Selasa, 31 Desember 2019

Harga Tiket Trans Snow World, hingga Cara ke Sana

 Trans Snow World menawarkan berbagai pengalaman bermain salju. Nah, berapa sih harga tiket serta akses ke sana? Yuk simak.

Wahana permainan Trans Snow World sendiri telah diresmikan pada 24 Maret kemarin. Fasilitas suhu ruangan mencapai 10 derajat celsius.

Berikut fakta-fakta Trans Snow World yang dirangkum detikcom dari berbagai sumber:

1. Harga Tiket Masuk

Harga tiket Trans Snow World dipatok Rp 200.000 untuk hari kerja dan Rp 275.000 untuk hari libur. Sedangkan untuk beberapa permainan dibutuhkan biaya tambahan menyewa peralatan.

Misalnya, untuk snow tube double seharga Rp 80.000, snow tube singel Rp 30.000, ski Rp 100.000, basic slegde Rp 30.000, snow scooter Rp 30.000, racer sledge for 2 Rp 80.000, braker sledge Rp 50.000, dan zoro ball Rp 50.000.

2. Wahana

Terdapat empat wahana bermain di Trans Snow World. Pertama, snow yakni playground salju, ski area bermain ski, sliding arena berliku beramin slege, dan zorb ball, atau arena bergelinding menggunakan bola plastik.

3. Lokasi

Trans Snow World beralamat di Jalan H Juanda nomor 170, Bekasi, atau berada di dalam Transpark Juanda. Cara ke Trans World Bekasi pun bisa dilakukan dengan menggunakan bus TransJakarta koridor B21 (Bekasi Timur-Grogol) dan turun di Halte Carrefour.

Sedangkan, untuk angkutan umum (angkot) bisa turun di terminal Induk Bekasi yang terletak 650 meter dari Trans Snow World.

Borobudur, Tak Hanya Cantik Tapi Menarik

Borobudur, candi yang terletak di Magelang ini memang sering menjadi destinasi wisata untuk berfoto karena bentuknya yang cantik. Tingginya tangga menuju puncak stupa tidak akan menyurutkan langkah karena bisa melihat keindahan alam dari atas.

Apa yang terbayang di benakmu kalau disebut Borobudur? Candi besar? Ratusan stupa? Relief berisi sejarah? Rasa penasaran ingin sampai ke puncak stupa? Itu juga yang ada dalam benakku sebelum menginjakkan kaki ke Borobudur.

November 2018, aku berkunjung bersama keluarga besar ayah. Kami berangkat dari Depok, Jawa Barat dan ini perjalanan pertama kami ke sana. Rombongan kami terdiri dari sebelas orang, dan sembilan di antaranya berusia di atas 50 tahun. Ada nenekku yang tahun ini menginjak usia 81 tahun.

Mereka tidak protes saat aku memilih Borobudur sebagai destinasi awal perjalanan kami. Saat aku ceritakan tentang candi Budha tersebut dan rasa penasaranku, mereka menanggapi antusias. Bahkan, saat ELF yang menjemput kami datang, mereka menyerbu tak sabaran.

Spanduk dan umbul-umbul Borobudur Run tampak di kiri dan kanan saat kami memasuki kawasan candi penuh sejarah itu. Kami antusias dan sangat bersemangat, ELF menurunkan kami di dekat penjual aneka souvenir lalu mencari parkiran. Kami tak sabar jika harus menunggu ELF mencari parkir. Dengan semangat penuh, kami melangkah ke Borobudur.

Semua prosedur kami lakukan. Membeli tiket, pemeriksaan tas, juga menitipkan snack yang kami bawa dari Jakarta. Kami juga membeli tiket mobil keliling untuk mencapai candi. Sebelum menginjakkan kaki ke Borobudur, aku membayangkan akan melihat bangunan candi yang tinggi dari kejauhan. Namun nyatanya, saat berkeliling, aku tak melihat tanda-tanda ada candi. Sampai mobil itu berhenti, dan kami berbaur dengan pengunjung lain.

Akhirnya aku menemukan Candi itu, Candi Borobudur. Rasanya ingin mengusap stupa dan menikmati aneka cerita yang terpahat di relief. Keluargaku ambil posisi di depan tulisan 'Borobudur'. Aku, seperti biasa jadi tukang foto, tak sabar menunggu mereka puas berfoto. Candi dan orang yang berbondong-bondong menaiki tangganya seakan memanggilku untuk segera bergabung.

Tapi keluargaku berjalan lurus meninggalkan candi. Mereka ingin menuju destinasi selanjutnya, karena yang terpenting bagi mereka adalah foto.

Buyar khayalanku mengelus-elus stupa dan menikmati relief. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti mereka. Menatap Borobudur yang semakin lama makin menjauh, sampai akhirnya tak terlihat lagi saat aku sudah di pintu keluar. Dalam hati aku berharap semoga ada kesempatan lagi untuk mengunjungi Borobudur.

Bagaimana kalau aku ke Dubai? Single trip ke Dubai sepertinya menarik. Buat aku, Dubai itu kota masa depan, dengan segala teknologi kekinian dan kehidupan masyarakatnya. Jujur, aku terprovokasi kala melihat berita tentang Dubai. Katanya, di sana mobil mewah biasa wara-wiri, bahkan katanya ada motor terbang yang dipakai para polisi. Aku ingin membuktikan itu semua dengan mata kepalaku sendiri.

Selain itu, aku bisa naik Burj Khalifa sampai puncak tertinggi yang dibuka untuk umum, dan melihat pemandangan Dubai dari sana. Aku akan melakukan itu, bukan sekadar foto di bawahnya. Aku ingin merasakan perbedaan waktu antara lantai bawah Burj Khalifa dengan lantai teratas. Katanya, saat Maghrib beda waktunya mencapai dua menit.

Memukau, Ini Keindahan di Atas Puncak Bukit Kandis

Terletak di Kabupaten Bengkulu tengah, Bukit Kandis menjadi wisata yang menjadi piihan para pecinta alam. Lelahnya mendaki dan jalanan terjal yang dilewati akan terbayarkan ketika Anda melihat keindahan alam di puncak.

Untuk melihat pemandangan Indah dari Bukit Kandis, Anda harus mendaki dan melewati jalanan yang terjal. Keindahan alamnya tidak akan membuat Anda menyesal saat sampai di puncak.

Bukit Kandis, begitu warga sekitar sini akrab menyebutnya karena konon, bukit ini memang ditumbuhi oleh tanaman kandis dari bawah hingga atas bukitnya. Namun, lambat laun pohon kandis itu musnah karena bukit ini dijadakan sebagai ladang galian batu oleh warga setempat. Seiring berjalannya waktu bukit ini pun menjadi objek wisata pendakian.

Bukit ini sudah menjadi objek wisata setempat yang sudah ramai dikunjungi oleh wisawatan yang terletak di Desa Durian Demang, Kabupaten Bengkulu Tengah. Jarak dari simpang Desa Durian Demang yang ditandai berupa gapura hingga sampai ke lokasinya ialah sejauh 650 m atau sekitar 20-30 menit.

Jalurnya berbatu dan cocok sekali untuk dijadikan ajang off road dan nge-trail. Disarankan menggunakan motor gigi jika ingin ke sini karena jalannya cukup menantang dan berbatu. Jika menggunakan motor matic, kamu akan kesulitan untuk melewati jalurnya.

Jalannya tidak seluruhnya berbatu, tetapi sebagian sudah ada yang diaspal. Terakhir, saya berkunjung ke sini pada bulan Juni dan sebagian besar jalannya sudah mulai diperbaiki dan dibuat bagian-bagian untuk diaspal.

Perjalanan ke sini sangat menegangkan karena benar-benar harus melatih konsentrasi dan keseimbangan ketika berada di jalan berbatu yang menanjak dan menurun. Sebelum masuk ke gapura yang ke dua, kamu akan menemukan sekelompok anak muda yang bertugas menjual karcis masuk seharga Rp 5.000 untuk satu motor. Tidak jauh dari gapura ke dua, kamu akan sampai di lapangan parkir yang sangat luas dan juga ada warung-warung kecil penduduk setempat.

Jangan senang dulu, karena perjuangan kita belum berakhir, tapi baru saja dimulai. Untungnya saya sudah membawa air minum, menggunakan masker dan memakai topi.

Awalnya saya disarankan oleh salah satu teman untuk membawa peralatan ini karena saya kira hanya untuk keperluan foto. Saya pun semangat membawanya, namun ternyata memang sangat di luar ekspektasi. Motor tidak boleh naik sampai ke lokasi bukit dan harus ditinggalkan di parkiran. Alhasil, kami harus berjalan kaki.

Awalnya, saya dan teman-teman masih tertawa riang sambil membuat story yang akan di upload di sosial media karena sinyal di sini sangat bagus. Kami melewati jalur setapak yang sudah disemen ini sambil bersenandung ria dan menari. Jalannya berkelok-kelok dan menanjak.

Sudah beberapa kelokan, kami belum juga sampai dan hari sangat terik. Kira-kira sudah sekitar 10 menit kami berjalan di jalur ini, ujung-ujungnya kami menyerah dan memilih duduk sejenak di pinggir jalan sambil menunggu rombongan lain yang masih berada di bawah. Rasanya tidak mungkin akan sampai karena kaki ini sudah lelah. Kami pun istirahat sebentar sambil menikmati bekal.

Kami melanjutkan perjalanan setelah berpikir bahwa turun juga bukan pilihan terbaik karena ini sudah setengah perjalanan. Akhirnya, kami kembali berjalan meski tertatih. Setelah 5 menit berlalu, kami tiba di lokasi pendakian Bukit Kandis. Tapi, tujuan kami ke sini bukan untuk mendaki, melainkan foto-foto saja.

Tiba di sini, kami langsung ditantang oleh sosok Bukit Kandis yang tinggi menjulang dengan kokohnya. Kami pun terperangah dan sontak mengeluarkan kamera untuk mulai berfoto. Sudah disediakan juga tempat berfoto di sini, berupa susunan bambu-bambu bertingkat. Banyak pula yang berfoto di batu-batu besar, saya sendiri lebih memeilih berfoto dipertigaan jalan dengan latar bukit kandisnya. Tidak hanya latar Bukit Kandis yang menjadi primadona di sini, tetapi juga ada ujung tebing yang jika difoto dari atas akan tampak seperti sedang berada di atas awan.

Walaupun treknya cukup mengejutkan dan tidak terduga bahwa akan dilalui dengan berjalan kaki, tapi lokasinya benar-benar mengagumkan. Banyak tanaman ilalang di sini yang sukses menjadi properti foto untuk kami. Banyak juga orang-orang datang ke sini untuk menyaksikan sunset dan sunrise.

Sungguh travelling yang menantang dan menguras tenaga. Tapi saya tidak pernah kapok karena sangat menyenangkan. Saya memiliki impian untuk bisa travelling ke seluruh dunia terkhusus ke Dubai. Saya sangat ingin ke Burj Khalifa dan menyaksikan keindahan Dubai dari puncaknya. Setelah itu saya juga ingin mengunjungi Palm Island dan Big Red sambil mengabadikan momen dan mencari inspirasi untuk membuat tulisan baru. Tunggu saya di Dubai ya.