Minggu, 05 Januari 2020

5 Tempat yang Indah di Indonesia Saat Gelap

Blackout alias mati lampu total tidak selamanya menyebalkan. Ada 5 tempat di Indonesia yang justru tampak lebih indah saat gelap. Apa saja?

Kemarin, listrik padam di hampir seluruh Pulau Jawa, terutama di Jakarta, Jawa Barat dan juga Banten. Tapi tidak selamanya listrik mati itu bencana. 5 Tempat berikut ini justru indah saat gelap alias tidak ada cahaya.

Dikumpulkan detikcom, Senin (5/8/2019), inilah 5 tempat di Indonesia yang indah saat gelap:

1. Dataran Tinggi Dieng

Siapa yang menyangkal keindahan Dataran Tinggi Dieng saat malam? Langit bertabur bintang akan jadi suguhan utama traveler yang liburan ke kawasan ini.

Dari puncak Gunung Prau, jika langit sedang cerah, traveler bisa berburu foto Milky Way yang indah. Gelap justru mendatangkan berkah berupa keindahan bintang-bintang yang menghiasi langit Dieng.

2. Kawah Ijen

Kawah Ijen di Banyuwangi juga akan tampak indah di kala malam. Sajian api berwarna biru yang menyambar-nyambar tentu hanya bisa dinikmati saat gelap di malam hari. Tengah malam, traveler harus sudah mulai mendaki untuk bisa menikmati fenomea alam langka ini.

Konon api biru Ijen hanya ada di beberapa lokasi saja di dunia. Traveler yang pernah menyaksikan 'Blue Fire' Ijen ini termasuk orang-orang yang beruntung.

3. Tanjung Lesung

Tak jauh dari Jakarta, Tanjung Lesung jadi destinasi yang oke juga untuk dinikmati saat gelap malam. Buat para penggemar fotografi, berburu foto Milky Way di Tanjung Lesung harus masuk dalam daftar liburan kamu selanjutnya.

Jangan lupa bawa tripod, karena apalah arti jauh-jauh berburu foto Milky Way ke Tanjung Lesung kalau tidak membawa tripod.

4. Alun-alun Suryakencana

Bagi para pendaki gunung, nama Alun-alun Suryakencana sudah tidak asing lagi. Hamparan bunga Edelweis yang diterangi sinar bulan justru paling nikmat dilihat saat gelap malam.

Suasana syahdu akan tercipta dan bisa traveler nikmati bersama sahabat dan orang terkasih. Sesuatu yang tidak bisa traveler dapatkan di kota besar.

5. Gunung Lawu

Dari puncak Gunung Lawu, langit gelap malam akan terlihat jauh lebih indah. Percayalah, tidak akan ada yang menyamai kedahsyatan pemandangan langit Lawu di kala malam.

Gelap tidak selamanya muram, tergantung bagaimana kita menikmatinya. Menikmati gelap malam di puncak Gunung Lawu pasti akan terasa lebih menyenangkan dibanding gelap-gelapan di tengah hingar bingar ibu kota. Setuju?

Gua Gilap, Sumber Mata Air Tak Pernah Kering di Gunungkidul

Mari mengenal Gua Gilap di Gunungkidul. Tidak hanya menawarkan pemandangan indah stalaktit, di sini ada sumber mata air yang tidak pernah kering.

Berlokasi di Dusun Klumpit, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Gua Gilap dapat dicapai dengan melakukan perjalanan 1 jam 40 menit, atau 57 kilometer dari jantung Kota Yogyakarta. Namun, sesampainya di Desa Kenteng, pengunjung harus menyusuri jalan cor blok dengan kontur naik turun hingga Dusun Klumpit.

Memasuki Dusun Klumpit, pengunjung hanya perlu menuju SD Klumpit. Sesampainya di SD tersebut terdapat simpang 3 yang salah satu jalannya terbuat dari cor beton. Sampai di simpang 3 itu pengunjung harap mengambil jalur yang terbuat dari cor beton.

Menyusuri jalan tersebut, pengunjung akan mendapati pelataran yang cukup luas, selain itu terdapat plakat bertuliskan 'Gua Gilap'. Di samping plakat itu terdapat puluhan anak yang mengarah ke bawah, tepatnya ke Gua Gilap.

Menuruni puluhan anak tangga itu, pengunjung akan mendapati pintu masuk ke Gua Gilap. Tampak pula di mulut gua itu terdapat puluhan stalaktit yang memanjakan mata pengunjung.

Spot Freediving Pulau Weh Diangkat dalam Perlombaan Internasional

Kekayaan wisata bahari di Indonesia memang lengkap, salah satunya untuk freediving. Dikenal sebagai surga untuk freediving. Indonesia memiliki salah satu spot terbaik dunia yang ada di Pulau Weh, Sabang, Aceh.

Lewat Sabang International Freediving Competition 2019, kekayaan itu akan diangkat. Rencananya, kompetisi tersebut akan diselenggarakan November 2019 di Pulau Weh, Sabang, Provinsi Aceh.

Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata yang juga selaku Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Indroyono Soesilo, mengatakan Sabang International Freediving Competition 2019 adalah pelaksanaan tahun ke-3. Event ini pertama kali dilaksanakan tahun 2017. Bersamaan dengan Sail Sabang.

"Sabang punya bahari yang indah, terutama sangat cocok untuk freediving. Kompetisi dunia akan dilaksanakan di Sabang, dan kita harapkan, bukan hanya saat kompetisi saja mereka datang, namun persiapannya para freediver dunia akan tiba di Sabang berberapa bulan lamanya. Ini akan menguntungkan masyarakat, karena divers punya long stay yang panjang," kata Indroyono, dalam keterangan tertulis, Senin (5/8/2019).

Indroyono menambahkan, Kemenpar memberikan dukungan penuh untuk penyelenggaraan Sabang International Freediving Competition 2019 karena merupakan kejuaraan kelas dunia. Kemenpar akan terus mendorong pihak-pihak terkait untuk mempersiapkan training centre dive di Sabang. Selain itu, pihaknya juga akan mempersiapkan SDM yang punya keahlian freediving di Sabang.

"Dan tentunya yang lebih diutamakan adalah putra-putri Sabang, masyarakat asli Aceh yang nanti tentunya juga akan menyejahterakan. Saya yakin, yang alamiah akan segera tumbuh di Sabang dengan cepat. Terutama divers yang kuat menyelam lama, anak-anak muda Sabang akan lahir dengan sendirinya," ujarnya.

Menurut Indroyono, event tahunan ini bertujuan meningkatkan pariwisata bahari. Caranya dengan menjadikan Sabang sebagai destinasi wisata bahari kelas dunia.

Dengan terlaksananya event ini, Indroyono berharap Sabang dapat tampil sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia bagian barat. Sehingga pariwisata Sabang dapat berkontribusi mewujudkan 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Sementara itu, Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mengatakan Sabang dipilih karena lokasinya yang sangat strategis. Titik penyelaman freediving terletak tidak jauh dari pantai. Hanya sekitar 100 meter dengan kedalaman sekitar 120 meter. Selain itu, lokasi tersebut juga memiliki arus yang tenang dan nyaris tidak memiliki ombak.

"Sangat jarang ditemui lokasi penyelaman yang begitu potensial seperti ini, maka ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh sabang dan layak kita pasarkan," ujar Jamaluddin.

Jamaluddin menambahkan, kegiatan ini digelar oleh Pemrov Aceh, Pemkot Sabang, Kemenpar, Kemenko Maritim dan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS). Adapun pelaksanaan kejuaraan tersebut akan dilangsungkan pada bulan November 2019. Sementara dari Januari sampai Oktober, banyak penyelam berkunjung ke Sabang untuk berwisata. Mereka juga berlatih dan berupaya untuk memecahkan rekor free diving negara masing-masing di Sabang.

Menurut Jamaluddin, dalam sebuah event, lama menetap para atlet yang juga wisatawan, dapat mencapai sekitar 20 hari atau lebih lama.

"Waktu tinggal para wisman yang lama ini menggerakkan perekonomian daerah. Karena, pada saat itu, mereka butuh tempat menginap, makan dan sebagainya," ujarnya.

Sektor bahari di Sabang sendiri dinilai sangat menjanjikan. Event Sail Sabang 2017 misalnya, yang berhasil meningkatkan jumlah wisman ke Aceh. Dari 50.000 pada tahun 2015 menjadi 103.000 pada tahun 2018.