Selasa, 31 Desember 2019

Pesawat Kenegaraan Jepang Dijual, Harganya Fantastis!

 Jepang mengumumkan untuk menjual pesawat kenegaraannya. Harganya pun tak murah.

Dilansir CNN, Sabtu (17/8/2019), pesawat VIP kenegaraan ini adalah pesawat besar atau berbadan lebar. Ditawarkan secara online, adalah Japanese Air Force One yang diproduksi oleh Boeing dengan jenis 747-400.

Pesawat ini telah menerbangkan 14 perdana menteri Jepang dan kaisar negara itu ke seluruh dunia. Dibangun pada tahun 1991, pesawat ini didaftarkan oleh Pasukan Bela Diri Jepang atau Japanese Air Self Defense Forces.

Kabin pesawat Japanese Air Force One itu telah dimodifikasi yang mencakup area kamar tidur, kamar mandi, ruang kerja dan lounge-nya. Pesawat ini masih memiliki jumlah kursi yang cukup banyak, yaitu sejumlah 85 buah, sebagai perbandingan, US Air Force One hanya memiliki kursi sebanyak 70 buah.

Selain ruang tamu yang mewah, dari foto-foto menunjukkan adanya kabin first class dan coach class. Pesawat itu juga memiliki 'secretary cabin' yang lebih kecil, yang disediakan untuk para pelayan ketika melayani Keluarga Kekaisaran dan sekretaris saat mengangkut perdana menteri.

Berapa harganya? Anda harus merogoh kocek sedalam Rp 398,8 M atau sebesar USD 28 juta untuk mendapatkan pesawat 747-400 modifikasi ini. Harga tersebut sebanding dengan keadaan kabin Japanese Air Force One yang masih terlihat seperti keluaran baru, menurut penjual.

Pesawat ini tidak banyak digunakan dengan usianya yang sudah menginjak 28 tahun, yakni hanya memiliki 16.332 jam terbang. "Ini salah satu jam terbang terendah Boeing 747-400 di dunia. Pesawat dipertahankan dengan standar setinggi mungkin," jelas penjual.

747-400 adalah salah satu dari dua transportasi resmi VIP. Keduanya telah pensiun dan digantikan sepasang Boeing 777-300ER, menurut Aviation International News.

Di belahan lain dunia, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador menjual pesawatnya versi Air Force One ketika ia berkuasa pada bulan Desember.

"Saya tidak akan naik ke pesawat kenegaraan. Saya akan merasa malu. Wajah saya akan dipenuhi rasa malu jika saya naik pesawat yang begitu mewah di negara yang sangat miskin," kata Lopez dalam sebuah video yang diposting di Twitter pada bulan September lalu.

Hingga berita ini dibuat, Japanese Air Force One belum terjual. Nantinya, hasil penjualan akan digunakan untuk membantu mendanai upaya pemerintah Meksiko mengurangi migrasi dari Amerika Tengah ke AS, menurut Reuters.

Stadion Sepakbola Ini Adalah Bangunan dengan Toilet Terbanyak Sedunia

Fans bola pasti tidak akan menyangka. Inilah stadion sepakbola yang terkenal, namun juga menjadi bangunan dengan toilet terbanyak sedunia.

Dirangkum detikcom, Sabtu (17/8/2019) bangunan dengan jumlah toilet paling banyak di dunia adalah Wembley Stadium. Stadium sepak bola yang berada di Wembley, Inggris ini memiliki toilet sebanyak 2.618 buah.

Jumlah yang fantastis bukan? Namun wajar saja, karena stadium ini memiliki 90.000 bangku. Serta Stadium Wembley adalah stadium bola paling besar di Inggris dan nomor dua terbesar di Eropa.

Dalam akun Twitternya, Wimbley Stadium juga menyatakan bahwa jumlah toilet mereka lebih dari dua ribuan. Postingan pada tanggal 27 Agustus 2017 ini mendapat respon yang beragam dari netizen.

Stadium Wembley dibuka pada tahun 2007, setelah bangunan aslinya dihancurkan pada 2002-2003. Stadium ini juga menjadi rumah bagi pertandingan England National Football, FA Cup Final serta pertandingan bola lokal. Traveler penggemar bola mungkin tidak asing dengan stadium ini. Selain untuk pertandingan sepakbola, stadium juga rumah bagi event konser musik dan liga rugbi.

Stadium terbesar di Inggris ini memiliki atap yang bisa ditarik sesuai arah mata angin. Hal ini membantu untuk perawatan rumput lapangan yang menyesuaikan dengan arah matahari. Juga untuk mengkondisikan lapangan di bawah matahari selama pertandingan.

Adapun fasilitas yang ada di Wembley Stadium yaitu cafe yang menjual ragam makanan dan minuman yang tersebar di 5 tingkat gedung. Juga pintu khusus untuk pengunjung yang membutuhkan kursi roda, semi-ambulan, dan juga service dog.

Lada, Jejak Rempah dan Kehidupan di Belitung

Selama ini, pulau kecil di Barat Indonesia, Belitung dikenal sebagai wilayah pesisir dengan berbagai pantai cantik. Ternyata, ada jejak rempah di sana.

Apabila traveler pernah berkunjung ke Belitung, umumnya banyak ditemukan warung kopi. Kopi khas Belitung memang terkenal gurih dan cita rasanya. Namun, ada lagi satu rempah yang menjadi jejak sejarah Negeri Laskar Pelangi tersebut.

Belitung juga dikenal sebagai penghasil tambang timah sejak abad ke-16. Ditambah, lokasi Belitung juga menjadi penghasil tanaman lada. Hal inilah yang membuat VOC kemudian menjalin kerja sama dengan Kesultanan Palembang untuk memasok lada ke wilayah Eropa.

Kekayaan rempah lada pun masih berlanjut hingga kini. Warga Belitung masih menjadi petani lada untuk menyambung hidup, atau hanya sekadar meneruskan pekerjaan leluhur untuk menjaga dan melestarikan tanah rempah.

Misalnya saja di Desa Kacang Butor, sejumlah kepala keluarga dan ibu rumah tangga masih menjadi petani lada untuk meneruskan warisan turun termurun. Misal saja Harpan (45) yang sudah menjadi petani lada sekitar 20 tahun.

"Mulai bekerja sekitar umur 20-an, pekerjaan ini sampingan dari tambang," ujarnya saat ditemui detikcom baru-baru ini.

Harpan mengatakan, bahwa ia bersama warga sekitar pun gotong royong panen lada hingga melakukan berbagai proses hingga akhirnya dijual melalui distributor.

Luas lahan tanaman lada pun mencapai 2 hektar. Lahan pun dimiliki oleh sejumlah warga setempat. Selain lada, ada juga tanaman sawit di sekitarnya.

"2 hektar lahan bisa menampung 2 sampai 3 ribu pohon (lada dan sawit)," ujar Harpan.

Mulai dari lahan, tempat merendam hingga menjemur tanaman lada pun dilakukan di Desa Kacang Butor. Menurutnya, menjadikan lada hingga siap untuk digunakan memerlukan sekitar 2-3 minggu.

"Dari panen, kemudian direndam 2 minggu. Lalu kalau sudah direndam baru dijemur sekitar 2 hari,"

Tanaman lada yang awalnya berwarna hijau kemudian direndam dalam air dengan wadah khusus. Wadah ini terbuat dari terpal, yang berada di pinggir sungai.

Lada yang direndam selama 2-3 minggu tersebut akan berwarna coklat kekuningan. Inilah yang menandakan lada sudah siap diproses selanjutnya atau tidak.

Menurut Harpan, jenis lada hitam jauh lebih sulit ditanam dari lada putih. Karena pohon lada putih jika sudah dipanen bisa dipupuk kembali untuk menjadi buah tanaman yang baru.

"Biasanya dipupuk pas hujan, subur. Cepat prosesnya," kata dia.

Meski sudah menjadi warisan, namun nyatanya perdagangan lada di desa Kacang Butor dan wilayah Belitung lainnya tidak selamanya mulus. Kadang ada saja, beberapa faktor seperti minim panen atau bahkan harga yang jauh lebih murah dari patokan distributor.

"Sekarang (harga jual) lebih murah. 3 tahun lalu, bisa 170 ribu per kilo. Tetapi sekarang 40 ribu saja," tambah Harpan.

Harpan mengatakan, bahwa hal ini menjadi kendala besar untuk industri lada rumahan. Perkaranya, sejumlah rempah impor lebih diminati oleh ditsributor dan penjual karena terkadang dianggap lebih bagus.

Namun, lada Belitung acap kali memiliki kualitas yang tidak kalah saing. Misalnya dari segi rasa dan tekstur rempahnya.

"Masalah harga sedang mau di proses. Kadang lada impor suka lebih bagus, padahal di Belitung lebih bagus lagi. Kalau dari Thailand dan Vietnam agak panjang bentuknya, Belitung punya lebih pedas," tambah dia.

Meskipun begitu, warga sekitar masih konsisten untuk menekuni industri ini. Mereka masih menjadikan petani lada sebagai profesi turun temurun bahkan hingga anak cucunya nanti.

Tentu saja, hal ini juga harus diperhatikan khusus karena menjadi warisan budaya Indonesia dan dunia. Karena bukan saja menjadi nilai jual, tetapi juga sejarah panjang yang menjadi akar kekayaan Nusantara.