Sebuah studi terbaru menemukan sekitar 88 persen pasien positif terinfeksi virus corona (Covid-19) yang memakai ventilator di sistem rumah sakit di New York, meninggal. Atau ini berarti, hampir sembilan dari 10 pasien Covid-19 dari studi.
Ventilator adalah mesin yang berfungsi menunjang atau membantu pernapasan seseorang. Melalui alat ini, pasien yang kesulitan bernapas akan dibantu mendapatkan udara dan bernapas selayaknya orang sehat.
Namun tim peneliti menerangkan, statistik yang suram itu bukan berarti menyiratkan bahwa ventilator menyebabkan kerusakan. Penulis senior yang juga Senior Vice President dan Profesor di Institutes for Medical Research at Northwell Health, Karina Davidson mengatakan pasien yang memakai ventilator biasanya memiliki penyakit yang lebih parah.
"Dan karena itu lebih mungkin meninggal. Ventilator mekanis tidak berbahaya, dan dalam banyak kasus, merupakan mesin penyelamat jiwa," terang Davidson dikutip dari Live Science.
Studi yang diterbitkan di jurnal JAMA pada 22 April 2020 ini menganalisis data 5.700 pasien yang dirawat di rumah sakit periode 1 Maret-4 April melalui sistem kesehatan terbesar di New York, Northwell Health. Mereka adalah pasien di 12 rumah sakit di New York City, Long Island dan Westchester County.
Dari seluruh pasien pengguna ventilator tersebut, 2.643 meninggal dan 320 pasien berhasil menyelesaikan perawatan atau keluar rumah sakit. Data ini menggambarkan sekitar 12 persen pasien Covid-19 yang memakai ventilator, selamat.
Namun peneliti juga membedakan berdasarkan usia, pasien berusia antara 18 dan 65 tahun yang menggunakan ventilator, 76 persennya meninggal. Sementara laporan menunjukkan, 97 persen yang meninggal pada pasien berusia di atas 65 tahun.
Menurut para peneliti, dari 2.634 pasien--baik yang menggunakan ventilator atau tidak--sekitar 21 persen di antaranya meninggal. Akan tetapi sebanyak 3.066 pasien lainnya masih dirawat di rumah sakit ketika studi ini berakhir. Sehingga para peneliti mengingatkan, data ini mungkin bisa menjadi 'bias temuan' dari studi.
Para peneliti menemukan, di antara pasien yang dirawat di rumah sakit beberapa memiliki kondisi umum antara lain hipertensi (56,6 %), obesitas (41,7 %) dan diabetes (33,8 %).
Mengenal Ventilator dan Kegunaannya untuk Pasien Covid-19
Demi memerangi pandemi virus corona, negara-negara di seluruh dunia kini berebut alat kesehatan dalam upaya memerangi virus Corona. Kebutuhan masker, alat pelindung diri (ADP), hingga ventilator sangat tinggi dan memaksa produksi yang tanpa henti.
Pemerintah Indonesia telah mendatangkan 100 ventilator, atau alat bantu pernapasan, untuk dikirim ke beberapa rumah sakit rujukan untuk kasus Covid-19. Pemerintah juga menyatakan bahwa setiap rumah sakit rujukan sudah memiliki ventilator, dan dinyatakan siap pakai.
Ventilator memiliki peran yang vital dalam penanganan pasien Covid-19.
Apa sebenarnya ventilator?
Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan seseorang. Melalui alat ini, pasien yang sulit bernapas sendiri akan dibantu untuk mendapatkan udara dan bernapas seperti orang normal.
Mengutip Alodokter, mesin ventilator akan mengatur proses menghirup dan menghembuskan napas pada pasien. Ventilator akan memompa udara selama beberapa detik untuk menyalurkan oksigen ke paru-paru pasien, lalu berhenti memompa agar udara keluar dengan sendirinya dari paru-paru.
"Alasan mengapa saat ini adalah saat krisis adalah karena tanpa ventilator, pasien (Covid-19) akan meninggal", kata Prof. David Story, deputi direktur Pusat Perawatan Terpadu Universitas Melbourne, seperti dikutip dari The Guardian.
Hal senada diungkapkan oleh Sarath Ranganathan, profesor sekaligus anggota dewan Lung Foundation Australia.
"Pengalaman di Italia dan Spanyol, dan pemodelan yang digunakan oleh ahli matematika di seluruh dunia, menunjukkan jumlah orang yang akan menjadi sakit kritis dengan Covid-19 akan sangat melebihi kapasitas perawatan yang menggunakan bantuan pernapasan. Tanpa akses ke ventilator, banyak pasien yang bisa selamat dari infeksi akan meninggal," ujarnya.