Rambut Kemaluan Juga Ada Kutunya

Kutu tak hanya hinggap di rambut kepala. Makhluk kecil yang menjengkelkan itu juga suka hinggap di bagian tubuh lainnya yang ditumbuhi rambut seperti ketiak, janggut, dada bahkan rambut kemaluan.  http://kamumovie28.com/final-recipe/

Kutu kemaluan atau sering disebut dengan kutu kepiting (crabs) adalah serangga parasit yang ditemukan terutama di daerah kemaluan atau alat kelamin manusia. Istilah kepiting diberikan karena tampilan mikroskopiknya yang menyerupai kepiting.

Nama organisme yang sering disebut kutu kemaluan adalah Pediculosis pubis. Kutu lain yang sering menginfeksi manusia adalah Pediculus humanus capitis (kutu kepala) dan Pediculus humanus corporis (kutu badan).

Kutu kemaluan kebanyakan ditemukan pada remaja. Penularan biasanya terjadi selama aktivitas seksual. Namun, hal itu juga dapat terjadi melalui kontak fisik dengan objek yang terkontaminasi seperti toilet kursi, seprai dan selimut. Bahkan, beberapa wanita mendapatkan kutu kemaluan ketika mencoba pakaian renang.

Kutu kemaluan memiliki morfologi yang berbeda dari kutu kepala dan kutu badan, yaitu agak bulat dengan tiga pasang kaki pada kedua sisi tubuh (seperti kepiting).

Dibandingkan dengan kutu lainnya, usia kutu kemaluan betina sedikit lebih pendek (3 minggu) dan menghasilkan telur lebih sedikit per hari (3 telur). Telur menempel pada pangkal batang rambut kemaluan selama sekitar 6 sampai 8 hari sebelum menetas.

Dilansir Emedicinehealth, Selasa (26/10/2010), berikut penyebab dan penularan kutu kemaluan:
Sumber infeksi kutu kemaluan adalah kontak intim dengan orang yang terinfeksi
Karena penularan terjadi selama hubungan intim, hubungan seksual yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyebaran kutu kemaluan.
Kutu kemaluan juga dapat ditularkan melalui kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi seperti handuk, seprai atau pakaian.
Kutu tidak melompat atau terbang, maka kontak sebenarnya diperlukan untuk transmisi. Seorang individu mungkin memperoleh infeksi karena tidur bersama atau dari handuk.
Kucing, anjing dan hewan peliharaan lainnya tidak terlibat dalam penyebaran kutu manusia  http://kamumovie28.com/goat/

Studi: Terlalu Banyak Duduk dan Kurang Olahraga Sebabkan Diabetes

Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit metabolisme yang menyerang orang dewasa. Studi menyebut risiko terserang diabetes meningkat jika melakukan dua hal ini. Apa itu?

Peneliti Dr Janne Tolstrup dari University of Southern Denmark, Copenhagen, mengatakan terlalu banyak duduk dan kurang olahraga berperan besar dalam meningkatkan  risiko terserang diabetes tipe 2, terutama bagi orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Kabar baiknya, risiko ini juga dipengaruhi oleh frekuensi olahraga dan berat badan. Dr Tolstrup mengatakan risiko diabetes bisa berkurang jika aktivitas fisik diperbanyak meskipun waktu duduk lebih dari 8 jam per hari.

"Jika Anda memiliki berat badan normal dan tidak mungkin menghindari duduk terlalu lama karena pekerjaan, usahakan diri Anda untuk lebih aktif bergerak di waktu senggang. Hal ini dapat mengurangi risiko terserang diabetes," tutur Dr Tolstrup, dikutip dari Reuters, Kamis (24/3/2016).

Studi Dr Tolstrup dilakukan kepada 72.000 orang. Kebiasaan duduk dan jam kerja mereka dipantau selama periode 2007 dan 2008. Lima tahun kemudian, Dr Tolstrup dan timnya mengecek risiko diabetes partisipan.

Kurang lebih 50 persen partisipan duduk selama 6,3 jam per hari. Ditemukan juga bahwa mereka yang duduk lebih dari 10 jam per hari biasanya berumur muda, berpendidikan tinggi, kurang aktivitas fisik dan memiliki kelebihan berat badan.

Hasil penelitian menemukan bahwa mereka yang duduk lebih dari 10 jam per hari berisiko lebih tinggi 15 persen mengidap diabetes daripada mereka yang duduk kurang dari 6 jam per hari. Peneliti menyebut berat badan dan aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap peningkatan risiko.  http://kamumovie28.com/sword-master/

Studi: Pria dengan Psoriasis Lebih Rentan Alami Disfungsi Ereksi

Psoriasis tak sekadar hanya masalah kulit saja tetapi juga berkaitan dengan kesehatan seksual pria. Setidaknya, itulah yang diungkapkan studi terbaru dari Guangdong Provincial Dermatology Hospital, Guangzhou.

Dalam studi tersebut, disebutkan bahwa pria dengan psoriasis lebih rentan mengalami disfungsi ereksi. Masalah seksual juga lebih mungkin dialami ketika psoriasis dibarengi dengan depresi atau penyakit penyerta lain seperti diabetes atau hipertensi. Untuk studi ini, tim peneliti yang diketuai dr Suyun Ji mengamati fungsi seksual 191 pasien dengan psoriasis dan yang tidak mengalami psoriasis.

"Sebanyak 53 persen pria dengan psoriasis mengalami disfungsi ereksi sedangkan pada kelompok yang sehat hanya 40 persen. Selain itu, pasien psoriasis lebih banyak melaporkan tingkat disfungsi ereksi yang parah sedangkan orang yang sehat mengeluhkan disfungsi ereksi dengan kadar ringan," tutur dr Ji, dikutip dari Reuters, Senin (28/3/2016).

Selain disfungsi ereksi, pria dengan psoriasis harus menjaga kondisinya seperti kadar gula darah, tekanan darah, kadar kolesterol, dan kadar lemak darah untuk mengontrol disfungsi ereksi yang dialami. Disfungsi ereksi parah juga dialami 6 persen pria dengan psoriasis sedangkan pada pria tanpa psoriasis, disfungsi ereksi parah hanya dialami sekitar 2 persen orang.

Hanya saja, dr Ji menekankan keterbatasan penelitian ini yakni sample diambil secara acak. Sehingga, tingkat kenyamanan pria untuk membicarakan masalah seksual tidak bisa ditentukan. Meski begitu, dr Ji berpendapat temuan ini bisa merekomendasikan pria dengan psoriasis untuk melakukan skrining rutin terkait disfungsi ereksi juga penyakit kardiovaskular lainnya.

"Seringkali orang dengan psoriasis mengalami obesitas dan memiliki faktor risiko lain terkena penyakit kardiovaskular. Psoriasis yang terjadi pada penis juga bisa membuat pria tidak nyaman bercinta dan tidak percaya diri dengan penampilannya sehingga fungsi seksual mereka terganggu," kata dr Alejandro Molina-Leyva, dokter kulit di Complejo Hospitalario Torrecardenas, Almeria, Spanyol yang tidak terlibat dalam studi.

Sementara, dokter kulit di England NHS Foundation Trust, Birmingham menuturkan setiap orang yang mengalami disfungsi ereksi, terlapas dari ia mengalami psoriasis atau tidak, tetap harus periksa ke dokter. Apalagi, kini sudah banyak terapi yang bisa dilakukan guna mengatasi disfungsi ereksi sehingga problem pria di ranjang bisa dihindari.  http://kamumovie28.com/the-big-short/