Jumat, 03 Januari 2020

Tiba di Manado, Menpar Berburu Kuliner Seafood di Pedagang PKL

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya, tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Rabu (7/8/2019). Ia tiba untuk menghadiri Tomohon International Flower Festival dan meninjau KEK Tanjung Pulisan. Menteri asal Banyuwangi ini tidak membuang-buang waktu. Ia langsung memburu kuliner Bumi Kawanua.

Destinasi kuliner yang ditujunya adalah streetfood Koenya Koenya. Lantas apa ya yang disantap Menpar di sana. Menurut Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono, menu pilihan Arief adalah tude bakar.

"Pak Menteri dan rombongan sudah tiba di Manado dan langsung berburu kuliner. Pilihannya adalah street food Koenya Koenya. Di sini Pak Menteri menyantap tude bakar, cemilan tahu isi, dan ayam bumbu," papar Don dalam keterangannya.

Menurutnya, Arief menghabiskan waktu cukup lama di sana. Beliau sangat menikmati suasananya.

"Suasana di street food Koenya Koenya memang luar biasa. Nyaman sekali. Berbagai macam kuliner bisa ditemui. Yang pasti asik untuk nongkrong. Yang selera makannya banyak pasti terpenuhi kok," tambah Don lagi.

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I, Rizki Handayani, kehadiran Menpar di street food akan menaikkan value kuliner Manado.

"Pak Menteri menjadi endorser yang bagus buat kuliner Manado, khususnya dengan konsep street food. Dan ini menjadi peluang bagus untuk mendatangkan wisatawan. Karena value kuliner Manado jadi naik," tutur Rizki, diamini Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Ia menambahkan, masakan nusantara memang mampu menggugah selera siapa saja. Karena, rasanya yang nikmat dan kaya akan bumbu.

"Kuliner Manado melengkapi kekayaan masakan Indonesia. Yang kita miliki itu sangat lengkap. Baik manis, pedas, semua sama nikmatnya. Kenapa bisa begitu? Karena rempah Indonesia sangat banyak. Dan banyak dicari. Itulah keunggulan masakan nusantara," ujarnya.

Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia memiliki jumlah kuliner yang berlimpah. Banyak makanan otentik.

"Indonesia memiliki lebih dari 5.350 resep asli tradisional. Dan resep ini telah menjadi warisan bangsa Indonesia. Setiap daerah memiliki kuliner sendiri. Inilah bukti kekayaan kuliner nusantara," kata mantan Dirut PT Telkom itu.

Menurutnya, kuliner tidak bisa dipisahkan dari pariwisata. Karena, saat berada di sebuah destinasi, wisatawan juga berburu kuliner.

Keren, Anak-anak Tengger Bikin Flashmob Jathilan Bromo 2019

Ada yang menarik pada Flashmob Festival Jathilan Bromo 2019. Pasalnya, video berdurasi 4 menit 12 detik tersebut lebih menonjolkan penari anak-anak asli Suku Tengger. Tak ada yang mengira bahwa mereka adalah anak yang tinggal di kawasan Bromo-Tengger-Semeru.

Pelaku Wisata Sigit Pramono mengatakan, flashmob Festival Jathilan Bromo memang bukan yang pertama dibuat. Sebelumnya, pernah viral di dunia maya flashmob yang diluncurkan oleh Yogyakarta. Namun, flashmob ini menjadi terkesan sangat istimewa karena lokasi pengambilan gambarnya di Segara Wedi atau Laut Pasir. Yaitu di latar depan Gunung Bromo yang sangat indah.

"Tengok saja remaja perempuan yang menari di barisan terdepan. Dia adalah Lisvianingrum, pelajar 14 tahun dari SMP Negeri 7 Sukapura, Probolinggo. Ada juga anak lelaki kelas 5 SD bernama Frandita Pudyas Lesmana. Tampilannya bak anak metropolitan. Rambut dikucir dengan anting-anting di telinga sebelah kiri," ujar Sigit dalam keterangannya, Rabu (7/8/2019).

Via dan Frandi akan tampil bersama 18 anak-anak lain dari SD Negeri Perbanas Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. SD yang dimaksud sempat hancur akibat erupsi besar Gunung Bromo tahun 2010-2011. Kemudian, SD ini dibangun kembali oleh Asosiasi Perbankan Indonesia (Perbanas).

"Dalam rangka pembuatan flashmob Festival Jathilan Bromo, anak-anak itu dilatih selama sehari oleh Dr. KRT Kuswarsantyo Tjondrowaseso. Seorang dosen di Universitas Negeri Yogyakarta yang dikenal sebagai Doktor Jathilan," jelasnya.

Menanggapi flashmob tersebut, Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari, mengaku sempat tidak percaya ketika melihatnya pertama kali. Awalnya, ia berpikir talent-talent yang ditampilkan adalah anak-anak sanggar tari dari daerah lain.

"Jujur, sebelumnya saya mengira anak-anak itu adalah murid Pak Santyo. Mereka cakep-cakep dan luwes menari jathilan. Setelah diberitahu bahwa mereka adalah warga asli Tengger, saya benar-benar sangat bangga," ungkapnya.

Puput mengatakan, Festival Jathilan Bromo merupakan pentas budaya tradisional, khususnya seni jatilan. Kegiatan ini digelar sebagai upaya untuk meningkatkan daya tarik kawasan wisata Bromo, yang selama ini sudah sangat dikenal sebagai destinasi wisata alam.

Kamis, 02 Januari 2020

Museum Al Quran Madinah, Tentang Cinta dan Sejarah Islam

Madinah menjadi kota impian bagi umat muslim dunia. Di sana juga ada Museum Al-Quran yang sayang untuk dilewatkan.

Bila temen-temen sedang ke Madinah dalam rangka umrah atau berhaji, tempat ini adalah salah satu wisata yang wajib masuk list kunjungan. Kebetulan saat umrah saya berkesempatan untuk mengunjungi tempat ini.

Umumnya orang yang sedang umrah akan bertandang ke destinasi ini, karena jaraknya yang memang amat dekat dengan kompleks Masjid Nabawi.

Karena dasarnya saya memang suka sejarah, saya antusias sekali untuk mampir ke Museum Al Quran ini.

Museum Al Quran, lokasinya hanya berjarak sekitar 10 menit berjalan kaki dari pintu 5 Masjid Nabawi. Bernama The Holy Quran Exhibition, museum ini mulai buka dari jam 09.00-14.00 dan 16.00-21.00 waktu setempat setiap harinya.

Untuk dapat masuk ke dalamnya, pengunjung tidak dikenakan biaya, alias gratis. Namun kita harus antri dahulu sesuai dengan rombongan.

Kebetulan saya ikut jadi satu rombongan umroh orang Indonesia. Dengan kata lain, rombongan saya digabung dengan kelompok umroh lain yang juga dari Indonesia, ini untuk mempermudah pemandu tour selama berkeliling di dalam museum.

Untuk perihal bahasa, tidak perlu dikhawatirkan, karena ternyata pemandunya juga orang Indonesia. Jadi rombongan tour bisa dengan mudah mendengarkan penjelasan seputar museum Al Quran ini. Museum ini terdiri dari 4 ruangan. Pertama kali masuk ruangan, kita akan disuguhkan sebuah Al Quran yang berusia ratusan tahun, tepatnya sudah ada sejak 949 tahun yang lalu.

Si Pemandu bercerita bahwa ini memang keutamaan dari kitab suci Al Quran, yang akan dijaga oleh Allah SWT sampai hari akhir nanti.

Memasuki ruangan ke dua, pengunjung akan melihat Al Quran yang ditulis di berbagai media. Seperti Al Quran yamg ditulis di atas kain oleh seseorang yang ternyata tidak jago bahasa arab namun dia seorang penghapal Al Quran.

Menuju ruangan ke 3, terdapat digitalisasi Al Quran. Di mana pengunjung dapat melihat sejarah Al Quran yang terjaga keasliannya dari jaman nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Cerita ini ditampilkan dalam layar besar yang bisa ditonton pengunjug Diterangkan juga kita sebagai umat muslim harus turut menjaga Al Quran ini. Di ruangan ini kita juga dapat mencoba gawai yang disediakan untuk mendengarkan murotal yang ada memakai headshet.

Ruangan ke 4 adalah ruangan terakhir di sini kita dapat melihat sejarah peradaban Al Quran dari masa ke masa. Mulai dari bentuk fisik Al Quran awal pemerintahan Sahabat nabi hingga ke jaman sekarang yang sudah maju peradabannya.

Nah menuju pintu terakhir, pengunjung bisa membeli Al Quran untuk diwakafkan ke masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Harganya juga cukup terjangkau yaitu 120 riyal untuk 4 buah Al Quran.

Seru banget kan di museum ini. Masuk ke museum ini membuat saya paham akan tentang Al Quran mulai dari sejarah hingga berbagai macam bentuk Al Quran yang ada di dunia ini.

Oh iya biasanya sehabis perjalanan umrah ada banyak travel yang pulang melayani rute transit menuju ke negara tetangga seperti Turki, Oman dan Uni Emirat Arab.

Kebetulan saat saya pulang Umrah kemarin sempat transit ke Uni Emirat Arab. Namun sayang transit waktu itu hanya 5 jam dan itu transit di kota Abu Dhabi. Padahal saya berniat ke salah satu kota destinasi terkenal dari Uni Emirat Arab ini yaitu Dubai.

Siapa sih yang tidak kenal dengan kota ini? kota yang pernah menjadi latar berbagai film Hollywood memang menjadi Dream Destination untuk saya. Selain terkenal dengan Burj Khalifanya ini, di Dubai ada museum yang merupakan gedung tertua di kota ini yaitu Museum Dubai.

Di Museum Dubai, kita dapat melihat sejarah kota ini dari awal berdiri sampai hingga kelihatan megah seperti saat ini. Selain itu gedung yang digunakan merupakan sebuah benteng yang dibangun dari tahun 1787. Museum Dubai ini yang ingin saya kunjungi bila ke Dubai nanti karena saya suka dengan akan sejarah sekaligus ingin mengetahui sejarah dari setiap kota yang saya kunjungi.