Selasa, 07 April 2020

Ancaman Bangkrut Bayang-bayangi Maskapai Malaysia Airlines

 Maskapai nasional Malaysia, Malaysia Airlines mengingatkan bahaya wabah Corona jika terus berlanjut. Kondisi perusahaan sekarang dalam kondisi sulit dan bahkan bisa berisiko bangkrut.
Menurut Malay Mail, Selasa (17/3/2020), Chief Financial Officer Malaysia Airlines, Boo Hui Yee mengatakan 13.000 staf Malaysia Airlines nasibnya sama saja dengan maskapai lain di seluruh dunia gara-gara Corona.

"Situasi yang terus memburuk selama beberapa pekan terakhir memaksa pemerintah di seluruh dunia menerapkan larangan bepergian yang membawa tantangan bagi operasi kami. Permintaan menurun tajam. Penumpang sibuk menghubungi kami lewat contact center dan media sosial untuk meminta pembatalan, yang membuat kami berada dalam situasi kritis. Banyak maskapai yang berisiko bangkrut, tak ada bedanya dengan Malaysia Airlines," jelasnya.

Pekan lalu, Malaysia Airlines sudah meminta karyawannya untuk mengambil cuti tanpa gaji. CEO Malaysia Airlines Izham Ismail sebelumnya mengatakan pihaknya sudah memotong 10 persen gaji yang diterima kalangan senior manajemen guna mengurangi biaya operasi.

Virus Corona menambah panjang faktor yang membebani perusahaan, mulai dari perubahan mata uang, harga minyak sampai faktor politik di Malaysia. "Faktor-faktor ini membuat biaya operasional makin tinggi yang selanjutnya memperburuk situasi keuangan karena penurunan permintaan perjalanan dan penjualan," ujar Boo.

Kini Kamu Bisa Ikut Ekspedisi ke Titik Terdalam Lautan

Sebentar lagi bakal ada ekspedisi ke titik terdalam lautan. Dan asyiknya kamu dapat bergabung di dalam kelompok ini.
Dilansir CNN, perjalanan ke titik tertinggi bumi, Puncak Himalaya di Everest, memang hanya bisa digapai sebagian orang. Berbiaya mahal, namun, ada lebih dari 4.000 petualang telah naik ke puncak Gunung Everest menurut British Mountaineering Council.

Namun tak banyak yang mengunjungi titik Challenger Deep di Palung Mariana, Samudra Pasifik. Titik terdalamnya yakni 10.928 meter dan diyakini sebagai titik terdalam di lautan dunia.

EYOS Expeditions bekerja sama dengan perusahaan selam bawah laut swasta Caladan Oceanic menjadi perusahaan pertama di dunia yang akan membuka perjalanan ke sana. Mereka menawarkan pengalaman ini untuk umum.

Perjalanan ke dasar Palung Mariana amat jarang dilakukan. Menurut EYOS, hanya tujuh orang di bumi yang pernah mengunjungi Challenger Deep, pesohor Hollywood, James Cameron jadi salah satunya.

Perusahaan itu hanya mengundang tiga orang untuk bergabung dalam ekspedisi ke Palung Mariana. Yang pertama mendaftar akan diutamakan.

EYOS Expeditions tidak memberikan rincian biaya apa pun. Tapi, hitung-hitungan biaya minimalnya mencapai USD 100.000 atau Rp 1,5 miliar karena penyelaman ke Titanic dipatok dengan biaya antara USD 100.000-200.000 per orang.

Tiga ekspeditor, yang disebut Mission Specialists akan menghabiskan waktu sekitar delapan hari bersama Ring of Fire Expedition. Ekspedisi itu dioperasikan oleh EYOS dan Caladan Oceanic.

Setiap penyelaman kapal selam akan memakan waktu hingga 14 jam. Tiap penurunan lebih dari 11 kilometer membutuhkan waktu lebih dari empat jam.

Para penyelam akan menghabiskan hingga empat jam di dasar laut. Mereka akan menjelajahi dan merekam apa yang ada di sekeliling mereka.

Ini Cara Amerika Tangani Penumpang Pesawat Suspek Corona

Penyebaran virus Corona dapat terjadi di moda transportasi umum, tak terkecuali pesawat. Kendati pesawat dilengkapi dengan sistem sirkulasi dan filtrasi udara, probabilitas virus menular dari penumpang yang sakit itu tetap ada.
Melihat hal tersebut, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS) membuka layanan laporan untuk penumpang yang sakit atau mengetahui ada penumpang lainnya yang sedang sakit dalam penerbangan.

Dilansir dari Fox News, Senin (16/3/2020) CDC mengatakan, bila terdapat penumpang yang sakit di dalam pesawat, otoritas kesehatan akan menetapkan yang disebut sebagai investigasi kontak (contact investigation). Hal ini dilakukan guna membantu mengidentifikasi dan menjangkau orang-orang yang kemungkinan melakukan kontak dengan orang sakit itu selama dalam penerbangan.

"CDC terkadang diberitahu mengenai penumpang yang sakit saat pesawat masih mengudara atau tak lama setelah pesawat mendarat. Namun dalam kebanyakan kasus, CDC baru diberitahu ketika penumpang sakit itu mencari penanganan di fasilitas medis," tulis CDC.

Dengan melakukan investigasi kontak, CDC berkoordinasi dengan agen-agen federal dan maskapai penerbangan guna menentukan dimana dan seberapa jauh orang tersebut bepergian. Misalnya, apakah orang itu sempat transit sebelum masuk ke AS dan apakah sudah terjangkit Corona saat itu.

Jika orang itu positif Corona, penyelidik akan berkonsultasi dengan maskapai penerbangan untuk melihat manifes dan menentukan penumpang yang mungkin telah melakukan kontak dengan penumpang sakit itu.

Pejabat kesehatan juga akan membuat 'zona kontak' dari area bagan tempat duduk untuk mengidentifikasi penumpang yang kemungkinan terpapar virus tersebut. Mereka kemudian akan menggunakan informasi dari 'zona kontak' untuk melacak penumpang penumpang yang terekspos, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan menguraikan langkah-langkah selanjutnya.

Akan tetapi CDC juga mengatakan bahwa zona kontak itu tak terbatas pada area tempat duduk di pesawat. Menurut CDC, teman seperjalanan yang duduknya berjauhan juga tetap masuk dalam zona kontak.

Selain itu anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang duduk di pangkuan orang tua mereka juga dianggap sebagai bagian dari zona kontak. Teori ini mirip saat penanganan campak dan rubella.

Paparan Corona ini juga tak terbatas pada orang yang duduk di dekat jendela atau yang dekat dengan lorong. Orang yang duduk di kedua posisi ini tetap berisiko terpapar virus tersebut.

Sebelumnya, sebuah studi dari Tim Penelitian FlyHealthy menemukan bahwa mereka yang duduk di jendela kurang berinteraksi dengan orang-orang yang terletak setidaknya dua baris dari mereka akan berpotensi membatasi paparan. Namun penumpang yang duduk di kursi lorong lebih berpotensi untuk bersentuhan dengan penumpang yang bergerak di sekitar kabin saat mereka menggunakan toilet atau dengan kru maskapai.

Jika dirata-rata, interaksi penumpang yang duduk dekat lorong ini adalah 64 kontak sementara yang duduk dekat jendela adalah 12 kontak.

Tetapi hingga saat ini CDC masih terus mempelajari tentang Corona ini dan cara penyebarannya sehingga siapapun yang berhubungan dekat dengan penumpang sakit harus mengambil langkah pencegahan. Misalnya hindari untuk menyentuh mata, hidung atau mulut setelah bersentuhan dengan permukaan yang berpotensi mengandung bakteri, kuman, bahkan virus. Selain itu rajinlah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik.

Maskapai di AS juga mengizinkan penumpang membawa pembersih tangan yang mengandung alkohol dalam kabin yang wadahnya berukuran kurang dari 3,4 ons.

Untuk masyarakat yang bepergian, CDC juga mengimbau mereka untuk memantau kesehatan selama dua minggu usai melakukan perjalanan. Jika merasa sakit demam, batuk, dan sulit bernapas, lebih baik tinggal di rumah dan menghubungi dokter.