Berbagai pencegahan dan pengendalian penyebaran COVID-19 dilakukan setiap negara. Tak sedikit beberapa negara yang kembali mencatat lonjakan kasus COVID-19 kembali menerapkan lockdown.
Dikutip dari Channel News Asia, Vietnam menjadi salah satu negara yang berhasil memerangi gelombang pertama COVID-19. Begitu pula dengan gelombang kedua COVID-19 yang dialami Vietnam.
Vietnam sukses menangani kasus COVID-19 dengan baik saat gelombang kedua muncul dan berakhir tujuh minggu tanpa kasus penularan lokal. Apa strateginya?
Vietnam dengan cepat menerapkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan strategi pengendalian infeksi COVID-19. Sebagian besar strategi sama dengan negara lain.
Adalah isolasi kasus, contact tracing, karantina, jarak sosial dan penangguhan orang asing masuk ke negara mereka. Namun, ada satu hal yang paling menonjol dalam kedisiplinan Vietnam.
Hal tersebut adalah penggunaan masker yang disiplin dilaksanakan seluruh warganya. Mengenakan masker telah lama menjadi budaya warga Vietnam untuk melindungi diri dari paparan sinar UV dan polusi.
Maka dari itu, tak sulit bagi mereka untuk mematuhi penggunaan masker tersebut. Penggunaan masker di Vietnam juga menjadi wajib di transportasi umum sejak Februari lalu dan di ruang publik termasuk supermarket, bandara, dan stasiun sejak 16 Maret.
Bagi yang melanggar dikenakan denda US $ 13 atau hampir Rp 200 ribu. Ada 91 persen warga Vietnam yang selalu memakai masker wajah setiap bepergian.
"Pengalaman budaya dan pribadi dapat memengaruhi seberapa reseptif komunitas terhadap ide-ide dan praktik-praktik baru, dan penerimaan yang meluas dari penyamaran massal wajib di Vietnam didasarkan pada pengalaman komunitas sebelumnya dengan mereka," jelas Minh Cuong Duong, seorang dokter dan ahli epidemiologi, adalah Dosen Associate di School of Public Health and Community Medicine, University of New South Wales, Sydney.
"Di negara-negara Barat, persepsi umum adalah bahwa masker hanya untuk orang yang sakit dan perawatnya," lanjutnya.
Kasus COVID-19 di Vietnam kini berdasarkan laporan worldometers ada sebanyak 1.207 kasus secara akumulatif dengan total 35 kematian dan sembuh 1.069 kasus.
https://nonton08.com/movies/romantic-warriors/
Obat Diabetes yang Ditarik FDA Banyak Dipakai, Dokter Tunggu Kajian BPOM RI
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menarik sebagian obat diabetes metformin. Hal ini dikarenakan obat tersebut ditemukan memiliki cemaran n-Nitrosodimethylamine (NDMA) yang berpotensi memicu kanker.
Adapun obat metformin yang ditarik tersebut berasal dari perusahaan farmasi Nostrum Laboratories dengan jenis Metformin HCl Extended Release Tablets, USP 750 MG. FDA menegaskan kandungan tersebut berisiko memicu kanker berdasarkan hasil tes laboratorium.
"Metformin HCl Extended Release Tablets, USP 750 MG, ditemukan mengandung tingkat cemaran nitrosamin di atas batas aman 96 ng per hari yang ditetapkan sesuai pedoman FDA pada September 2020," tulis FDA dalam situs resminya dan dikutip pada Jumat (6/11/2020).
Menanggapi hal ini, Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD, Ketua Umum Perkumpulan PERKENI menjelaskan tidak semua obat metformin ditarik, hanya beberapa yang mengandung NDMA. Meski begitu, hal ini menurutnya perlu menjadi perhatian BPOM.
"Seharusnya BPOM memerankan peranan penting untuk melihat apakah metformin yang ada di Indonesia ini ada yang mengandung NDMA yang melebihi batas yang diwajibkan," jelasnya saat dihubungi detikcom Jumat (6/11/2020).
Penggunaan obat metformin di Indonesia sendiri selama ini bekerja dengan baik pada pasien diabetes. Selain itu harga metformin disebutnya terbilang murah.
"Di Indonesia sendiri metformin sangat dipakai, obat paling murah dan bagus untuk diabetes. Metformin sendiri nggak berisiko berbahaya," lanjutnya.