Senin, 02 Maret 2020

Jokowi: Benteng Pendem Ngawi Direstorasi dalam 2 Tahun

 Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Benteng Pendem Ngawi kemarin. Ia menegaskan, benteng itu akan direstorasi dalam 2 tahun.

Hal itu dikatakannya dalam postingan Instagram resminya, Sabtu (2/2/2019). Jokowi menyebut Benteng Pendem adalah destinasi wisata yang populer di Provinsi Jawa Timur.

"Benteng Van den Bosch di Ngawi sudah lama jadi tujuan wisata populer kabupaten di Jawa Timur itu. Karena letaknya lebih rendah dari permukaan tanah sekitarnya, benteng ini dikenal pula dengan nama Benteng Pendem," ucap dia.

Ia menjelaskan pula tentang sekilas sejarah tentang Benteng Pendem Ngawi. Tersirat ia menyayangkan terbengkalainya benda cagar budaya itu.

"Benteng Pendem sudah berdiri hampir dua abad lamanya di pertemuan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Madiun. Seiring dengan waktu, seperti yang saya saksikan saat berkeliling benteng ini kemarin, banyak bagian bangunan yang rusak dan terbengkalai. Padahal, sebagai bangunan peninggalan bersejarah dan dikunjungi banyak wisatawan, Benteng Pendem memerlukan perawatan lebih," 'jelas Jokowi.

Jokowi tiba di Benteng Pendem Van den Bosch, Jl Untung Suropati, Ngawi, Jawa Timur, Jumat (1/2) pukul 10.50 WIB ditemani Ibu Negara Iriana. Dalam peninjauan, ia sempat menelepon Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono terkait restorasi.

"Karena itulah, saya memerintahkan kepada Kementerian PUPR untuk melakukan restorasi atas benteng ini. Tentu dalam pengerjaan restorasi yang segera dimulai tahun ini, kementerian akan didampingi para ahli restorasi bangunan bersejarah," kata dia.

"Hanya saja, karena ini bangunan bersejarah, ada kaidah-kaidah yang harus diikuti. Tidak bisa cepat-cepat seperti mengerjakan bangunan yang lain. Insya Allah, restorasi Benteng Pendem akan selesai dalam dua tahun," tambah dia menegaskan.

Mengagumi Alam Komodo, Rinca hingga Labuan Bajo

Tahun 2019 banyak tanggal merah, bingung mau kemana? Datang saja ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca, Anda dipastikan kagum sejak dari Labuan Bajo.
Tak lucu kan jika datang ke Labuan Bajo tapi tak melihat yang namanya Komodo itu sendiri. Komodo dapat kalian temukan dengan mudah di 2 pulau terbesar di dekat Labuan Bajo, yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Komodo berkeliaran dengan bebas di kedua pulau ini.

Jadi jika ingin melihat komodo dengan dekat harus didampingi dengan ranger. Berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan kapal dari Labuan Bajo, Pulau Komodo dan Rinca dapat kita capai. Tak ada akomodasi darat dan memang transportasi satu-satunya hanya menggunakan kapal.

Di kedua pulau itu pun mempunyai spesies komodo endemik yang berdiam di sana. Pulau Komodo dan Pulau Rinca memiliki penampakan yang hampir sama yaitu pulau gersang dengan sebaran padang rumput yang mempesona.

Ada beberapa pilihan jalur trekking di Pulau Komodo dan Rinca, yaitu short, medium dan long. Tinggal pilih sesuai waktu dan kemampuan fisik. Tapi yang pasti semua trek mempunyai daya tarik tersendiri.

Trekking mungkin nampak melelahkan apalagi ditambah terik matahari yang bersinar. Namun percayalah semua perasaan itu akan sirna ketika di tengah penelusuran jalur trekking akan bertemu dengan sekawanan komodo, tentunya rasa lelah tadi akan berubah menjadi rasa takjub luar biasa bisa melihat langsung sang naga raksasa.

Di sepanjang jalur trekking di Pulau Rinca, kalian akan ditemani oleh pemandangan indah berupa jajaran perbukitan dan hamparan laut biru. Bukit ini akan kering dan bewarna kuning di saat musim kemarau sedangkan apabila masuk musim penghujan, bukit ini akan berubah warna menjadi hijau. Di sela-sela perjalanan trekking, kalian akan menemukan puncak bukit yang memiliki pemandangan khas Pulau Rinca.

Hamparan laut biru dipadukan dengan perbukitan eksotis semakin menambah keindahan Pulau Rinca. Sungguh memanjakan mata setiap pengunjungnya.

Cerita Suku di Amazon yang Terancam Punah

Amazon terkenal dengan suku-sukunya yang tidak terjamah. Tapi yang ini kebalikannya, salah satu sukunya justru terancam punah.

Amazon merupakan suatu hutan belantara dengan luas 7 juta km persegi. Lokasinya di Benua Amerika Latin dan masuk di 9 negara, dari Brasil (60 persen hutan Amazon ada di negara ini) lalu Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis.

Sekitar 400 suku hidup menempati Amazon. 300 Sukunya sudah terdata, 100 sukunya masih belum terjamah. Namun salah satu suku di sana, justru punya cerita yang menyedihkan. Suku Guarani namanya.

Dilansir detikTravel dari Survival International, suatu organisasi yang peduli akan kehidupan suku-suku di dunia pada Sabtu (2/2/2019) suku Guarani merupakan salah satu suku terbanyak populasinya di Amazon. Mereka menempati negara Paraguay, Bolivia dan selatan Brasil.

Suku Guarani terbuka dengan dunia luar. Buktinya, 500 tahun lalu mereka menyambut dengan baik para penjelajah Eropa. Meski begitu, hingga kini mereka masih mempertahankan adat dan budayanya.

Mereka masih percaya akan roh leluhur, memberlakukan hukum adat dan lain semacamnya. Bahkan mereka punya julukan 'land without evil' artinya tidak ada kejahatan di dalam kehidupan sukunya.

Sama seperti suku-suku lainnya di Amazon, Suku Guarani hidup dengan cara berkebun dan berburu. Mereka memilih pesisir sungai sebagai tempat tinggalnya, yang memudahkan untuk mobilisasi.

Terancam Punah

Sayang, 1 dekade terakhir adalah masa kelam suku Guarani. Khususnya, mereka yang hidup di bagian selatan Brasil harus berjuang hidup. Mereka harus melawan oknum-oknum yang ingin menguasai tempat tinggalnya!

Oknum-oknum tersebut ingin menguasi tempat tinggal suku Guarani untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, pabrik dan lain-lain. Diming-imingi tempat tinggal lain, meski ujung-ujungnya mendapat kehidupan yang tidak layak.

Suku Guarani menolak keras. Bagi mereka, tanah tempat tinggalnya yang sudah ditempati para leluhur adalah tempat tinggal untuk selamanya.

Celakanya, oknum-oknum itu mengambil cara anarkis dengan usir paksa dan memakai senjata. Tidak tanggung-tanggung, sering kali orang-orang dari suku Guarani diculik dan dibunuh.

Tonico Benites, perwakilan dari suku Guarani menyebut, sejak tahun 2009 tercatat 1.000 pemuda dari suku Guarani meninggal. Kejam!

"Ini adalah suatu pembunuhan massal," kata Tonico.

Survival International menyebut, 47 ribu masyarakat suku Guarani menetap di kawasan selatan Brazil. Sampai saat ini pemerintah Brazil belum mengambil langkah konrit untuk memecahkan masalah dan menjamin kehidupan suku Guarani.

Sedihnya lagi, orang-orang suku Guarani pun memilih jalan bunuh diri dibanding harus pergi dari tempat tinggalnya. Kembali ke Tonico, dia berharap pemerintah Brazil benar-benar memperhatikan suku Guarani yang merupakan masyarakat asli Amazon.

"Dulu kami menempati wilayah seluas 4 juta hektar, tapi kini tinggal 200 ribu hektar saja. Kami harus terus berjuang untuk hidup dan kami tidak akan pergi ke tempat lain untuk mengemis. Kami punya segalanya di tanah kami dan jika masalah ini terus terjadi, mungkin suku Guarani akan punah 10 tahun mendatang nanti," tutupnya.