Pedoman COVID-19 terkait penggunaan masker kembali diperbaharui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dari pembaharuan ini, satu poin penting yang direkomendasikan adalah menggunakan masker di ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk.
Adapun beberapa pedoman lainnya yang diperbaharui yaitu:
Memakai masker dalam ruangan berventilasi buruk termasuk di rumah (saat menerima tamu)
Usia 12 tahun ke atas wajib memakai masker
Masker harus tetap digunakan saat ventilasi ruangan baik jika ada risiko tertular Corona, dengan tetap menjaga jarak 1 meter.
Tenaga medis tetap dapat menggunakan masker N95
Aktivitas fisik berat tak disarankan memakai masker khususnya pengidap asma.
Tetapi, masker seperti apa yang aman digunakan untuk mencegah COVID-19?
Berdasarkan panduan terbaru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), masker kain berbahan katun dengan jumlah benang yang tinggi menjadi pilihan terbaik untuk melindungi diri dari virus Corona COVID-19.
"Carilah tenunan ketat dari 100 persen katun," sebut CDC dalam pedoman barunya.
Bagaimana memastikan masker tersebut efektif?
"Gunakan uji cahaya untuk memeriksa tenunan, jika Anda dapat dengan mudah melihat garis besar serat individu saat Anda mengangkat masker ke arah cahaya, kemungkinan itu tidak akan efektif," sebut CDC.
Menurut CDC, beberapa lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih tinggi terbukti efektif menangkal COVID-19 lebih tinggi dibandingkan masker satu lapisan kain dengan jumlah benang yang lebih rendah.
"Dalam beberapa kasus menyaring hampir 50 persen partikel halus yang kurang dari 1 mikron," sebut CDC.
"Masker kain dalam beberapa penelitian yang dilakukan. setara dengan masker bedah sebagai penghalang untuk pengendalian sumber," tegas CDC.
Beberapa masker yang tidak disarankan oleh CDC maupun ilmuwan lainnya salah satunya adalah masker yang memiliki exhaust. Sederet jenis masker lain yang tak disarankan bisa dibaca di halaman selanjutnya.
https://tendabiru21.net/movies/bitter-moon/
1. Masker exhaust
CDC menyebutkan bahwa penggunaan masker jenis ini memungkinkan udara di dalam masker yang mungkin saja terdapat virus di dalamnya, terhembus keluar melalui lubang katup.
"Masker dengan katup atau ventilasi pernapasan TIDAK boleh dipakai untuk membantu mencegah orang yang memakai masker menyebarkan COVID-19 ke orang lain," tulis CDC di laman resminya.
Spesialis paru dari RS Persahabatan dr Erlang Samoedro, SpP, juga membenarkan bahwa penggunaan masker exhaust tidak efektif untuk pencegahan dan pengendalian virus Corona. Bahkan masker exhaust disebut bisa membahayakan orang lain.
"Kalau orang terkonfirmasi sakit COVID-19 kemudian pakai masker ini, sama saja nggak pakai masker. Dia terlindungi dari ancaman luar, tapi justru mengancam orang di luar," kata dr Erlang kepada detikcom beberapa waktu lalu.
2. Masker buff
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Duke, masker buff menawarkan perlindungan terhadap virus Corona sangat kecil. Dalam studi tersebut, terlihat bahwa dari 14 jenis masker, jenis masker buff atau yang sering digunakan oleh pengendara motor, tidak bisa menahan laju droplet ketika berbicara.
"Kami menghubungkan ini dengan...tekstil memecah partikel-partikel besar menjadi banyak partikel kecil," kata Dr. Martin Fischer, ahli kimia, fisikawan dan penulis studi, dikutip dari CNBC International.
Masker buff juga disebut menghasilkan lebih banyak droplet dibandingkan jika tidak memakai masker sama sekali karena bahan yang digunakan dapat memecah droplet menjadi partikel yang lebih kecil.
3. Masker kain bukan katun
Ahli paru dari RS Persahabatan, dr Diah Handayani, SpP, juga menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker kain saat berkegiatan sehari-hari. Masker kain yang dimaksud adalah yang terdiri tiga lapis dan berbahan katun.
Masker seperti itu disebut lebih baik daripada bahan lain karena memiliki pori-pori yang rapat.
Selain itu, dr Diah menyebut masker kain yang menggunakan bahan lain bisa jadi tidak memiliki pori-pori serapat katun. Masker kain yang banyak memiliki banyak lipatan juga sebaiknya dihindari karena akan meningkatkan risiko masker 'menangkap' kuman penyebab penyakit.
"Karena setiap lekukan itu kan bisa menampung kuman dari luar, makanya kebersihannya harus dijaga," tuturnya.