Saat berbuka puasa, sebagian orang biasa membatalkannya dengan segelas teh hangat beserta kurma. Tetapi, banyak juga yang memilih untuk minum air putih terlebih dulu untuk mengawali buka puasa.
Sebenarnya, mana yang harus diminum lebih dulu saat berbuka?
Dikutip dari Livestrong, teh mengandung katekin atau antioksidan yang alami. Menurut America Journal of Clinic Nutrition, kandungan antioksidan ini berfungsi untuk melindungi dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit.
Meski baik, banyak yang menyarankan untuk tidak langsung meminumnya saat kondisi perut kosong. Teh juga mengandung kafein yang bisa memicu munculnya atau bahkan naiknya asam lambung.
Maka dari itu, lebih direkomendasikan untuk memenuhi cairan yang hilang selama sehari berpuasa dengan air putih. Mengutip dari Medlineplus, air putih merupakan sumber utama cairan untuk menghidrasi tubuh.
Menurut Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, SGz, RD, MPH, disarankan untuk tetap mengkonsumsi air sebanyak 8 gelas air dalam sehari.
"Itu bisa dilakukan dengan minum 2 gelas saat sahur, 2 gelas saat buka, dan 4 gelas di malam hari," jelasnya beberapa waktu lalu pada detikcom.
Sudah 107 Ribu Lebih Spesimen Diperiksa, Total 235.035 ODP dan 22.545 PDP
Hingga Sabtu (2/5/2020) tercatat 107.943 spesimen virus Corona COVID-19 telah diperiksa di seluruh Indonesia. Didapatkan hasil positif sebanyak 10.843 dan hasil negatif sebanyak 69.025.
"Dari laboratorium yang ada, ada beberapa yang saat ini tidak bisa melakukan pemeriksaan lagi karena reagennya masih belum sampai. Namun, sebagian besar sudah bisa melaksanakan, dan hari ini pun sudah kita bantu tambahan reagennya," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Sabtu (2/5/2020).
Berikut data lengkap pemeriksaan virus Corona COVID-19 pada Sabtu (2/5/2020).
UJI PCR
Jumlah lab: 46 lab
Jumlah spesimen diperiksa: 107.943 spesimen
Jumlah kasus yang diperiksa spesimen: 79.868 pasien
Hasil positif: 10.843 orang
Hasil negatif: 69.025 orang
PASIEN
ODP (Orang dalam Pemantauan): 235.035 orang
PDP (Pasien dalam Pengawasan): 22.545 orang
Konfirmasi COVID-19: 10.843 orang
Kasus sembuh: 1.665 orang
Kasus meninggal: 831 orang
Provinsi terdampak: 34 provinsi
Kabupaten/kota terdampak: 321 kab/kota.
Ilmuwan Korsel Sebut Pasien Virus Corona Tidak Bisa Kambuh Lagi
Para ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea Selatan, mengungkapkan bahwa seseorang yang telah sembuh dari virus Corona COVID-19 tidak bisa kambuh lagi atau virus kembali aktif. Menurut mereka, laporan sebelumnya yang menyebut ada kasus pasien yang sembuh kembali terindikasi positif karena adanya kesalahan saat pengujian.
Ada laporan sebanyak 277 pasien Corona yang sembuh di Korea Selatan (Korsel) kembali positif. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengatakan virus tersebut bisa bermutasi dengan cepat, sehingga sistem imunitas tidak bisa mencegahnya.
Tetapi, hal itu belum bisa dibuktikan. Ini karena belum ada penelitian yang menemukan adanya perubahan substansial hingga bisa menyamarkan virus tersebut dari sistem kekebalan tubuh.
CDC Korea Selatan mengungkapkan bahwa hasil tes pasien yang diduga kambuh itu adalah hasil positif palsu. Hal ini terjadi karena tes yang digunakan tidak bisa membedakan antara jejak virus masih hidup dan yang sudah mati di dalam tubuh.
Dikutip dari Sky, CDC juga menambahkan bahwa virus Corona tidak seperti HIV dan cacar air. Virus Corona tidak bisa menembus inti sel manusia, bertahan di dalam sana selama bertahun-tahun hingga akhirnya aktif atau kambuh lagi.
"Ini berarti virus Corona tidak menyebabkan infeksi kronis atau kambuh," kata Ketua komite CDC Korsel Dr Oh Myoung-don.