Kabupaten Semarang masih belum habis destinasinya. Ada spot instagramable berupa jalur kereta kuno di tepi Rawa peningnya.
Sekitar pukul 06.00 WIB, Sabtu (2/2/2019) detiktravel sampai di Desa Sumurup, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasinya tak begitu jauh dari pintu Tol Bawen dan layak dijadikan tempat bersantai sejenak jika melintas.
Suguhannya pemandangan tepi Rawa Pening yang asri, dijamin bikin mata dan pikiran segar setelah perjalanan. Selain itu, terdapat satu hal yang menjadi ciri khas tepian Rawa Pening, yakni rel kereta api kuno peninggalan zaman kolonial Belanda.
Rel kereta yang menghubungkan Ambarawa dan Tuntang ini memanjang di tepian Danau Rawa Pening. Jangan khawatir ada kereta lewat, sebab rel kereta ini sudah lama tidak aktif.
Hanya ada kereta wisata di hari-hari tertentu, dan selalu ada petugas yang berjaga jika ada kereta wisata yang hendak melintas.
Menikmati pemandangan Rawa Pening dari Desa Sumurup tak perlu mengeluarkan biaya. Pengunjung cukup membayar parkir kendaraan saja. Namun, jika pengunjung berniat mencari ikan segar, bisa saja langsung membeli kepada para nelayan yang berada di sekitar tepian rawa.
Latar foto populer di Desa Sumurup adalah jembatan besi baja yang berdiri kokoh di atas aliran Rawa pening. Jembatan itu terbuat dari besi setebal dua centimeter dan dikaitkan dengan pengait baja yang tertanam kuat di tanah.
Sedangkan di bagian bawah ditopang bantalan rel dari balok kayu jati tua. Silakan berkunjung dan nikmati pesona alam yang ditawarkan
Cerita Suku di Amazon yang Terancam Punah
Amazon terkenal dengan suku-sukunya yang tidak terjamah. Tapi yang ini kebalikannya, salah satu sukunya justru terancam punah.
Amazon merupakan suatu hutan belantara dengan luas 7 juta km persegi. Lokasinya di Benua Amerika Latin dan masuk di 9 negara, dari Brasil (60 persen hutan Amazon ada di negara ini) lalu Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis.
Sekitar 400 suku hidup menempati Amazon. 300 Sukunya sudah terdata, 100 sukunya masih belum terjamah. Namun salah satu suku di sana, justru punya cerita yang menyedihkan. Suku Guarani namanya.
Dilansir detikTravel dari Survival International, suatu organisasi yang peduli akan kehidupan suku-suku di dunia pada Sabtu (2/2/2019) suku Guarani merupakan salah satu suku terbanyak populasinya di Amazon. Mereka menempati negara Paraguay, Bolivia dan selatan Brasil.
Suku Guarani terbuka dengan dunia luar. Buktinya, 500 tahun lalu mereka menyambut dengan baik para penjelajah Eropa. Meski begitu, hingga kini mereka masih mempertahankan adat dan budayanya.
Mereka masih percaya akan roh leluhur, memberlakukan hukum adat dan lain semacamnya. Bahkan mereka punya julukan 'land without evil' artinya tidak ada kejahatan di dalam kehidupan sukunya.
Sama seperti suku-suku lainnya di Amazon, Suku Guarani hidup dengan cara berkebun dan berburu. Mereka memilih pesisir sungai sebagai tempat tinggalnya, yang memudahkan untuk mobilisasi.
Terancam Punah
Sayang, 1 dekade terakhir adalah masa kelam suku Guarani. Khususnya, mereka yang hidup di bagian selatan Brasil harus berjuang hidup. Mereka harus melawan oknum-oknum yang ingin menguasai tempat tinggalnya!
Oknum-oknum tersebut ingin menguasi tempat tinggal suku Guarani untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, pabrik dan lain-lain. Diming-imingi tempat tinggal lain, meski ujung-ujungnya mendapat kehidupan yang tidak layak.
Suku Guarani menolak keras. Bagi mereka, tanah tempat tinggalnya yang sudah ditempati para leluhur adalah tempat tinggal untuk selamanya.