Selasa, 05 Mei 2020

'Ramalan' Bos Laboratorium Wuhan Tentang Corona

 Wabah virus sudah beberapa kali menimpa manusia dan sebagian kalangan ilmuwan, berdasarkan pengalaman mereka, kadang memperingatkan ancaman serupa mungkin bakal terjadi di masa depan. Termasuk Shi Zhengli, ahli virus top China sekaligus direktur laboratorium Wuhan.
Zhengli dijuluki 'bat woman' lantaran kerap meneliti virus di kelelawar yang mungkin menular ke manusia. Jabatannya adalah Direktur Center for Emerging Infectious Diseases di Wuhan Institute of Virology (WIV). Zhengli pula orang pertama yang menemukan sekuens gen COVID-19.

Pada tahun 2018 di sebuah seminar di China, Zhengli berbicara soal wabah SARS untuk memberi peringatan soal kejadian serupa di masa mendatang. "Kenapa SARS? Karena SARS masih dibahas komunitas sains dan publik. Ada beberapa masalah yang belum terselesaikan," katanya pada saat itu.

SARS disebut menyebar dari musang tapi host alami virus itu diduga kuat adalah kelelawar yang menularkannya pada binatang itu lalu ke manusia melalui pasar hewan. Kejadian serupa menurut Zhengli masih mungkin terjadi di masa depan.

"Jika kita manusia tidak waspada, infeksi virus selanjutnya, apakah langsung atau melalui hewan lain, kemungkinannya benar-benar eksis," cetus Zhengli melontarkan semacam prediksi.

"Tahapan di mana SARS berkembang adalah di Guangdong Wildlife Market. Jika kita tidak mengganggu musang, maka penyebaran virus pada kelelawar ke musang dan ke manusia tidak akan terjadi. SARS tidak akan mewabah," paparnya.

"Kita bisa melihat bahwa sumber patogen tersebut berhubungan dengan aktivitas kita sebagai manusia," sambungnya, dikutip detikINET dari 7News.

Ia pun menyarankan bagaimana cara mencegah wabah seperti SARS. "Jika kita ingin mencegah penyakit menular baru dari sumbernya, sebenarnya sangat mudah. Cukup jauhilah hewan tersebut," tuturnya.

"Kami menyarankan untuk menghentikan konsumsi hewan liar, menurunkan kerusakan alam liar, gangguan pada habitat mereka. Hanya dengan lingkungan harmonis antara manusia dan hewan liar, kita akan menurunkan peluang patogen menyebar dari mereka ke kita,"

Tapi sepertinya saran tersebut tidak diindahkan dan muncullah COVID-19. Walaupun belum ada bukti sahihnya, COVID-19 diduga bersumber dari pasar hewan di Wuhan.

Di sisi lain, Zhengli juga jadi sorotan lantaran ada tudingan COVID-19 dibuat atau bocor di Wuhan Institute of Virology yang ia pimpin. Mengenai itu, wanita berusia 55 tahun ini sudah berulangkali mengeluarkan bantahan.

Pada bulan Februari, dia sudah membantah teori tersebut dan berani menjamin dengan nyawanya, bahwa COVID-19 tidak berasal dari labnya.

Produsen Masker Melonjak 200% di Tengah Pandemi Corona

Produsen masker jumlahnya meningkat drastis selama pandemi COVID-19 di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat angkanya melonjak hingga 200%.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Engko Sosialine Magdalene menjelaskan sebelum adanya wabah virus Corona, jumlah produsen masker hanya 26. Kini yang sudah mendapatkan izin menjadi 83 produsen.

"Perizinan sudah dilakukan dan ini terbukti seperti produsen masker. Di awal tahun hanya 26 produsen. Saat ini sudah berjumlah 83 produsen. Artinya terdapat peningkatan lebih dari 200%, adanya perizinan untuk produsen masker," kata dia dalam rapat kerja gabungan dengan Komisi VI, VII dan IX secara virtual, Selasa (5/5/2020).

Kata dia, hal serupa juga terjadi di produk alat pelindung diri (APD) serta ventilator. Pihaknya mencatat adanya peningkatan perizinan untuk memproduksi alat kesehatan (alkes) tersebut. Namun dia tak menyebutkan angkanya.

Selanjutnya, pihaknya juga menyampaikan adanya peningkatan izin edar produk kesehatan buatan dalam negeri. Contohnya adalah hand sanitizer.

"Sekarang sudah lebih dari 600 izin edar yang diterbitkan selama masa COVID-19 ini. Dan relaksasi-relaksasi juga tentu saja diberikan untuk terkait dengan perizinan ataupun izin edar ini," jelasnya.

Pihaknya berjanji untuk mempercepat perizinan di sektor alat kesehatan, tak hanya di masa pandemi saja melainkan untuk seterusnya.

"Bukan hanya pada saat masa COVID-19, tentunya selanjutnya produksi dalam negeri tetap menjadi perhatian utama kami, dan diharapkan juga nanti di sisi hilir di mana pada saat penggunaan oleh fasilitas pelayanan kesehatan bisa menyambut dengan baik hasil-hasil produksi dalam negeri," tambahnya.

Bill Gates Kritik Sistem Tes Virus Corona di Amerika, Puji Asia

 Bill Gates mengkritik tes virus Corona di Amerika Serikat. Bukan karena ia menganggap tes tidak membantu tapi karena sistem tes yang diterapkan.
Hal ini disampaikan Gates saat berbicara di program CNN Town Hall. Ia mengatakan saat ini tes dan pelacakan yang dilakukan di AS kalah jauh dibanding beberapa negara Asia.

"Di Asia, kualitas tes dan contact tracing sangat jauh di depan dibanding AS," kata Gates, seperti dikutip detikINET dari Inc, Selasa (5/5/2020).

Gates mengatakan pemerintah AS mungkin terus meningkatkan kapasitas tes virus Corona setiap harinya. Tapi angka ini tidak merefleksikan kenyataan sebenarnya di masyarakat, terutama di komunitas berpenghasilan rendah.

Menurut Gates mundurnya sistem tes virus Corona di AS karena dua alasan. Pertama karena sistem yang tidak merata dan tidak memprioritaskan golongan yang lebih rawan.

Pendiri Microsoft ini menjelaskan bahwa ada beberapa kasus di mana seseorang pernah dites hingga berkali-kali karena pekerjaannya. Tapi di sisi lain ada komunitas marjinal yang tidak mendapatkan akses terhadap tes COVID-19.

"Jika kalian orang dengan penghasilan tinggi, kalian bisa dites banyak kali, jika kalian berpenghasilan rendah, kemungkinan kalian tidak bisa mendapatkan tes sama sekali," ucap Gates.

Alasan kedua adalah lamanya durasi untuk mengetahui hasil tes yang bisa memakan waktu lebih dari 24 jam. Jika hasil tes membutuhkan 3-4 hari untuk dikeluarkan, Gates mengatakan orang yang telah dites pun tetap bisa menyebarkan virus tanpa diketahui.

"Apa gunanya? Apa kalian cukup menulis catatan minta maaf kepada orang yang kalian temui selama tiga hari terakhir?" ujar pria berusia 67 tahun tersebut.

'Ramalan' Bos Laboratorium Wuhan Tentang Corona

 Wabah virus sudah beberapa kali menimpa manusia dan sebagian kalangan ilmuwan, berdasarkan pengalaman mereka, kadang memperingatkan ancaman serupa mungkin bakal terjadi di masa depan. Termasuk Shi Zhengli, ahli virus top China sekaligus direktur laboratorium Wuhan.
Zhengli dijuluki 'bat woman' lantaran kerap meneliti virus di kelelawar yang mungkin menular ke manusia. Jabatannya adalah Direktur Center for Emerging Infectious Diseases di Wuhan Institute of Virology (WIV). Zhengli pula orang pertama yang menemukan sekuens gen COVID-19.

Pada tahun 2018 di sebuah seminar di China, Zhengli berbicara soal wabah SARS untuk memberi peringatan soal kejadian serupa di masa mendatang. "Kenapa SARS? Karena SARS masih dibahas komunitas sains dan publik. Ada beberapa masalah yang belum terselesaikan," katanya pada saat itu.

SARS disebut menyebar dari musang tapi host alami virus itu diduga kuat adalah kelelawar yang menularkannya pada binatang itu lalu ke manusia melalui pasar hewan. Kejadian serupa menurut Zhengli masih mungkin terjadi di masa depan.

"Jika kita manusia tidak waspada, infeksi virus selanjutnya, apakah langsung atau melalui hewan lain, kemungkinannya benar-benar eksis," cetus Zhengli melontarkan semacam prediksi.

"Tahapan di mana SARS berkembang adalah di Guangdong Wildlife Market. Jika kita tidak mengganggu musang, maka penyebaran virus pada kelelawar ke musang dan ke manusia tidak akan terjadi. SARS tidak akan mewabah," paparnya.