Jumat, 01 Mei 2020

Perusahaan Jerman Siap Pasok Jutaan Vaksin Corona Akhir Tahun

Perusahaan Jerman Mainz-based BioNTech mengatakan siap memasok jutaan vaksin virus corona (Covid-19) pada akhir tahun ini.

BioNTech telah bekerja sama dengan raksasa farmasi Amerika Serikat, Pfizer, untuk mengembangkan vaksin corona. Sejauh ini, vaksin-vaksin tersebut tengah diujicobakan terhadap manusia.

Kedua perusahaan bahkan menuturkan jika vaksin berhasil dan lolos standar internasional, mereka sanggup memproduksi ratusan juta vaksin pada 2021.


Institut Federal Vaksin dan Obat Biomedis Jerman telah menyetujui uji coba vaksin pada 22 April lalu.

"Kedua perusahaan memperkirakan bahwa ada kemungkinan untuk memasok jutaan dosis vaksin pada akhir tahun 2020, tergantung dari keberhasilan teknis program pengembangan dan persetujuan oleh otoritas pengawas," bunyi pernyataan Pfizer dan BioNTech.

BioNTech menuturkan relawan gelombang pertama telah diberikan dosis vaksin potensial BNT162 dalam studi klinis Fase 1/2 di Jerman. 

"Dua belas peserta studi telah divaksinasi dengan kandidat vaksin BNT162 di Jerman sejak awal studi pada 23 April 2020," kata perusahaan berbasis di Mainz itu seperti dilansir CNN pada Kamis (30/4).

Meski begitu, belum ada informasi tentang hasil uji coba itu sampai saat ini. BioNTech mengatakan uji coba dilakukan pada sekitar 200 relawan sehat berusia 18 hingga 55 tahun.

Ratusan relawan itu diberikan sejumlah dosis vaksin mulai dari 1 hingga 100 mikrogram demi menemukan dosis optimal untuk kepentingan studi lebih lanjut.

"Keamanan dan imunogenisitas vaksin akan diselidiki," ujar BioNTech.

Sementara itu, Pfizer mengatakan akan mulai menguji coba vaksin eksperimennya di AS paling cepat pekan depan. Perusahaan itu menegaskan vaksin dapat digunakan untuk kebutuhan darurat setidaknya mulai musim gugur mendatang.

"Kedua perusahaan (Pfizer dan BioNTech) berencana sama-sama melakukan uji coba klinis untuk kandidat vaksin Covid-19-yang dimulai di Eropa dan AS-di beberapa lokasi penelitian," kata Pfizer dalam laporan kuartal pertamanya yang dirilis secara daring pada Selasa pekan ini.

Pfizer bukan satu-satunya perusahaan dengan penelitian vaksin corona yang paling berpotensi berhasil saat ini. Pekan lalu, para ilmuwan dari Jenner Institute Oxford University, Inggris, mulai menguji coba vaksin pada manusia.

Pihak institut mengatakan jika hasil uji coba sesuai, mereka siap memasok vaksin corona pada awal September ini.

Sementara itu, berdasarkan laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejauh ini ada 120 vaksin yang tengah diuji coba di seluruh dunia. Tujuh di antaranya tengah diuji klinis.

Untuk Pertama Kali, Korsel Nihil Kasus Baru Virus Corona

 Korea Selatan untuk pertama kali sejak 18 Februari mencatat nol kasus baru virus corona di dalam negeri.

Hal itu disampaikan langsung oleh Presiden Moon Jae-in. "Untuk pertama kalinya dalam 72 hari, kami memiliki nol kasus domestik baru," kata Moon lewat Facebook seperti dikutip dari AFP, Kamis (30/4).

Meski demikian, seperti dikutip dari CNN, Korsel mengonfirmasi empat imported case atau kasus baru yang tertular di luar negeri.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) mengatakan dengan penambahan itu maka total kasus corona menjadi 10.765 dan satu kematian baru sehingga menjadi 247. Sementara 9.059 pasien dinyatakan sembuh.

Korsel sempat menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua setelah China. Namun pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus corona.

Salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan penyebaran adalah melalui pengujian luas dan melacak kontak. Korsel juga meminta warga menerapkan jaga jarak dalam kehidupan sehari-hari.

Pada 15 April lalu Korsel memutuskan tetap menggelar pemilu. Korsel menjadi negara pertama terpapar parah corona yang mengadakan pemilihan umum secara nasional sejak pandemi global dimulai pada Desember 2019.

Pemilu dilaksanakan dengan langkah pencegahan ketat. Para pemilih harus mengenakan masker dan sarung tangan. Moon memastikan tidak ada satu pun orang yang terinfeksi di TPS. "Ini adalah kekuatan Korea Selatan dan rakyatnya," kata Moon.

Mengenal Ventilator dan Kegunaannya untuk Pasien Covid-19

Demi memerangi pandemi virus corona, negara-negara di seluruh dunia kini berebut alat kesehatan dalam upaya memerangi virus Corona. Kebutuhan masker, alat pelindung diri (ADP), hingga ventilator sangat tinggi dan memaksa produksi yang tanpa henti.

Pemerintah Indonesia telah mendatangkan 100 ventilator, atau alat bantu pernapasan, untuk dikirim ke beberapa rumah sakit rujukan untuk kasus Covid-19. Pemerintah juga menyatakan bahwa setiap rumah sakit rujukan sudah memiliki ventilator, dan dinyatakan siap pakai.

Ventilator memiliki peran yang vital dalam penanganan pasien Covid-19.
Apa sebenarnya ventilator?

Ventilator adalah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan seseorang. Melalui alat ini, pasien yang sulit bernapas sendiri akan dibantu untuk mendapatkan udara dan bernapas seperti orang normal.

Mengutip Alodokter, mesin ventilator akan mengatur proses menghirup dan menghembuskan napas pada pasien. Ventilator akan memompa udara selama beberapa detik untuk menyalurkan oksigen ke paru-paru pasien, lalu berhenti memompa agar udara keluar dengan sendirinya dari paru-paru.

"Alasan mengapa saat ini adalah saat krisis adalah karena tanpa ventilator, pasien (Covid-19) akan meninggal", kata Prof. David Story, deputi direktur Pusat Perawatan Terpadu Universitas Melbourne, seperti dikutip dari The Guardian.

Hal senada diungkapkan oleh Sarath Ranganathan, profesor sekaligus anggota dewan Lung Foundation Australia.

"Pengalaman di Italia dan Spanyol, dan pemodelan yang digunakan oleh ahli matematika di seluruh dunia, menunjukkan jumlah orang yang akan menjadi sakit kritis dengan Covid-19 akan sangat melebihi kapasitas perawatan yang menggunakan bantuan pernapasan. Tanpa akses ke ventilator, banyak pasien yang bisa selamat dari infeksi akan meninggal," ujarnya.

Keperluan penggunaan ventilator

Sebelum memutuskan penggunaan ventilator, dokter akan melihat apakah pasien memiliki kesulitan atau kegagalan dalam bernapas, seperti naiknya ritme napas, pasien kemudian akan terlihat tertekan, dan CO2 dalam darah naik. Menurut Story, kecepatan pernapasan normal adalah sekitar 15 napas per menit, dan jika kecepatannya menjadi sekitar 28 kali semenit, ini adalah sinyal bahwa ventilator mungkin diperlukan.

"Pasien dapat bertahan untuk jangka waktu singkat menggunakan bentuk ventilator manual seperti menggunakan sistem kantong dan masker dengan oksigen, tetapi biasanya pemasangan ventilator harus dilakukan dalam 30 menit jika kondisi pasien kritis", kata Ranganathan.

Story mengatakan bahwa pada pasien Covid-19 yang parah, suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome atau Ards) yang mengancam jiwa bisa muncul, yang membutuhkan ventilator untuk memberikan volume oksigen dan udara yang lebih kecil, tetapi pada tingkat yang lebih tinggi. Menurutnya, Ini bisa berarti pasien perlu menggunakan ventilator selama beberapa minggu.

Pemasangan ventilator

Ventilator dalam upaya penanganan pasien Covid-19 sangat penting, karena Covid-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru yang merupakan organ pernapasan terpenting.

Sebelum seorang pasien ditempatkan pada ventilator, staf medis - seringkali ahli anestesi - akan melakukan prosedur yang disebut intubasi. Setelah pasien dibius dan diberikan pelemas otot, sebuah selang ditempatkan melalui mulut dan mengarah ke tenggorokan. Dalam penanganan pasien Covid-19, staf medis perlu mengambil tindakan pencegahan ekstrim untuk memastikan mereka tidak terinfeksi virus, seperti mengenakan coverall atau setelan hazmat. Tabung pernapasan kemudian dilekatkan ke ventilator dan staf medis dapat menyesuaikan kecepatan yang mendorong udara dan oksigen ke paru-paru, dan menyesuaikan kadar oksigen.

Dilema Para Dokter

Salah satu cara yang paling jelas untuk menghindari kekurangan ventilator adalah dengan mengurangi jumlah orang yang terkena penyakit. Setiap anggota masyarakat diharuskan mengikuti semua saran kesehatan, termasuk aturan menjaga jarak dan kebersihan. Jika tidak, ketika banyak orang terinfeksi Covid-19 dan mengalami kondisi kritis, rumah sakit akan sangat terbebani karena alat medis dan tenaga medis yang sangat terbatas.

John Wilson, profesor sekaligus presiden terpilih dari Royal Australasian College of Physicians dan seorang dokter pernapasan mengatakan, petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk menangani kasus-kasus parah yang mengancam jiwa seperti Covid-19 sangat prihatin dengan kemampuan mereka untuk menggunakan alat bantu yang sesuai untuk banyak pasien yang diperkirakan akan mengalami gagal pernapasan.

"Pada dasarnya, hal ini berarti bahwa banyak pasien yang tidak akan dapat dirawat dengan ventilator mekanis dan keputusan sulit harus dibuat oleh staf, keluarga dan pasien tentang keterbatasan pemakaian alat bantu pernapasan. Ada banyak dilema etis dalam hal ini, dan tidak ada yang bisa diselesaikan dengan mudah", ungkapnya.