Sabtu, 04 Juli 2020

Akan Diproduksi Massal, Cara Kerja Kalung 'Antivirus' Corona Dipertanyakan

Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut akan segera memproduksi massal kalung antivirus Corona. Kalung yang terbuat dari eucalyptus ini diklaim oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bisa membunuh 42% virus Corona dalam waktu 15 menit.
"Ini antivirus hasil Balitbangtan, eucalyptus, pohon kayu putih. Dari 700 jenis, 1 yang bisa mematikan Corona hasil lab kita dan hasil lab ini untuk antivirus, dan kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," kata Syahrul beberapa waktu lalu.

Kabar kalung antivirus corona ini mendapat sorotan dari berbagai pihak. Di media sosial banyak netizen yang mempertanyakan efektivitas serta cara kerjanya.

"Sorry, nggak ngerti cara kerjanya kayak gimana, ini kalung di pakai trus COVID ogah nempel di kita gitu? Atau dicelupin ke air trus diminum? Atau diemut-emut gitu?" tanya seorang pengguna Twitter.

"Gimana ceritanya benda yang berupa kalung dari bahan minyak atsiri bisa bunuh virus? Virus di dalam tubuh, kalung di luar," komentar netizen lainnya, pengguna Facebook.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr dr Inggrid Tania, MSi, mengatakan memang eucalyptus memiliki zat bersifat antibakteri, antivirus, dan antijamur. Namun belum ada penelitian spesifik mengenai manfaatnya untuk COVID-19.

Oleh karena itu, belum tentu orang yang memakai kalung antivirus eucalyptus bisa benar-benar terlindungi dari ancaman virus.

"Belum diuji klinik juga pada manusia-manusia yang dipakaikan kalung tersebut. Jadi enggak ada bukti virus apapun bisa mati kalau kita pakai kalung," ungkap dr Inggris saat dihubungi detikcom, Sabtu (4/7/2020).

"Mungkin virus yang nempel di kulit leher kita bisa mati. Tapi, virus yang jaraknya 1 meter atau 2 meter dari badan kita bagaimana? Kan belum diteliti, belum ada bukti," pungkasnya.

Heboh Kalung 'Antivirus' Corona, Benarkah Eucalyptus Bisa Bunuh COVID-19?

 Kementerian Pertanian (Kementan) berencana memproduksi massal produk kalung antivirus Corona dari bahan eucalyptus atau kayu putih. Disebutkan bahwa tanaman eucalyptus bisa bunuh virus Corona, terbukti dari uji laboratorium Kementan.
Selain kalung, Kementan juga berencana untuk membuat produk inovasi antivirus Corona dengan bentuk inhaler, roll on, salep, dan difuser.

Berbicara mengenai hal tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr dr Inggrid Tania, MSi, mengatakan bahwa eucalyptus memang memiliki zat yang bersifat antibakteri, antivirus, dan antijamur. Namun belum ada penelitian spesifik mengenai manfaatnya untuk COVID-19.

"Penelitian Kementan ini baru diujikan sampai tahap in vitro pada virus influenza, beta corona, gamma corona. Belum diuji spesifik terhadap virusnya COVID-19 yakni virus SARS-CoV-2," tutur dr Inggrid kepada detikcom, Sabtu (4/7/2020).

Maksudnya adalah hasil uji yang melaporkan kandungan antivirus dalam minyak atsiri yang disebut 1,8-cineol masih terbatas pada virus Corona secara umum saja, tidak spesifik pada jenis virus yang menjadi penyebab COVID-19 yakni SARS-CoV-2.

Dijelaskan juga oleh dr Inggrid, klaim antivirus COVID-19 baru bisa diperoleh jika sudah ada hasil spesifik terhadap strain SARS-CoV-2 sebab tak cukup hanya dengan uji virus Corona secara umum.

"Mohon berhati-hati, karena klaim sebagai "antivirus Corona" bisa misleading. Karena ternyata banyak pemahaman masyarakat yang salah, menduga bahwa antara 'virus Corona' dengan 'virusnya COVID-19' adalah sama atau identik padahal cukup beda karakteristiknya," jelasnya.

Penggunaan eucalyptus atau minyak atsiri memang sering digunakan untuk mengatasi keluhan terkait saluran pernapasan. Kandungan 1,8-cineol pada eucalyptus memiliki sifat anti-inflamasi yang secara teori mungkin bermanfaat bagi pasien COVID-19.

Namun, penggunaannya sebagai 'antivirus' COVID-19 perlu dilakukan uji klinis terlebih dahulu.

"Jika ingin uji kliniknya segera dalam waktu cepat, bisa diarahkan untuk pembuktian efikasi dalam hal perbaikan gejala pernafasan pada pasien COVID-19," pungkas dr Inggrid.
https://nonton08.com/cast/ben-barnes/

Update Corona di Indonesia 4 Juli: 62.142 Positif, 28.219 Sembuh, 3.089 Meninggal

Pemerintah mengumumkan update data terbaru virus Corona COVID-19 di Indonesia. Hingga Sabtu (4/7/2020), akumulasi kasus positif telah mencapai 62.142 orang.
Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 28.219 dan yang meninggal menjadi 3.089.

Berikut ini detail perkembangan kasus Corona di Indonesia pada Sabtu (4/7/2020):

1. Jumlah kasus positif bertambah 1.447 menjadi 62.142.
2. Jumlah pasien sembuh bertambah 651 menjadi 28.219.
3. Jumlah pasien meninggal dunia bertambah 53 menjadi 3.089.

Data tersebut merupakan akumulasi yang tercatat hingga pukul 12.00 WIB hari ini.

Sebelumnya pada Kamis (2/7/2020), jumlah akumulatif kasus positif berada di angka 60.695, dengan 27.568 di antaranya sembuh dan 3.036 meninggal.

Akan Diproduksi Massal, Cara Kerja Kalung 'Antivirus' Corona Dipertanyakan

Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut akan segera memproduksi massal kalung antivirus Corona. Kalung yang terbuat dari eucalyptus ini diklaim oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bisa membunuh 42% virus Corona dalam waktu 15 menit.
"Ini antivirus hasil Balitbangtan, eucalyptus, pohon kayu putih. Dari 700 jenis, 1 yang bisa mematikan Corona hasil lab kita dan hasil lab ini untuk antivirus, dan kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak," kata Syahrul beberapa waktu lalu.

Kabar kalung antivirus corona ini mendapat sorotan dari berbagai pihak. Di media sosial banyak netizen yang mempertanyakan efektivitas serta cara kerjanya.

"Sorry, nggak ngerti cara kerjanya kayak gimana, ini kalung di pakai trus COVID ogah nempel di kita gitu? Atau dicelupin ke air trus diminum? Atau diemut-emut gitu?" tanya seorang pengguna Twitter.

"Gimana ceritanya benda yang berupa kalung dari bahan minyak atsiri bisa bunuh virus? Virus di dalam tubuh, kalung di luar," komentar netizen lainnya, pengguna Facebook.

Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr dr Inggrid Tania, MSi, mengatakan memang eucalyptus memiliki zat bersifat antibakteri, antivirus, dan antijamur. Namun belum ada penelitian spesifik mengenai manfaatnya untuk COVID-19.

Oleh karena itu, belum tentu orang yang memakai kalung antivirus eucalyptus bisa benar-benar terlindungi dari ancaman virus.

"Belum diuji klinik juga pada manusia-manusia yang dipakaikan kalung tersebut. Jadi enggak ada bukti virus apapun bisa mati kalau kita pakai kalung," ungkap dr Inggris saat dihubungi detikcom, Sabtu (4/7/2020).

"Mungkin virus yang nempel di kulit leher kita bisa mati. Tapi, virus yang jaraknya 1 meter atau 2 meter dari badan kita bagaimana? Kan belum diteliti, belum ada bukti," pungkasnya.

Heboh Kalung 'Antivirus' Corona, Benarkah Eucalyptus Bisa Bunuh COVID-19?

 Kementerian Pertanian (Kementan) berencana memproduksi massal produk kalung antivirus Corona dari bahan eucalyptus atau kayu putih. Disebutkan bahwa tanaman eucalyptus bisa bunuh virus Corona, terbukti dari uji laboratorium Kementan.
Selain kalung, Kementan juga berencana untuk membuat produk inovasi antivirus Corona dengan bentuk inhaler, roll on, salep, dan difuser.

Berbicara mengenai hal tersebut, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr dr Inggrid Tania, MSi, mengatakan bahwa eucalyptus memang memiliki zat yang bersifat antibakteri, antivirus, dan antijamur. Namun belum ada penelitian spesifik mengenai manfaatnya untuk COVID-19.

"Penelitian Kementan ini baru diujikan sampai tahap in vitro pada virus influenza, beta corona, gamma corona. Belum diuji spesifik terhadap virusnya COVID-19 yakni virus SARS-CoV-2," tutur dr Inggrid kepada detikcom, Sabtu (4/7/2020).

Maksudnya adalah hasil uji yang melaporkan kandungan antivirus dalam minyak atsiri yang disebut 1,8-cineol masih terbatas pada virus Corona secara umum saja, tidak spesifik pada jenis virus yang menjadi penyebab COVID-19 yakni SARS-CoV-2.

Dijelaskan juga oleh dr Inggrid, klaim antivirus COVID-19 baru bisa diperoleh jika sudah ada hasil spesifik terhadap strain SARS-CoV-2 sebab tak cukup hanya dengan uji virus Corona secara umum.

"Mohon berhati-hati, karena klaim sebagai "antivirus Corona" bisa misleading. Karena ternyata banyak pemahaman masyarakat yang salah, menduga bahwa antara 'virus Corona' dengan 'virusnya COVID-19' adalah sama atau identik padahal cukup beda karakteristiknya," jelasnya.

Penggunaan eucalyptus atau minyak atsiri memang sering digunakan untuk mengatasi keluhan terkait saluran pernapasan. Kandungan 1,8-cineol pada eucalyptus memiliki sifat anti-inflamasi yang secara teori mungkin bermanfaat bagi pasien COVID-19.

Namun, penggunaannya sebagai 'antivirus' COVID-19 perlu dilakukan uji klinis terlebih dahulu.

"Jika ingin uji kliniknya segera dalam waktu cepat, bisa diarahkan untuk pembuktian efikasi dalam hal perbaikan gejala pernafasan pada pasien COVID-19," pungkas dr Inggrid.
https://nonton08.com/cast/john-wark/