Rabu, 03 Juni 2020

Bill Gates Ungkap 4 Pelajaran dari Flu Spanyol untuk Lawan COVID-19

 Bill Gates menjadi sosok yang dipuji sekaligus dikritik karena berbagai ucapannya di tengah pandemi COVID-19. Dia meminta dunia belajar dari sejarah Flu Spanyol.

Hal itu dia sampaikan dalam blog resminya GatesNotes. Dilihat detikINET, Rabu (3/6/2020) founder Microsoft ini meminta dunia belajar dari kejadian pandemi Flu Spanyol tahun 1918-1919.

Bill Gates merujuk pada buku The Great Influenza karya John M Barry terbitan tahun 2004. Dia mengingatkan betapa pandemi mengubah dunia selamanya.

Bill Gates percaya pada penulisnya yang menyebutkan, Perang Dunia II terjadi dipengaruhi dampak pandemi flu. Dampak pandemi flu memicu ketegangan para pemimpin negara besar seperti Presiden AS Woodrow Wilson yang menekan Jerman dan akhirnya muncul Adolf Hitler.

Menurut Bill Gates, dari pandemi Flu Spanyol ada 4 pelajaran penting untuk warga dunia dalam menghadapi pandemi virus Corona:

1. Masalah kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Bill Gates sangat penting di tengah pandemi. Butuh komando jelas dari seorang pemimpin untuk melalui pandemi ini. Ilmuwan harus berani maju memberi arahan. Kepala pemerintahan juga harus sigap dan waspada.

"Dulu di St Louis warga dimobilisir dan melakukan respons efektif yang menyelamatkan nyawa banyak orang. Sedangkan di Philadelpia, walikotanya mengabaikan anjuran membatalkan pawai. Beberapa hari kemudian, korban berjatuhan," kata Bill Gates.

2. Masalah kejujuran
Bill Gates mengatakan saat pandemi Flu Spanyol tahun 1918, para pemimpin politik bahkan komisi kesehatan, menutup-nutupi kabar buruk untuk menghindari kepanikan masyarakat. Namun masyarakat melihat teman dan tetangga mereka meninggal.

Suami dari Melinda Gates ini menyitir ucapan John M Barry, bahwa pemerintah harus menjaga kepercayaan publik. "Caranya jangan mengubah dan memanipulasi informasi," kata dia.

3. Peran filantropi

Di saat pandemi filantropi memegang peranan penting. Kedermawanan menjadi kunci untuk mengatasi krisis akibat pandemi. Waktu Flu Spanyol, ada bantuan dari John D Rockefeller, John Hopkins dll.

Bantuan dana itu akhirnya mengubah dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan di awal abad ke-20. Lahirlah ratusan ribu tenaga medis profesional untuk merawat orang sakit dan menata kesehatan masyarakat.

Inilah rupanya alasan Bill Gates tidak ragu menggelontorkan uang melalui Bill and Melinda Gates Foundation untuk mengatasi COVID-19.

4. Pandemi membuat manusia sadar diri

Meskipun dengan upaya luar biasa dan gelontoran uang dari Rockefeller Institute, John Hopkins University dll, ilmuwan tidak pernah menemukan vaksin Flu Spanyol tepat waktu. Baru pada tahun 1933 ilmuwan baru tahu kalau pandemi itu akibat virus, bukan bakteri.

"Saat ini juga kita punya banyak peralatan untuk menciptakan vaksin dan terapi yang efektif. Namun sains masih lebih lambat dari yang kita mau. Untuk mengakhiri pandemi, kita butuh lebih dari sekadar sains," kata Bill Gates.

Kata dia, butuh tekad politik untuk mendorong social distancing dan memastikan keajaiban ilmu pengetahuan menyebar lebih jauh dari virusnya. Dia dan Melinda menyadari, butuh waktu bertahun-tahun untuk menyiapkan vaksin agar bisa digunakan dunia, baik dari uang, institusi dan penelitiannya.

"Waktu tahun 1918, dunia tidak punya sistemnya. Melinda dan saya berkomitmen memastikan bahwa kali ini kita sanggup," pungkas Bill Gates.

Bill Gates memang sosok yang visioner. Mungkin pandangannya yang jauh ke depan, membuatnya dituduh konspiratif. Sementara kritikan yang lebih berdasar umumnya menyoroti masalah konflik kepentingan Bill Gates antara mendanai WHO dan mendanai pabrik farmasi Inovio yang lagi membuat vaksin Corona.
https://indomovie28.com/director/david-yarovesky/

Kisah Miris Artis K-Pop yang Dijadikan Objek Seks sampai Trauma Minum Susu

Industri K-Pop telah melahirkan nama-nama besar yang mendunia. Sebut saja BTS, Blackpink, Twice, IU, BTOB dan Mamamoo.

Namun ternyata tak semua artis K-Pop seberuntung mereka. Alih-alih meraih kesuksesan beberapa justru dijadikan objek seks untuk meraup keuntungan semata.

Kisah miris ini dialami Stellar, grup idol yang terbentuk pada 2011 dan membubarkan diri setelah tujuh tahun eksis. Ada alasan sedih di balik bubarnya grup beranggotakan empat orang ini.

Stellar merupakan grup idol di bawah agensi kecil bernama Entertainment Pascal. Formasi awal, grup ini digawangi Gayoung, Jeonyul, Leeseul dan JoA.

Awal muncul, popularitas mereka tidak langsung meroket. Lagu debut berjudul 'Rocket Girl' tak sukses di pasaran begitu pula di tahun berikutnya saat mereka merilis single 'UFO'. Dua personelnya, Leeseul dan JoA meninggalkan grup, digantikan oleh Minhee dan Hyoeun.

Nama Stellar baru menanjak pada 2013 ketika single mereka yang berjudul 'Study' berhasil masuk ke tangga lagu Top 100. Berambisi membuat Stellar lebih populer lagi, agensi mereka lalu mengubah konsep grup, dari imej wanita imut dan manis menjadi seksi.

Pada 2014 mini album 'Marionette' rilis dan konsep mereka memang jadi berubah drastis dari sebelum-sebelumnya. Namun imej seksi yang dibentuk justru dinilai audiens terlalu vulgar.

Agensi Stellar bahkan berbuat lebih jauh untuk mempromosikan album mereka. Fans diminta memberikan 'like' pada foto di akun Facebook resmi mereka jika ingin melihat lebih detail bagian tubuh para personelnya. Sistem ini membuat Stellar dan agensinya mendapat kritik keras.

Belum lagi video 'Marionette' yang terlalu seksi hingga mendapat rating 19+ karena gerakan dansa provokatif dan menjadikan wanita objek seksual. Video tersebut memang jadi hits dan sempat menduduki posisi 35 di tangga lagu K-Pop Hot 100. Tapi bukan semata-mata karena lagu, melainkan video seksi yang membuat audiens penasaran.

Gayoung, mantan personel Stellar, mengungkap proses di balik video yang jadi kontroversi itu. Seperti dikutip dari Koreaboo, Gayoung mengatakan bahwa agensinya telah memanipulasi agar mereka mau melakukan sejumlah adegan provokatif. Salah satu yang paling ramai diperbincangkan adalah adegan minum susu yang tumpah mengalir dari mulut hingga belahan payudara.

"Ada satu adegan di mana seorang personel harus minum susu. Dalam skrip, tertulis 'Merindukan cinta masa lalu, menjatuhkan diri ke tempat tidur, bangun dan minum susu.' Kami kira mereka hanya ingin dia minum susu untuk menggambarkan suasana pagi hari. Dia pun minum susu itu tapi mereka menyuruhnya agar menumpahkan susunya saat minum," cerita Gayoung.

Awalnya personel Stellar itu mengira tujuan adegan itu adalah untuk memperlihatkan kerapuhan wanita yang patah hati. Tapi ternyata pencitraan yang ada di video jauh berbeda. Audiens justru jadi membayangkan hal-hal tak senonoh.

"Syuting itu dilakukan saat usianya baru 20 tahun. Dia sangat kaget sampai tidak bisa lagi minum susu sampai sekarang. Dia benar-benar tersakiti. (Saat itu) tidak ada yang tahu tujuan sebenarnya dari syuting adegan itu," tuturnya.

Para personel Stellar sempat keberatan dengan konsep seksi dan mencoba menawarkan konsep lain ke agensi. Pada 2016, mereka merilis album 'Sting' dengan konsep lebih imut dan girlie, sayangnya tidak berhasil sehingga membuat agensi semakin punya alasan untuk mempertahankan imej seksi.

"Kami merilis beberapa album terkait 'Marionette', tapi orang-orang hanya ingat konsep seksinya. Padahal kami juga melakukan promosi yang lain. Hanya saja mereka tidak bisa melihat album lainnya dan hanya merespon konsep seksi itu," curhat Gayoung.

Alhasil agensi Stellar jadi punya kuasa penuh untuk mengontrol imej mereka. Setiap kali personelnya mencoba menentang, mereka mengancam harus membayar uang pinalti. Usia yang masih relatif muda membuat Stellar takut dan tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan ideologi mereka sendiri dan akhirnya harus pasrah dengan ketentuan agensi.

Puncaknya adalah pada 2017 saat Stellar merilis album terakhir mereka 'Vibrato'. Agensi memaksa empat personelnya menari mengenakan gaun dengan belahan paha sangat tinggi hingga memperlihatkan sebagian bokong dan perut. Mereka pun protes tapi agensi meyakinkan agar mencobanya terlebih dahulu dan melakukan pemotretan dengan kostum tersebut.

"Kami bilang, 'lihat itu terlalu terbuka'. Mereka terlihat setuju dan menyuruh kami ganti baju. Tapi ternyata fotonya dirilis. Saat melihatnya kami menelepon mereka dan berdebat. Mereka cuma bilang, 'Oh, kamu tidak tahu ya? Oke maaf, kami tidak akan melakukannya lagi'. Tapi foto itu terlanjut tersebar dan kami tidak bisa apa-apa," ujarnya.

Setelah menggelar konser perayaan hari jadi yang keenam, Gayoung dan Jeonyul memutuskan tak melanjutkan kontrak dengan Entertainment Pascal dan keluar dari grup. Kemudian awal 2018 Minhee dan Hyoyeun menyusul langkah kedua rekannya tak lagi terikat kontrak dengan agensi tersebut. Stellar pun resmi bubar.

Keluar dari agensi adalah langkah paling tepat yang pernah mereka buat setelah tersiksa secara batin selama bertahun-tahun. Mereka pun tak menyesal telah meninggalkan grup tersebut dan memilih berkarier sendiri-sendiri.

Minhee kini aktif sebagai YouTuber sementara Gayoung membuka kafe sambil mengejar karier sebagai aktris. Dua member lainnya masih belum diketahui kelanjutan kariernya.