Rabu, 06 Mei 2020

Didi Kempot Meninggal, Waspadai Keluhan yang Muncul di Atas Usia 40

 Kematian maestro campursari Didi Kempot dirasa mengejutkan, terjadi justru di tengah popularitasnya yang sedang menanjak. 'Lord' Didi dalam usianya yang ke-53 mengalami henti jantung di RS Kasih Ibu, Solo.
Praktisi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengingatkan pentingnya check up untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan. Tanpa pemeriksaan, banyak gangguan kesehatan sulit dideteksi.

"Kita juga harus paham, sebenarnya tidak ada proses penyakit yang terjadi tiba-tiba tetapi manifestasi klinisnya bisa tiba-tiba," jelasnya, dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (6/5/2020).

Selain itu, Prof Ari juga mengingatkan untuk selalu waspada terhadap berbagai keluhan yang tidak biasa. Sesak napas dengan atau tanpa keluhan nyeri dada yang muncul saat beraktivitas, seperti naik tangga dan berjaan jauh, harus diduga sebagai adanya gangguan pada jantung.

"Keluhan yang baru muncul ketika umur kita di atas 40 tahun merupakan suatu tanda ada yang tidak beres di dalam tubuh kita yang perlu evaluasi sesegera mungkin," pesan Prof Ari.

Check up di atas usia 40 tahun dianjurkan, termasuk bagi mereka yang tidak memiliki risiko sakit jantung. Bila ada faktor risiko, maka check up lebih awal sangat dianjurkan.

Ahli Jantung Jelaskan Soal Henti Jantung Seperti yang Dialami Didi Kempot

Legenda musik campursari Didi Kempot meninggal dunia karena henti jantung pada hari Selasa (5/5/2020). Pihak Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu di Solo menjelaskan Didi masuk sudah dalam kondisi tidak sadar.
"Tiba di IGD pagi ini pukul 07.25, kondisi tidak sadar, henti jantung, henti nafas. Dilakukan tindakan resusitasi, namun pasien tidak tertolong. Dinyatakan meninggal oleh dokter pukul 07.45," kata Asisten Manajer Humas Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Divan Fernandez, beberapa waktu lalu.

Terkait hal ini, di media sosial tampaknya tak sedikit yang menyebut Didi Kempot mengalami serangan jantung. dr Vito A Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FAsCC, dari Siloam Hospital Lippo Village menjelaskan henti jantung dan serangan jantung adalah dua hal yang berbeda.

"Kita perlu bedakan henti jantung dan serangan jantung. Tidak semuanya henti jantung karena serangan jantung," kata dr Vito pada detikcom, Rabu (6/5/2020).

Serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung tiba-tiba tersembat. Sementara henti jantung terjadi ketika kelistrikan otot-otot jantung terganggu hingga akhirnya jantung berhenti berdetak.

dr Vito mengatakan tidak semua henti jantung disebabkan oleh serangan jantung. Meski memang bila tidak ada penjelasan lain dan kejadian henti jantung terjadi mendadak maka kemungkinan terbesarnya bisa karena serangan jantung.

"Contoh orang infeksi berat, kecelakaan, kehabisan darah juga ujungnya henti jantung ketika meninggal tapi bukan disebabkan serangan jantung," ungkap dr Vito.

"Bila pembuluh darah koroner ini tersumbat mendadak, itulah yang dinamakan serangan jantung. Hal ini menyebabkan orang umumnya mengeluhkan sakit dada berat atau disertai sesak napas. Dada rasanya terhimpit, seperti diremas, atau ditindih benda sangat berat. Akibatnya jantung akan menurun fungsinya sebagai pompa dan dapat timbul gangguan listrik jantung yang berat dan akhirnya meninggal mendadak," pungkasnya.

Ingat Jaga Jarak! Video Ini Tunjukkan Droplet Bisa 'Muncrat' Sejauh 3 Meter

Sebuah video menunjukkan droplet atau cipratan dari batuk dan bersin bisa menyebar sejauh 3 meter. Tentu ini hampir dua kali lipat dari jaga jarak yang telah disarankan untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Dikutip dari The Sun, peneliti menggunakan campuran air dan gliserin untuk mencari tahu seberapa jauh droplet bisa menyebar ketika seseorang sedang batuk atau bersin.

Video dari Florida Atlantic University ini menunjukkan seberapa jauh droplet bisa menyebar, mulai dari batuk atau bersin yang ringan hingga berat.

"Untuk batuk berat, para peneliti menemukan bahwa partikel-partikel (droplet) itu bisa menyebar hingga 3 meter," kata Florida Atlantic University dalam sebuah pernyataan.

Saat ini jaga jarak aman yang disarankan demi mencegah penyebaran virus Corona adalah 2 meter. Maka penggunaan masker sangat disarankan untuk membantu pencegahan penyebaran virus.

"Kami menemukan bahwa masker memang tidak bisa menghentikan laju partikel hingga 100 persen, tetapi ini justru bisa memperlambatnya," tuturnya.

Didi Kempot Meninggal, Waspadai Keluhan yang Muncul di Atas Usia 40

 Kematian maestro campursari Didi Kempot dirasa mengejutkan, terjadi justru di tengah popularitasnya yang sedang menanjak. 'Lord' Didi dalam usianya yang ke-53 mengalami henti jantung di RS Kasih Ibu, Solo.
Praktisi klinis dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, mengingatkan pentingnya check up untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan. Tanpa pemeriksaan, banyak gangguan kesehatan sulit dideteksi.

"Kita juga harus paham, sebenarnya tidak ada proses penyakit yang terjadi tiba-tiba tetapi manifestasi klinisnya bisa tiba-tiba," jelasnya, dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (6/5/2020).

Selain itu, Prof Ari juga mengingatkan untuk selalu waspada terhadap berbagai keluhan yang tidak biasa. Sesak napas dengan atau tanpa keluhan nyeri dada yang muncul saat beraktivitas, seperti naik tangga dan berjaan jauh, harus diduga sebagai adanya gangguan pada jantung.

"Keluhan yang baru muncul ketika umur kita di atas 40 tahun merupakan suatu tanda ada yang tidak beres di dalam tubuh kita yang perlu evaluasi sesegera mungkin," pesan Prof Ari.

Check up di atas usia 40 tahun dianjurkan, termasuk bagi mereka yang tidak memiliki risiko sakit jantung. Bila ada faktor risiko, maka check up lebih awal sangat dianjurkan.

Ahli Jantung Jelaskan Soal Henti Jantung Seperti yang Dialami Didi Kempot

Legenda musik campursari Didi Kempot meninggal dunia karena henti jantung pada hari Selasa (5/5/2020). Pihak Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu di Solo menjelaskan Didi masuk sudah dalam kondisi tidak sadar.
"Tiba di IGD pagi ini pukul 07.25, kondisi tidak sadar, henti jantung, henti nafas. Dilakukan tindakan resusitasi, namun pasien tidak tertolong. Dinyatakan meninggal oleh dokter pukul 07.45," kata Asisten Manajer Humas Rumah Sakit (RS) Kasih Ibu, Divan Fernandez, beberapa waktu lalu.

Terkait hal ini, di media sosial tampaknya tak sedikit yang menyebut Didi Kempot mengalami serangan jantung. dr Vito A Damay, SpJP(K), Mkes, FIHA, FICA, FAsCC, dari Siloam Hospital Lippo Village menjelaskan henti jantung dan serangan jantung adalah dua hal yang berbeda.

"Kita perlu bedakan henti jantung dan serangan jantung. Tidak semuanya henti jantung karena serangan jantung," kata dr Vito pada detikcom, Rabu (6/5/2020).

Serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung tiba-tiba tersembat. Sementara henti jantung terjadi ketika kelistrikan otot-otot jantung terganggu hingga akhirnya jantung berhenti berdetak.

dr Vito mengatakan tidak semua henti jantung disebabkan oleh serangan jantung. Meski memang bila tidak ada penjelasan lain dan kejadian henti jantung terjadi mendadak maka kemungkinan terbesarnya bisa karena serangan jantung.

"Contoh orang infeksi berat, kecelakaan, kehabisan darah juga ujungnya henti jantung ketika meninggal tapi bukan disebabkan serangan jantung," ungkap dr Vito.

"Bila pembuluh darah koroner ini tersumbat mendadak, itulah yang dinamakan serangan jantung. Hal ini menyebabkan orang umumnya mengeluhkan sakit dada berat atau disertai sesak napas. Dada rasanya terhimpit, seperti diremas, atau ditindih benda sangat berat. Akibatnya jantung akan menurun fungsinya sebagai pompa dan dapat timbul gangguan listrik jantung yang berat dan akhirnya meninggal mendadak," pungkasnya.