Pulau Bokori di Kendari adalah salah satu ikon wisata di Sulawesi Tenggara. Keindahan pasir putih dan pemandangan alamnya membuat betah dan tak ingin beranjak.
Pulau Sulawesi memang Indah, luasnya laut yang mendominasi pulau ini membuatnya menjadi begitu istimewa. Belum jauh kaki melangkah, kita akan disuguhkan pemandangan air laut dan kapal-kapal yang indahnya bak lukisan. Ini merupakan extraordinary traveling
Kali ini, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Pulau Bokori yang menjadi salah satu ikon wisata di Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabarnya pulau ini masih sangat asri.
Untuk mengunjungi pulau ini, kita harus menggunakan perahu, sebab letak pulau yang berada di tengah laut. Fasilitas penyewaan perahu penyeberangan saya temukan di sebuah kampung yang berada di pinggir laut, namanya Kampung Bajo.
Masyarakat di Kampung Bajo sudah terkenal sebagai masyarakat asli Pulau Sulawesi yang menggantungkan hidup dari hasil laut. Saya pun menemukan pemandangan perahu-perahu mereka yang bersandar di tiang-tiang kayu rumah.
Tak membutuhkan waktu lama untuk menyeberang dan mengelilingi Pulau Bokori, pasir putih pantainya langsung saja membuat mata terpana. Yang lama adalah menenangkan hati ketika sudah harus pergi meninggalkannya.
Tahun ini saya sangat berharap bisa berlibur ke luar negeri khususnya Dubai sebab kota ini sangat pesat perkembangannya. Tentu saat di sana yang saya ingin lakukan adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya.
Tak Hanya laut, Daratan Wakatobi Juga Indah
Dalam benak banyak orang, Wakatobi hanya tentang dunia bawah laut. Namun, sebenarnya surga Wakatobi juga terhampar di daratan.
Dari ketinggian sebelum mendarat di Bandara Matahora, jejeran pulau di Wakatobi memang sudah terlihat bagai pulau harapan. Daratannya timbul di tengah laut yang jernih dan bergradasi. Wakatobi terdiri dari 4 pulau utama, yang juga merupakan kepanjangan namanya, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Pulau Wangi-Wangi adalah pulau pertama yang dikunjungi wisatawan jika masuk lewat Bandara Matahora, sekaligus ibukota dari Kabupaten Wakatobi. Bila mendarat ke pulau ini, jangan buru-buru terjun ke bawah laut. Daratan Pulau Wangi-Wangi menyimpan sensasi petualangan yang menakjubkan. Ada delapan benteng bersejarah dan tiga gua berair terjun yang masih perawan. Benteng dan gua itu merupakan saksi sejarah yang mewarnai perjalanan Wakatobi hingga terkenal seperti sekarang ini.
Salah satu yang saya kunjungi ialah Benteng Keraton Liya, 7 km dari pusat Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, yaitu benteng peninggalan Kerajaan Buton. Terdapat masjid tua yang sering dikunjungi peziarah di dalam Benteng. Uniknya, di lapis luar benteng, terdapat desa adat Liya yang masih teguh memelihara tradisi. Desa adat ini terdiri dari rumah-rumah penduduk berarsitektur lokal yang terjaga dengan baik, mengingatkan saya dengan Desa Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Bila beruntung, kita dapat menyaksikan acara-acara adat yang masih mereka lakukan, tetapi waktu itu saya tidak beruntung.
Saya senang berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di suatu tempat wisata. Salah satu yang termasuk Dream Destination saya adalah Dubai. Seperti Wakatobi, Dubai bukan hanya tentang laut atau pantai. Dubai juga memiliki kawasan bersejarah yang sungguh menarik, seperti Hatta Heritage Village. Semoga suatu saat saya bisa berkunjung dan menuliskannya. Saya ingin menulis novel tentang Dubai.