Minggu, 07 Juni 2020

Mendadak Suka Olahraga Gara-gara Corona? Awas Serangan Jantung

Pandemi virus Corona COVID-19 juga memiliki sisi positif. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di banyak tempat, minat warga untuk berolahraga dinilai mengalami peningkatan.
Satu sisi, perubahan menjadi rajin olahraga adalah hal baik karena tubuh yang bugar akan membentuk imunitas tubuh yang baik juga. Namun di sisi lain, warga yang baru kenal olahraga seringkali tidak tahu caranya berolahraga dengan benar.

Meski tujuan utama berolahraga adalah untuk sehat, tidak jarang para pemula tidak menyadari risiko di balik olahraga yang dilakukan asal-asalan. Tidak sedikit kecelakaan terjadi saat berolahraga, dan bahkan kematian mendadak akibat stroke maupun serangan jantung.

"Takutnya nanti yang masuk rumah sakit bukan yang kena infeksi virus, tapi karena kecelakaan," kata pegiat olahraga bersepeda, Azrul Ananda, dalam siaran BNPB, Minggu (7/6/2020).

Olahraga bagi pemula, menurut Azrul seharusnya dilakukan secara bertahap. Khusus untuk bersepeda, ia juga menekankan pentingnya kelengkapan keamanan seperti helm.

"Saya selalu mengusir orang dari kelompok peleton saya kalau dia tidak pakai helm," tegas Azrul.

Azrul menekankan, edukasi penting dilakukan agar pemula bisa berolahraga dengan aman. Termasuk untuk mengenal kemampuan fisik masing-masing.

Sambut New Normal, Kesehatan Fisik & Mental Sama-sama Penting

Memasuki masa New Normal, kesehatan fisik dan mental dinilai sama-sama penting. Lalu bagaimana cara menjaga keduanya agar tetap seimbang?
Pertanyaan itu terjawab dalam sesi Good Health in New Normal dalam webinar Living a Good Life with Bakti BCA. Webinar ini menghadirkan dr Alberta Claudia dan Clinical Psychologist Tara de Thouars.

Tara menyebut di masa new normal ini, masyarakat terekspos dengan kecemasan banyak orang. Misalnya saat bertemu dengan keluarga, teman, atau rekan kantor, yang dibahas selalu tentang COVID-19.

"Penting bahwa kita tidak hanya memperhatikan fisik tapi juga kesehatan mental karena kalau mental kita terganggu, akhirnya fisik juga tidak dapat berfungsi secara normal," ujar Tara dalam acara webinar di detikcom, Minggu (7/6/2020).

Ia menambahkan, begitu berpikir negatif, maka pikiran tersebut akan diserap oleh pusat emosi di dalam otak. Pusat emosi ini kemudian akan mengirim alarm bahaya ke tubuh dan membuat tubuh berjaga-jaga sehingga menyebabkan keringat dingin, pencernaan terganggu, asam lambung naik, dan sebagainya yang akhirnya membuat seseorang tidak bisa aktivitas dengan normal.

Tara pun memberi saran bagaimana membuat pikiran selalu positif di masa new normal ini, salah satunya adalah berpikir untuk tetap tenang karena dengan pikiran yang tenang, tingkat stres/emosi menurun dan logika/pikiran rasional bisa berfungsi kembali.

"Tarik nafas, tahan empat detik, buang melalui mulut, lakukan selama 2 hingga 5 menit," saran dari Tara untuk membuat pikiran tenang.

Sementara itu, dr Claudia juga menyebut bahwa kesehatan mental itu penting sebab kesehatan mental memang memiliki keterkaitan dengan kesehatan fisik. Selain itu, menurutnya selama menjalani new normal, perilaku hidup sehat yang dilakukan sebenarnya sama seperti yang selama ini digaungkan.
http://kamumovie28.com/right-now-wrong-then/

Penertiban Warga Berkerumun di Bundaran HI dan Tak Pakai Masker

Memasuki masa transisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day masih belum diadakan. Namun, pada Minggu pagi (7/6/2020) terlihat antusiasme masyarakat yang berolahraga di kawasan bundaran Hotel Indonesia (HI).
Dalam pantauan detikcom, sejak pukul 6 pagi terlihat masyarakat yang berolahraga di sekitar bundaran HI, bersepeda hingga berlari. Menurut petugas yang berjaga di kawasan tersebut, jumlah warga yang berolahraga kali ini melebihi minggu sebelumnya.

"Terkait dengan ini, yang jelas ini belum dibuka belum ada CFD, tapi saya lihat orang yang naik sepeda saat ini banyak sekali," kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Jakarta Pusat, Bernard Tambunan, saat ditemui detikcom pada Minggu (7/6/2020).

Meskipun diperbolehkan berolahraga di luar ruangan atau outdoor, masyarakat diimbau tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker dan berjaga jarak.

Pantauan detikcom, beberapa petugas di kawasan Bundaran HI membubarkan warga yang berkerumun, selain itu menegur yang tidak memakai masker. Hal ini dilakukan demi mencegah penularan virus Corona.

"Tidak boleh untuk berkerumun, makanya anggota saya tadi saya suruh muter dulu," kata Bernard.

"Takutnya nanti tidak disiplin, kita tidak terlalu euforia menganggap ini sudah bebas semua padahal belum, takutnya nanti melonjak terlau tinggi kasis COVID-19, kita balik lagi ke PSBB," pungkasnya.

Mendadak Suka Olahraga Gara-gara Corona? Awas Serangan Jantung

Pandemi virus Corona COVID-19 juga memiliki sisi positif. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di banyak tempat, minat warga untuk berolahraga dinilai mengalami peningkatan.
Satu sisi, perubahan menjadi rajin olahraga adalah hal baik karena tubuh yang bugar akan membentuk imunitas tubuh yang baik juga. Namun di sisi lain, warga yang baru kenal olahraga seringkali tidak tahu caranya berolahraga dengan benar.

Meski tujuan utama berolahraga adalah untuk sehat, tidak jarang para pemula tidak menyadari risiko di balik olahraga yang dilakukan asal-asalan. Tidak sedikit kecelakaan terjadi saat berolahraga, dan bahkan kematian mendadak akibat stroke maupun serangan jantung.

"Takutnya nanti yang masuk rumah sakit bukan yang kena infeksi virus, tapi karena kecelakaan," kata pegiat olahraga bersepeda, Azrul Ananda, dalam siaran BNPB, Minggu (7/6/2020).

Olahraga bagi pemula, menurut Azrul seharusnya dilakukan secara bertahap. Khusus untuk bersepeda, ia juga menekankan pentingnya kelengkapan keamanan seperti helm.

"Saya selalu mengusir orang dari kelompok peleton saya kalau dia tidak pakai helm," tegas Azrul.

Azrul menekankan, edukasi penting dilakukan agar pemula bisa berolahraga dengan aman. Termasuk untuk mengenal kemampuan fisik masing-masing.

Sambut New Normal, Kesehatan Fisik & Mental Sama-sama Penting

Memasuki masa New Normal, kesehatan fisik dan mental dinilai sama-sama penting. Lalu bagaimana cara menjaga keduanya agar tetap seimbang?
Pertanyaan itu terjawab dalam sesi Good Health in New Normal dalam webinar Living a Good Life with Bakti BCA. Webinar ini menghadirkan dr Alberta Claudia dan Clinical Psychologist Tara de Thouars.

Tara menyebut di masa new normal ini, masyarakat terekspos dengan kecemasan banyak orang. Misalnya saat bertemu dengan keluarga, teman, atau rekan kantor, yang dibahas selalu tentang COVID-19.

"Penting bahwa kita tidak hanya memperhatikan fisik tapi juga kesehatan mental karena kalau mental kita terganggu, akhirnya fisik juga tidak dapat berfungsi secara normal," ujar Tara dalam acara webinar di detikcom, Minggu (7/6/2020).

Ia menambahkan, begitu berpikir negatif, maka pikiran tersebut akan diserap oleh pusat emosi di dalam otak. Pusat emosi ini kemudian akan mengirim alarm bahaya ke tubuh dan membuat tubuh berjaga-jaga sehingga menyebabkan keringat dingin, pencernaan terganggu, asam lambung naik, dan sebagainya yang akhirnya membuat seseorang tidak bisa aktivitas dengan normal.

Tara pun memberi saran bagaimana membuat pikiran selalu positif di masa new normal ini, salah satunya adalah berpikir untuk tetap tenang karena dengan pikiran yang tenang, tingkat stres/emosi menurun dan logika/pikiran rasional bisa berfungsi kembali.

"Tarik nafas, tahan empat detik, buang melalui mulut, lakukan selama 2 hingga 5 menit," saran dari Tara untuk membuat pikiran tenang.

Sementara itu, dr Claudia juga menyebut bahwa kesehatan mental itu penting sebab kesehatan mental memang memiliki keterkaitan dengan kesehatan fisik. Selain itu, menurutnya selama menjalani new normal, perilaku hidup sehat yang dilakukan sebenarnya sama seperti yang selama ini digaungkan.
http://kamumovie28.com/pengabdi-setan/