Kamis, 03 Desember 2020

WHO Perketat Pedoman, Masker Seperti Apa yang Aman Tangkal COVID-19?

 Pedoman COVID-19 terkait penggunaan masker kembali diperbaharui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari pembaharuan ini, satu poin penting yang direkomendasikan adalah menggunakan masker di ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk.

Adapun beberapa pedoman lainnya yang diperbaharui yaitu:


Memakai masker dalam ruangan berventilasi buruk termasuk di rumah (saat menerima tamu)

Usia 12 tahun ke atas wajib memakai masker

Masker harus tetap digunakan saat ventilasi ruangan baik jika ada risiko tertular Corona, dengan tetap menjaga jarak 1 meter.

Tenaga medis tetap dapat menggunakan masker N95

Aktivitas fisik berat tak disarankan memakai masker khususnya pengidap asma.

Tetapi, masker seperti apa yang aman digunakan untuk mencegah COVID-19?

Berdasarkan panduan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), masker kain berbahan katun dengan jumlah benang yang tinggi menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari virus Corona COVID-19.


"Carilah tenunan ketat dari 100 persen katun," sebut CDC dalam pedoman barunya.


Bagaimana memastikan masker tersebut efektif?

"Gunakan uji cahaya untuk memeriksa tenunan, jika Anda dapat dengan mudah melihat garis besar serat individu saat Anda mengangkat masker ke arah cahaya, kemungkinan itu tidak akan efektif," sebut CDC.


Menurut CDC, beberapa lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih tinggi terbukti efektif menangkal COVID-19 lebih tinggi dibandingkan masker satu lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih rendah.


"Dalam beberapa kasus menyaring hampir 50 persen partikel halus yang kurang dari 1 mikron," sebut CDC.


"Masker kain dalam beberapa penelitian yang dilakukan. setara dengan masker bedah sebagai penghalang untuk pengendalian sumber," tegas CDC.


Beberapa masker yang tidak disarankan oleh CDC maupun ilmuwan lainnya salah satunya adalah masker yang memiliki exhaust. Sederet jenis masker lain yang tak disarankan bisa dibaca di halaman selanjutnya.

https://tendabiru21.net/movies/bitter-moon/


1. Masker exhaust

CDC menyebutkan bahwa penggunaan masker jenis ini memungkinkan udara di dalam masker yang mungkin saja terdapat virus di dalamnya, terhembus keluar melalui lubang katup.


"Masker dengan katup atau ventilasi pernapasan TIDAK boleh dipakai untuk membantu mencegah orang yang memakai masker menyebarkan COVID-19 ke orang lain," tulis CDC di laman resminya.


Spesialis paru dari RS Persahabatan dr Erlang Samoedro, SpP, juga membenarkan bahwa penggunaan masker exhaust tidak efektif untuk pencegahan dan pengendalian virus Corona. Bahkan masker exhaust disebut bisa membahayakan orang lain.


"Kalau orang terkonfirmasi sakit COVID-19 kemudian pakai masker ini, sama saja nggak pakai masker. Dia terlindungi dari ancaman luar, tapi justru mengancam orang di luar," kata dr Erlang kepada detikcom beberapa waktu lalu.


2. Masker buff

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Duke, masker buff menawarkan perlindungan terhadap virus Corona sangat kecil. Dalam studi tersebut, terlihat bahwa dari 14 jenis masker, jenis masker buff atau yang sering digunakan oleh pengendara motor, tidak bisa menahan laju droplet ketika berbicara.


"Kami menghubungkan ini dengan...tekstil memecah partikel-partikel besar menjadi banyak partikel kecil," kata Dr. Martin Fischer, ahli kimia, fisikawan dan penulis studi, dikutip dari CNBC International.


Masker buff juga disebut menghasilkan lebih banyak droplet dibandingkan jika tidak memakai masker sama sekali karena bahan yang digunakan dapat memecah droplet menjadi partikel yang lebih kecil.


3. Masker kain bukan katun

Ahli paru dari RS Persahabatan, dr Diah Handayani, SpP, juga menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker kain saat berkegiatan sehari-hari. Masker kain yang dimaksud adalah yang terdiri tiga lapis dan berbahan katun.


Masker seperti itu disebut lebih baik daripada bahan lain karena memiliki pori-pori yang rapat.


Selain itu, dr Diah menyebut masker kain yang menggunakan bahan lain bisa jadi tidak memiliki pori-pori serapat katun. Masker kain yang banyak memiliki banyak lipatan juga sebaiknya dihindari karena akan meningkatkan risiko masker 'menangkap' kuman penyebab penyakit.


"Karena setiap lekukan itu kan bisa menampung kuman dari luar, makanya kebersihannya harus dijaga," tuturnya.

https://tendabiru21.net/movies/zombieland-double-tap/

24 Positif Corona Kontak Erat Anies-Riza, Hari ke Berapa Pasien Sangat Menular?

 Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan positif Corona, begitu pula dengan Wagub DKI Ahmad Riza Patria. Dari keduanya, ada 24 orang yang dinyatakan positif COVID-19 usai melakukan kontak dekat.

Hal ini diketahui usai Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta melakukan tracing atau penelusuran pada ratusan orang.


"Hingga Selasa (1/12) kemarin, kami di Dinkes DKI Jakarta dan jajaran telah mencatat 158 orang telah dilakukan tes usap dari kontak erat Gubernur dan 279 orang telah dilakukan tes usap dari kontak erat Wakil Gubernur sehingga total pelacakan kontak kasus sejauh ini adalah 437 orang," kata Kadinskes DKI Jakarta Widyastuti melalui keterangan tertulis di situs PPID Pemprov DKI Jakarta, Rabu (2/12/2020).


COVID-19 diketahui cepat menular terlebih saat melakukan kontak erat dengan pasien positif. Namun, kapan sebenarnya pasien Corona sangat menular di awal terinfeksi?


Hal ini sempat diungkap sebuah studi yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet. Penelitian peer-review mengungkap bahwa pasien Corona paling menular di hari ke-9 usai terpapar, setelah gejala Corona muncul. Studi ini menunjukkan masa isolasi setidaknya perlu dilakukan selama 10 hari.


"Temuan kami sejalan dengan studi pelacakan kontak, yang menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa penularan virus terjadi sangat awal, terutama dalam lima hari pertama setelah timbulnya gejala. Menunjukkan pentingnya segera isolasi diri setelah gejala muncul," jelas penulis utama penelitian, Muge Cevik, dari Universitas St Andrews dalam sebuah pernyataan yang dikutip di Global News, Jumat (20/11/2020).


"Pada pasien dengan gejala yang tidak parah, masa penularannya bisa dihitung 10 hari sejak timbulnya gejala," lanjutnya.


Sementara itu, berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagian besar negara merekomendasikan isolasi selama 10 hari untuk pasien COVID-19. Disebutkan, jarak waktu infeksi COVID-19 dengan gejala yang muncul rata-rata berada di hari ke-5 hingga ke-6.


"Panduan kami saat ini adalah siapa pun yang telah terinfeksi bisa keluar dari isolasi diri yang aman setelah 10 hari, yang sejalan dengan temuan," jelas Dr Barry Pakes, dokter kesehatan masyarakat sekaligus profesor di Universitas Toronto.

https://tendabiru21.net/movies/if-i-were-you/


WHO Perketat Pedoman, Masker Seperti Apa yang Aman Tangkal COVID-19?


Pedoman COVID-19 terkait penggunaan masker kembali diperbaharui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari pembaharuan ini, satu poin penting yang direkomendasikan adalah menggunakan masker di ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk.

Adapun beberapa pedoman lainnya yang diperbaharui yaitu:


Memakai masker dalam ruangan berventilasi buruk termasuk di rumah (saat menerima tamu)

Usia 12 tahun ke atas wajib memakai masker

Masker harus tetap digunakan saat ventilasi ruangan baik jika ada risiko tertular Corona, dengan tetap menjaga jarak 1 meter.

Tenaga medis tetap dapat menggunakan masker N95

Aktivitas fisik berat tak disarankan memakai masker khususnya pengidap asma.

Tetapi, masker seperti apa yang aman digunakan untuk mencegah COVID-19?

Berdasarkan panduan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), masker kain berbahan katun dengan jumlah benang yang tinggi menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari virus Corona COVID-19.


"Carilah tenunan ketat dari 100 persen katun," sebut CDC dalam pedoman barunya.


Bagaimana memastikan masker tersebut efektif?

"Gunakan uji cahaya untuk memeriksa tenunan, jika Anda dapat dengan mudah melihat garis besar serat individu saat Anda mengangkat masker ke arah cahaya, kemungkinan itu tidak akan efektif," sebut CDC.


Menurut CDC, beberapa lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih tinggi terbukti efektif menangkal COVID-19 lebih tinggi dibandingkan masker satu lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih rendah.


"Dalam beberapa kasus menyaring hampir 50 persen partikel halus yang kurang dari 1 mikron," sebut CDC.


"Masker kain dalam beberapa penelitian yang dilakukan. setara dengan masker bedah sebagai penghalang untuk pengendalian sumber," tegas CDC.


Beberapa masker yang tidak disarankan oleh CDC maupun ilmuwan lainnya salah satunya adalah masker yang memiliki exhaust. Sederet jenis masker lain yang tak disarankan bisa dibaca di halaman selanjutnya.

https://tendabiru21.net/movies/the-cook-the-thief-his-wife-her-lover/