Jumat, 01 Mei 2020

Corona Datang, Penyu-Penyu Bertelur dan Menetas dengan Nyaman

Penyu-penyu di seluruh dunia bisa lebih tenang berkembang biak di musim ini. Virus Corona membuat pantai sepi pelancong, tak ada lampu di malam hari, juga habitat lebih bersih.
Pantai yang menunjukkan perkembangbiakan penyu sip ada di Pantai Juno, Florida. Pantai yang biasanya padat dengan turis itu, kini memiliki 101 sarang penyu belimbing dan tiga sarang penyu tempayan.

Dengan banyaknya sarang itu dan pantai yang kosong oleh turis, diyakini tukik-tukik bisa menunjukkan kemampuan hidup yang tinggi.

"Penyu belimbing menunjukkan daya hidup lebih tinggi tahun ini. Ini bakal menjadi tahun yang bagus," kata Sarah Hirsch, manajer senior riset dan data Loggerhead Marinelife Center, seperti dikutip Lonely Planet.

"Bumi kita berubah, namun penyu sudah melakukannya selama jutaan tahun. Penyu-penyu itu telah meyakinkan dan memberi kita harapan bahwa dunia masih berputar," dia menambahkan.

Tak cuma di Florida, pantai di Thailand juga menunjukkan perkembangbiakan penyu belimbing setelah pantainya ditutup untuk turis sejak awal April karena virus Corona. Dilaporkan bahwa pihak berwenang telah menemukan 11 sarang penyu sejak November 2019, menjadi yang tertinggi dalam 20 tahun.

"Ini adalah pertanda sangat baik bagi kami karena banyak area untuk pemijahan telah dihancurkan oleh manusia," ujar Direktur Pusat Biologi Kelautan Phuket Kongkiat, Kittiwatanawong.

"Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kami tidak memiliki banyak pemijahan ini, karena kura-kura memiliki risiko tinggi terbunuh oleh alat tangkap dan manusia mengganggu pantai," dia menjelaskan.

Paulista, di Brasil, yang menjadi habitat empat jenis kura-kura, tempayan, penyu hijau, penyu zaitun, dan penyu sisik, juga nyaman untuk tempat bertelur saat ini. Setidaknya, muncul lebih dari 300 telur penyu menetas tahun ini.

Dikenal karena paruh lancip dan cangkang berpola kulit, penyu sisik diklasifikasikan sebagai penyu yang sangat terancam punah oleh World Wildlife Fund. Tapi, pada awal musim, hampir 100 ekor penyu menetas dalam sehari di kota tersebut.

"Ini benar-benar indah karena Anda dapat melihat saat tepat mereka keluar dari telur dan bisa menonton pawai kecil mereka di seberang pantai," Sekretaris Lingkungan Paulista, Roberto Couto.

"Kali ini, karena virus Corona, kita bahkan tidak bisa memberi tahu orang-orang bahwa itu sedang terjadi," dia menambahkan.

Penyu tempayan juga dilaporkan menetas menyeberangi pasir dari pantai ke Laut Karibia di Taman Nasional Tortuguero, Kosta Rika

Pada tanggal 11 April, Divisi Ilmu Pengetahuan dan Pemulihan Penyu Lautan Nasional Pulau Padre mengumumkan penemuan sarang penyu kemp ridley pertama di Texas, dan minggu berikutnya, Konservasi Penyu Laut di Tortuguero, Kosta Rika, melaporkan 45 sarang penyu belimbing, tiga sarang penyu hijau, dan satu sarang penyu sisik.

"Semua dampak positif potensial terkait dengan perubahan perilaku manusia," David Godfrey, kata direktur eksekutif Sea Turtle Conservancy.

"Peluang penyu untuk terbentur dan terbunuh secara tidak sengaja akan lebih rendah," ujar Godfrey.

"Itu berkat penurunan lalu lintas kapal pesiar, juga berkurangnya kehadiran manusia di pantai juga berarti bahwa akan ada lebih sedikit sampah dan plastik lainnya memasuki lingkungan laut," dia menambahkan.

Pantai-pantai yang terlihat lebih gelap juga dinilai terbukti menjadi hal menyenangkan untuk penyu.

"Kami berharap bahwa ribuan tukik yang biasanya disorientasi oleh cahaya pada musim bersarang ini tidak akan disorientasi lagi dan lebih mungkin untuk bertahan hidup untuk mencapai laut," dia menegaskan.

Plasma Darah Pasien COVID-19 yang Sembuh Dijual sebagai Vaksin di Pasar Gelap

Darah yang diduga berasal dari pasien yang sembuh dari virus Corona untuk dijual di pasar gelap online. Plasma dari darah ini disebut-sebut sebagai "vaksin pasif".
Peneliti dari Australia National University (ANU) di Canberra menemukan hal tersebut di internet, ketika mereka melakukan penelitian bagaimana kelompok kriminal berusaha memanfaatkan keadaan sekarang untuk mencari keuntungan.

Institut Kriminologi Australia, bagian dari ANU, mengeluarkan laporan resmi mengenai hal tersebut hari Kamis (30/4/2020).

"Kata yang digunakan adalah vaksin pasif, dimana plasma darah dari pasien yang sembuh dari COVID-19 diambil untuk menjadi antibodi, kemudian disuntikkan kepada seseorang yang mungkin beresiko terkena COVID-19," kata peneliti ANU, Rod Broadhurst kepada ABC.

Penjualan plasma sebagai vaksin pasif merupakan satu dari ratusan produk terkait dengan virus Corona yang ditemukan tim peneliti di internet dalam satu hari saja di awal April.

Barang-barang untuk keperluan medis, seperti alat perlindungan diri (APD) yang kemungkinan dicuri dari pabrik, adalah barang yang paling banyak ditawarkan.

Obat-obat yang disebut bisa menyembuhkan Corona, termasuk anti malaria yang memang sudah lama tersedia secara resmi di pasaran, yang sekarang disebut-sebut bisa juga untuk menyembuhkan mereka yang terkena COVID-19.

Salah satu obat yang ditawarkan harganya sekitar AU$ 25 ribu (sekitar Rp 250 juta).

"Di pasar gelap ini akan ada saja orang yang mau membeli, kalau dikatakan obat ini sedang menjalani uji klinis," kata Profesor Broadhurst.

Dari sekitar 20 situs gelap di internet, tiga diantaranya menjual 90 persen produk-produk berkenaan dengan virus Corona.

Profesor Broadhurst mengatakan banyak pemilik situs gelap khawatir penjualan barang-barang terkait virus Corona akan membuat pihak berwenang mengetahui dan menyelidiki kegiatan mereka.

Situs gelap di internet ini biasanya mengacu pada situs yang menjual barang-barang ilegal seperti narkoba atau teknologi curian.

Penjual dan pembeli menggunakan identitas yang bisa disamarkan, sehingga data pembeli tidak diketahui polisi.

Kebanyakan penjual ini berada di Amerika Serikat dan Eropa.

Menurut Profesor Broadhurst, yang dikhawatirkan saat ini adalah banyak plasma darah dari mereka yang sudah sembuh dari COVID-19 dijual di pasar gelap internet tersebut.

Terapi plasma darah dari pasien yang sembuh COVID-19 sudah dibicarakan sebagai salah satu pengobatan, meski belum terbukti kebenaran khasiatnya secara resmi.

Penjualan Terapi COVID-19 di Internet
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.

Dokter sarankan tidak membeli obat di internet
Kepada SBS, Dr Harry Nespolon, Presiden Ikatan Dokter Umum Australia mendesak agar warga tidak membeli terapi atau vaksin apapun lewat internet.

"Satu hal yang kita tahu bisa mencegah COVID-19 sekarang ini adalah social distancing, serta kegiatan pencegahan seperti mencuci tangan dengan teratur, kalau batuk ditutup mulut dengan siku bagian dalam anda."

"Kalau soal pengobatan, kita tahu tahu banyak obat yang berasal dari sumber tidak resmi adalah obat palsu. Dan sampai hari ini, tidak semua berkhasiat."

"Menyangkut vaksin, kita tahu saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-19, dan bilapun ada, vaksin itu harus disimpan di lemari es, jadi kalau harus dikirimkan ke pos, bila pun memang ada, karena lewat pos vaksin itu jadi tidak efektif," kata Dr Nepolson.