Tim peneliti dari Universitas Cambridge menguji semua jenis kain, mulai dari kaos sampai jeans vakum untuk menentukan jenis bahan masker apa yang paling efektif tangkal COVID-19.
Mereka juga menguji keefektifan kain yang berbeda dalam menyaring partikel antara 0,02 dan 0,1 mikrometer. Studi ini dilakukan dengan menghitung kecepatan partikel yang cukup tinggi, sebanding dengan batuk atau sesak napas.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMJ Open ini menunjukkan sebagian besar kain yang biasa digunakan untuk masker wajah non-klinis efektif menyaring partikel ultra halus.
Untuk masker kain yang biasa diproduksi oleh usaha rumahan dinyatakan memiliki efektifitas lebih bila terdiri atas beberapa lapis kain. Efektifitas juga semakin meningkat apabila beberapa lapis kain tersebut dijahit kuat dan diberikan bahan tambahan yang kaku.
Para peneliti juga mempelajari kinerja kain yang berbeda saat lembab, dan setelah mereka melalui siklus pencucian dan pengeringan normal.
Mereka menemukan bahwa kain bekerja dengan baik saat lembab dan bekerja cukup baik setelah satu siklus pencucian, namun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pencucian berulang dapat menurunkan kualitas kain, dan para peneliti mengingatkan bahwa masker tidak boleh digunakan kembali tanpa batas waktu.
Meskipun ada banyak informasi yang membantu setiap orang untuk membuat masker sendiri, tetapi hanya ada sedikit bukti ilmiah tentang bahan kain apa yang paling cocok.
"Masker yang memblokir partikel dengan sangat baik tetapi membuat Anda sesak bukanlah masker yang efektif. Jeans, misalnya, cukup efektif dalam memblokir partikel, tetapi sulit untuk bernapas. Jadi mungkin bukan ide yang baik untuk membuat masker dari kain jeans," kata salah satu peneliti Eugenia O'Kelly dari Fakultas Teknik Cambridge.
https://nonton08.com/never-said-goodbye-2016/
Kasus COVID-19 Tembus 1 Juta, Inggris Umumkan Lockdown Kedua!
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan lockdown kedua di Inggris yang bakal di mulai Kamis (05/11/2020) dan berakhir tanggal 2 Desember.
Langkah ini diambil setelah kasus COVID-19 di Inggris mencapai lebih dari satu juta. Kebijakan ini dilakukan untuk mencegah kolapsnya tenaga kesehatan dan rumah sakit.
"Natal tahun ini akan sangat berbeda. Namun saya berharap dan percaya dengan mengambil langkah keras sekarang, para keluarga dapat berkumpul (saat Natal)," kata PM Johnson dikutip dari BBC.
Keputusan ini diterapkan di setelah adanya satu studi yang menunjukkan jumlah kematian akibat Covid-19 di Inggris diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan puncak pertama.
Menurut permodelan tersebut angka kematian pasien COVID-19 di Inggris bisa mencapai lebih dari 4.000 orang sehari jika langkah tegas tidak dilakukan.
Pub, restoran, gym, dan toko non-esensial harus tutup selama empat minggu mulai Kamis. Namun tidak seperti lockdown sebelumnya, sekolah, perguruan tinggi, dan universitas dapat tetap buka.
Tingkat infeksi di negara itu telah meningkat tajam selama berminggu-minggu. Kantor Statistik Nasional memperkirakan bahwa 1 dari 100 orang di Inggris mengidap Covid-19, dibandingkan dengan 1 dari 2.300 pada Juli dan 1 dalam 200 pada awal Oktober.
Sebagai catatan, Inggris adalah negara kesembilan yang mencapai angka kasus satu juta, setelah Amerika Serikat, India, Brasil, Rusia, Prancis, Spanyol, Argentina dan Kolombia. Jumlah penularan diperkirakan lebih tinggi karena kurangnya tes pada awal pandemi.