Vaksin COVID-19 sudah tiba di Indonesia, ada 1,2 juta vaksin yang kini disimpan Kantor Pusat Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Vaksin Corona tersebut berasal dari perusahaan farmasi Sinovac asal China.
Namun, vaksin COVID-19 belum bisa langsung digunakan lantaran masih menunggu terkait izin emergency use of authorization (EUA) dan kehalalan vaksin COVID-19. Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyebut vaksin COVID-19 tetap harus digunakan dalam keadaan darurat meski nanti tak ada vaksin yang dinyatakan halal.
Mengapa vaksin Corona harus tetap digunakan?
"Artinya sesuatu yang darurat harus dihilangkan apapun caranya, seandainya tidak ada satupun vaksin di dunia ini yang berstatus halal maka bukan berarti tidak boleh dipakai," sebutnya dalam konferensi pers melalui kanal YouTube Senin (7/12/2020)
Ia menegaskan hal ini berkaitan dengan kondisi darurat yang tengah dihadapi negara khususnya pada masa pandemi Corona. Namun, menurutnya, jika ada vaksin Corona halal, tentu tetap perlu memilih vaksin halal tersebut.
"Jadi walaupun itu statusnya tidak halal, kalau itu maksudnya untuk menghindari negara kegawatdaruratan makan itu wajib, bukan hanya boleh digunakan," lanjutnya.
"Karena kematian kedaruratan itu harus disingkirkan menurut hukum agama, tetapi jika ada vaksin yang bisa berstatus halal maka itu lebih dipilih," pungkasnya.
Sebelumnya, pemerintah sudah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Selain vaksin COVID-19 asal Sinovac, Pfizer, Moderna, Sinopharm, AstraZeneca juga ditetapkan pemerintah Indonesia sebagai vaksin COVID-19 yang dipakai.
Hingga kini, vaksin COVID-19 Sinovac dilaporkan tidak mengalami efek samping serius. Penyuntikan vaksin COVID-19 Sinovac di Bandung sudah selesai dan hasil interim laporan uji klinis fase III sudah dikirimkan pihak peneliti ke BPOM.
https://kamumovie28.com/movies/the-lover/
1,2 Juta Vaksin Sinovac Tiba, Bagaimana Uji Klinisnya di Indonesia?
Uji klinis fase III vaksin COVID-19 Sinovac oleh Universitas Padjadjaran akan terus dilakukan, meskipun pemerintah pusat telah mendaratkan 1,2 juta dosis vaksin dari perusahaan yang berbasis di China itu pada Minggu (6/12/2020). Ketua Tim Riset Vaksin COVID-19 Unpad Kusnandi Rusmil menegaskan hal itu saat dihubungi Senin (7/12).
"Uji klinis jalan terus, enggak ada pengaruhnya. Mau datang banyak vaksin, uji klinis jalan terus," kata Kusnandi.
Menurutnya, negara yang melaksanakan uji klinis vaksin Sinovac ini bukan hanya Indonesia. Tetapi juga, negara lainnya seperti Brazil dan Uni Emirat Arab. Kemungkinan, kata Kusnandi, vaksin yang datang berasal dari negara-negara tersebut yang telah menyelesaikan uji klinis.
"Uji kllinis bukan di Bandung aja, di Brasil ada, di Uni Emirat ada, mungkin itu yang datang. Kalau bulk-nya sama. Biofarma bisa bikin vaksin tapi bulk-nya dari Sinovac," katanya.
Sejauh ini, sambung Kusnandi, penyuntikkan vaksin telah selesai diberikan kepada seluruh relawan. Rinciannya, 1.620 relawan telah diberi suntik pertama, dan pada penyuntikan kedua diberikan kepada 1.610 relawan. Seperti diketahui, ada 10 relawan yang mengundurkan diri usai disuntik vaksin pertama karena berbagai alasan.
"Bagus aja, penyuntikkan sudah selesai udah tinggal evaluasi tiga bulan. Enam bulan selesai deh. Sudah selesai, penyuntikan pertama 1620, penyuntikan kedua 1610. Sudah selesai. Penyuntikan sudah selesai," ujarnya.
Sementara itu, saat ini pengambilan darah akan dilakukan untuk memantau imunogenisitas vaksin. "Itu sudah dilakukan, untuk melihat imunogenisitasnya. Hasilnya belum dibuka," tuturnya.
Seperti diketahui 1,2 juta vaksin Sinovac tiba di Indonesia pada Senin (7/12) malam. Jutaan dosis vaksin itu disimpan dalam 7 envirotainer yang diangkut menggunakan tiga truk dan dikirimkan kembali ke Bio Farma di Kota Bandung sekitar pukul 03.45 WIB.
Direncanakan, pekan depan akan tiba 1,8 juta vaksin tambahan dari Sinovac. Saat ini jutaan dosis vaksin disimpan di Bio Farma seraya menanti izin pemakaian dari Badan POM RI, sebelum disuntikkan kepada masyarakat.