Rabu, 04 November 2020

Pangeran William Positif COVID-19 Bulan April, Sengaja Dirahasiakan

 Cucu Ratu Elizabeth, Pangeran William, dilaporkan sempat terinfeksi COVID-19. Ia tertular pada bulan April bersamaan dengan sang ayah, Pangeran Charles.

Kabar tersebut, menurut sumber di Istana Kensington, sengaja dirahasiakan agar tidak memicu kegaduhan.


"Ada hal penting yang sedang terjadi dan saya tidak ingin membuat siapapun khawatir," kata Pangeran William, dikutip oleh The Sun.


Pangeran William dirawat oleh dokter-dokter istana dan mengikuti panduan pemerintah dengan mengisolasi diri di kediaman keluarga di Anmer Hall, Norfolk.


Diberitakan BBC, kondisi Pangeran William saat ini belum diungkap. Kemungkinan karena menghendaki tidak terjadi kegaduhan.


"Namun istana juga berusaha untuk menjaga privasi keluarga kerajaan," kata koresponden BBC Jonny Dymond.


Sementara itu, Pangeran Charles juga sempat terinfeksi COVID-19 pada 25 Maret. Ia menjalani isolasi di kediamannya di Skotlandia selama 7 hari dengan gejala sedang.


Inggris saat ini tengah menghadapi lonjakan kasus virus Corona COVID-19 dengan jumlah kematian lebih dari 46 ribu kasus, yang didefinisikan sebagai kematian dalam 28 hari setelah dinyatakan positif. Definisi yang lebih luas mencatatkan 58.925 kematian di negara tersebut.

https://nonton08.com/bunyan-and-babe-2017/


Alergi Dingin Bikin Pria Ini Hampir Kehilangan Nyawa di Kamar Mandi


Seorang pria asal Colorado, Amerika Serikat hampir kehilangan nyawa saat melangkah keluar dari ruang pancuran air panas ke kamar mandi dingin. Menurut sebuah laporan, pria tersebut memiliki alergi dingin dengan reaksi serius yang dapat menyebabkan kematian atau anafilaksis.

Menurut laporan kasus yang diterbitkan pada 27 Oktober di The Journal of Emergency Medicine, pria berusia 34 itu ditemukan pingsan di lantai kamar mandi oleh keluarganya. Pria tersebut mengalami kesulitan bernapas dan kulitnya gatal-gatal.


Dikutip dari laman Live Science, ia mengalami reaksi alergi yang mengancam nyawa di seluruh tubuh yang dikenal sebagai anafilaksis. Saat paramedis tiba, keluarganya memberitahu mereka bahwa pria tersebut memiliki riwayat alergi terhadap cuaca dingin.


Dia sebelumnya mengalami gatal-gatal sebagai reaksi terhadap dingin, tetapi bukan anafilaksis. Kejadian ini dimulai setelah dia pindah dari Mikronesia yang merupakan negara kepulauan di Amerika yang memiliki iklim tropis, ke Colorado yang suhunya lebih dingin.


Setelah dilarikan ke rumah sakit, paramedis merawat pria itu dengan epinefrin dan oksigen dan membawanya ke ruang gawat darurat. Ketika sampai di rumah sakit, dia berkeringat banyak dan merasakan gatal-gatal di sekujur tubuhnya.


Dokter mendiagnosisnya dengan urtikaria dingin, reaksi alergi pada kulit setelah terkena suhu dingin, termasuk udara dingin atau air dingin, menurut Mayo Clinic. Orang juga dapat mengembangkan gejala setelah mengonsumsi makanan atau minuman dingin, lapor Live Science.


Gejala yang paling umum dirasa adalah ruam merah dan gatal (gatal-gatal) setelah terpapar dingin, tetapi dalam kasus yang lebih serius, orang dapat mengembangkan anafilaksis yang dapat menyebabkan tekanan darah turun dan saluran udara menyempit, sehingga sulit bernapas.


Reaksi yang lebih parah ini biasanya terjadi dengan kulit seluruh tubuh terpapar dingin, seperti saat orang berenang di air dingin. Dalam kasus pria tersebut, seluruh tubuhnya terkena udara dingin setelah keluar dari kamar mandi.


Dokter mengkonfirmasi diagnosis pria tersebut dengan menggunakan "tes es batu," yang melibatkan penempatan es batu di kulit selama sekitar 5 menit. Jika pasien mengembangkan benjolan merah yang menonjol pada kulit tempat es batu berada, mereka didiagnosis dengan urtikaria dingin.


Belum diketahui seberapa umum kondisi ini, namun satu studi di Eropa menemukan prevalensi 0,05 persen, menurut National Institutes of Health. Reaksi anafilaksis lebih jarang terjadi daripada reaksi seperti alergi lainnya.


Dalam kebanyakan kasus, penyebab dari kondisi ini tidak diketahui lebih lanjut. Namun terkadang dapat diturunkan, yang berarti orang-orang memiliki kecenderungan genetik. Pada orang lain, urtikaria dingin dipicu oleh sesuatu yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti infeksi virus atau kanker tertentu.


Reaksi alergi terjadi akibat paparan dingin yang menyebabkan sistem kekebalan melepaskan bahan kimia yang disebut histamin, ini bisa memicu respons peradangan.


Di rumah sakit, pria itu dirawat dengan antihistamin dan steroid, dan kondisinya membaik. Sebelum ia meninggalkan rumah sakit, ia dinasehati untuk menghindari paparan dingin atau situasi lain di mana seluruh tubuhnya akan terkena hawa dingin. Dia juga diresepkan oleh dokter berupa injektor otomatis epinefrin, yang dapat mengobati anafilaksis dalam situasi darurat.

https://nonton08.com/beach-rats-2017/

Gejala COVID-19 Anosmia Disebut Lebih Meyakinkan daripada Batuk

  Sebuah penelitian menunjukkan anosmia atau kehilangan indera penciuman jadi gejala COVID-19 yang lebih meyakinkan daripada batuk atau demam.

Studi oleh University College London (UCL) pada 590 orang yang kehilangan indera penciuman atau perasa secara tiba-tiba menemukan sebanyak 80 persen atau empat dari lima di antara mereka memiliki antibodi COVID-19, artinya mereka pernah terinfeksi penyakit tersebut.


Dari mereka yang memiliki antibodi, 40 persen tak memiliki gejala COVID-19 lainnya. Hal ini jadi bukti bahwa kehilangan indera penciuman merupakan tanda-tanda terinfeksi virus corona mulai pada April.


Kehilangan indera penciuman secara resmi dimasukkan sebagai gejala COVID-19 pada pertengahan bulan Mei.


"Temuan kami menunjukkan bahwa hilangnya bau dan rasa adalah indikator yang sangat dapat diandalkan bahwa seseorang kemungkinan besar mengidap COVID-19," kata penulis utama penelitian, Profesor Rachel Batterham, dikutip dari laman UCL.


Walau tidak semua pasien COVID-19 akan kehilangan indera penciuman atau perasa, jika seseorang kehilangan indera penciuman kemungkinan besar itu disebabkan virus corona, kata penelitian ini.


Prof Rachel Batterham, mengatakan, meski anosmia jadi pertanda yang lebih meyakinkan, batuk dan demam masih dilihat banyak orang sebagai gejala utama yang harus diwasapadai.


Meskipun kehilangan indera penciuman dianggap sebagai gejala ringan dan tak perlu dibawa ke rumah sakit, Prof Batterham menunjukkan potensi bahaya dari hilangnya indera penciuman, di antaranya tak mampu untuk mendeteksi asap, gas yang bocor atau makanan yang sudah busuk.


Jika diderita dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut juga dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup masyarakat.


"Temuan ini menekankan pentingnya orang untuk mewaspadai perubahan pada indera penciuman dan perasa, kemudian melakukan isolasi mandiri ketika mereka menyadari tak bisa mencium bau seperti parfum, pemutih, pasta gigi, atau kopi," jelas Prof Batterham.

https://nonton08.com/red-flag-2012/


Pangeran William Positif COVID-19 Bulan April, Sengaja Dirahasiakan


Cucu Ratu Elizabeth, Pangeran William, dilaporkan sempat terinfeksi COVID-19. Ia tertular pada bulan April bersamaan dengan sang ayah, Pangeran Charles.

Kabar tersebut, menurut sumber di Istana Kensington, sengaja dirahasiakan agar tidak memicu kegaduhan.


"Ada hal penting yang sedang terjadi dan saya tidak ingin membuat siapapun khawatir," kata Pangeran William, dikutip oleh The Sun.


Pangeran William dirawat oleh dokter-dokter istana dan mengikuti panduan pemerintah dengan mengisolasi diri di kediaman keluarga di Anmer Hall, Norfolk.


Diberitakan BBC, kondisi Pangeran William saat ini belum diungkap. Kemungkinan karena menghendaki tidak terjadi kegaduhan.


"Namun istana juga berusaha untuk menjaga privasi keluarga kerajaan," kata koresponden BBC Jonny Dymond.


Sementara itu, Pangeran Charles juga sempat terinfeksi COVID-19 pada 25 Maret. Ia menjalani isolasi di kediamannya di Skotlandia selama 7 hari dengan gejala sedang.


Inggris saat ini tengah menghadapi lonjakan kasus virus Corona COVID-19 dengan jumlah kematian lebih dari 46 ribu kasus, yang didefinisikan sebagai kematian dalam 28 hari setelah dinyatakan positif. Definisi yang lebih luas mencatatkan 58.925 kematian di negara tersebut.

https://nonton08.com/coriolanus-2011/