DKI Jakarta kembali menerapkan kebijakan ganjil genap di tengah tingginya kasus penularan virus Corona COVID-19. Mau tidak mau, sebagian warga beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Peralihan ini menjadi tantangan tersendiri mengingat risiko penularan di tempat dan fasilitas umum dinilai lebih tinggi. Kontak dekat dengan banyak orang di ruangan yang tertutup memungkinkan terjadinya penularan droplet dan mikrodroplet.
Untuk meminimalkan risiko, masyarakat diimbau menerapkan 6 protokol berikut:
Berikut 6 protokol kesehatan yang harus dipatuhi untuk mencegah penularan COVID-19 saat berada di sarana transportasi umum:
1. Pastikan dalam keadaan sehat
Jika mengalami gejala seperti batuk, pilek, demam, nyeri tenggorokan atau sesak napas. Tetaplah berada di rumah dan segera periksa ke dokter untuk mengetahui kondisi lebih lanjut.
2. Wajib pakai masker!
Saat perjalanan dan selama berada di transportasi umum tetap menggunakan masker dan jangan sekali-kali melepaskannya, karena masker cukup efektif untuk mencegah penularan virus Corona jika memakainya dengan cara yang benar. Disarankan juga untuk menggunakan pakaian lengan panjang atau jaket dan menggantinya sesampainya di tujuan.
3. Sering mencuci tangan atau pakai hand sanitizer
Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau minimal menggunakan hand sanitizer.
Hal ini bertujuan agar memastikan tangan selalu dalam keadaan bersih.
Para penumpang MRT Jakarta menggunakan moda transportasi umum tersebut dengan menjaga jarak sosial dari tanda silang yang dibuat oleh pengelola, di Jakarta, Jumat (20/3/2020). MRT Jakarta membuat tanda silang sebagai kursi yang tidak perlu diduduki di kursi kereta atau di peron ruang tunggu untuk membuat jarak sosial (social distancing) seperti yang disarankan pemerintah. Social Distancing untuk mencegah penyebaran virus Corona.Penerapan Social Distancing di sarana transportasi umum Foto: Ari Saputra
4. Hindari menyentuh area wajah
Jangan pernah menyentuh bagian wajah seperti mata, hidung, dan mulut yang menjadi jalan masuk bagi penularan virus Corona.
5. Jaga jarak
Tetap perhatikan jarak minimal 1 meter untuk menghindari terjadinya paparan virus dari orang lain.
6. Gunakan face shield bersama masker
Jika kondisi transportasi umum padat dan penerapan jaga jarak sulit dilakukan, gunakan pelindung wajah (face shield) dan masker sebagai perlindungan tambahan.
Bikin Gaduh Melulu Soal COVID-19, Anji Kenapa Sih?
Untuk kesekian kalinya, Erdian Aji Prihartanto alias Anji bikin gaduh soal virus Corona COVID-19. Kali ini ia mewawancarai sosok yang mengaku profesor mikrobiologi dan telah menemukan antibodi 'obat' COVID-19, Hadi Pranoto.
Wawancara yang diunggahnya di akun YouTube ini mendapat kecaman banyak pihak karena klaim-klaim yang disampaikan tidak bisa ditelusur kebenarannya dan cenderung menyesatkan. Belakangan, konten video tersebut lenyap dari YouTube.
Wakil ketua umum PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Slamet Budiarto memastikan tidak ada nama Hadi Pranoto di dalam database kedokteran Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli mikrobiologi. Dalam video, Anji sempat memanggil 'Dok', sapaan untuk pemilik gelar dokter.
Ahli epidemiologi Pandu Riono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyebut wawancara Anji berbahaya karena menyesatkan. Berbagai klaim yang disampaikan bisa membuat masyarakat tidak patuh dan tidak peduli lagi pada protokol kesehatan.
Sudah waktunya orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu ditindak tegas, termasuk Anji
Pandu Riono - Pakar epidemiologi FKM UI
"Sudah waktunya orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu ditindak tegas, termasuk Anji," tegas Pandu.
Bukan kali pertama
Ini bukan kali pertama Anji membuat gaduh soal COVID-19. Sebelumnya, Anji menuai kecaman dari Pewarta Foto Indonesia (PFI) karena dinilai melecehkan karya jurnalistik terkait komentarnya atas foto jenazah COVID-19 yang terbungkus plastik di ruang perawatan.
Masih terkait foto jenazah, Anji juga menyebut COVID-19 memang benar ada tetapi tidak sebegitu mengerikan. PB IDI menyayangkan pernyataan ini mengingat pandemi virus Corona telah memakan banyak korban jiwa.
"Terakhir kami terima laporan 63 dokter, yang terlapor karena COVID," kata Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Daeng M Faqih, kepada detikcom, Senin (20/7/2020).
Kadang-kadang sok tahu
Dalam berbagai komentarnya, Anji banyak menyiratkan ketidakpahamannya tentang masalah kesehatan. Dokter jantung dari RS Siloam Lippo Village, dr Vito A Damay, SpJP, sempat mengoreksi singkatan CVD yang dipakai Anji untuk menyebut COVID-19.
https://indomovie28.net/demonstration-sale-2/