Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Rabu (7/8/2019). Ia tiba untuk menghadiri Tomohon International Flower Festival dan meninjau KEK Tanjung Pulisan. Menteri asal Banyuwangi ini tidak membuang-buang waktu. Ia langsung memburu kuliner Bumi Kawanua.
Destinasi kuliner yang ditujunya adalah streetfood Koenya Koenya. Lantas apa ya yang disantap Menpar di sana. Menurut Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono, menu pilihan Arief adalah tude bakar.
"Pak Menteri dan rombongan sudah tiba di Manado dan langsung berburu kuliner. Pilihannya adalah street food Koenya Koenya. Di sini Pak Menteri menyantap tude bakar, cemilan tahu isi, dan ayam bumbu," papar Don dalam keterangannya.
Menurutnya, Arief menghabiskan waktu cukup lama di sana. Beliau sangat menikmati suasananya.
"Suasana di street food Koenya Koenya memang luar biasa. Nyaman sekali. Berbagai macam kuliner bisa ditemui. Yang pasti asik untuk nongkrong. Yang selera makannya banyak pasti terpenuhi kok," tambah Don lagi.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I, Rizki Handayani, kehadiran Menpar di street food akan menaikkan value kuliner Manado.
"Pak Menteri menjadi endorser yang bagus buat kuliner Manado, khususnya dengan konsep street food. Dan ini menjadi peluang bagus untuk mendatangkan wisatawan. Karena value kuliner Manado jadi naik," tutur Rizki, diamini Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.
Ia menambahkan, masakan nusantara memang mampu menggugah selera siapa saja. Karena, rasanya yang nikmat dan kaya akan bumbu.
"Kuliner Manado melengkapi kekayaan masakan Indonesia. Yang kita miliki itu sangat lengkap. Baik manis, pedas, semua sama nikmatnya. Kenapa bisa begitu? Karena rempah Indonesia sangat banyak. Dan banyak dicari. Itulah keunggulan masakan nusantara," ujarnya.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia memiliki jumlah kuliner yang berlimpah. Banyak makanan otentik.
"Indonesia memiliki lebih dari 5.350 resep asli tradisional. Dan resep ini telah menjadi warisan bangsa Indonesia. Setiap daerah memiliki kuliner sendiri. Inilah bukti kekayaan kuliner nusantara," kata mantan Dirut PT Telkom itu.
Menurutnya, kuliner tidak bisa dipisahkan dari pariwisata. Karena, saat berada di sebuah destinasi, wisatawan juga berburu kuliner.
Keren, Anak-anak Tengger Bikin Flashmob Jathilan Bromo 2019
Ada yang menarik pada Flashmob Festival Jathilan Bromo 2019. Pasalnya, video berdurasi 4 menit 12 detik tersebut lebih menonjolkan penari anak-anak asli Suku Tengger. Tak ada yang mengira bahwa mereka adalah anak yang tinggal di kawasan Bromo-Tengger-Semeru.
Pelaku Wisata Sigit Pramono mengatakan, flashmob Festival Jathilan Bromo memang bukan yang pertama dibuat. Sebelumnya, pernah viral di dunia maya flashmob yang diluncurkan oleh Yogyakarta. Namun, flashmob ini menjadi terkesan sangat istimewa karena lokasi pengambilan gambarnya di Segara Wedi atau Laut Pasir. Yaitu di latar depan Gunung Bromo yang sangat indah.
"Tengok saja remaja perempuan yang menari di barisan terdepan. Dia adalah Lisvianingrum, pelajar 14 tahun dari SMP Negeri 7 Sukapura, Probolinggo. Ada juga anak lelaki kelas 5 SD bernama Frandita Pudyas Lesmana. Tampilannya bak anak metropolitan. Rambut dikucir dengan anting-anting di telinga sebelah kiri," ujar Sigit dalam keterangannya, Rabu (7/8/2019).
Via dan Frandi akan tampil bersama 18 anak-anak lain dari SD Negeri Perbanas Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. SD yang dimaksud sempat hancur akibat erupsi besar Gunung Bromo tahun 2010-2011. Kemudian, SD ini dibangun kembali oleh Asosiasi Perbankan Indonesia (Perbanas).
"Dalam rangka pembuatan flashmob Festival Jathilan Bromo, anak-anak itu dilatih selama sehari oleh Dr. KRT Kuswarsantyo Tjondrowaseso. Seorang dosen di Universitas Negeri Yogyakarta yang dikenal sebagai Doktor Jathilan," jelasnya.
Menanggapi flashmob tersebut, Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari, mengaku sempat tidak percaya ketika melihatnya pertama kali. Awalnya, ia berpikir talent-talent yang ditampilkan adalah anak-anak sanggar tari dari daerah lain.
"Jujur, sebelumnya saya mengira anak-anak itu adalah murid Pak Santyo. Mereka cakep-cakep dan luwes menari jathilan. Setelah diberitahu bahwa mereka adalah warga asli Tengger, saya benar-benar sangat bangga," ungkapnya.
Puput mengatakan, Festival Jathilan Bromo merupakan pentas budaya tradisional, khususnya seni jatilan. Kegiatan ini digelar sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik kawasan wisata Bromo, yang selama ini sudah sangat dikenal sebagai destinasi wisata alam.