Sabtu, 02 Januari 2021

Fakta Menarik Janda Orang Terkaya Berharta Rp 800 Triliun

 - MacKenzie Scott telah mengganti nama belakangnya, menyingkirkan nama mantan suaminya, Jeff Bezos. Ya, perempuan berusia 50 tahun ini adalah janda orang terkaya dunia pemilik Amazon itu. Berikut beberapa fakta menarik tentang sosok MacKenzie Scott:

Menikah Tahun 1993 dan Cerai Tahun 2019


Setelah lulus kuliah, MacKenzie langsung mencoba melamar kerja di perusahaan investasi D.E Shaw dan pewawancara pertamanya adalah Bezos sendiri, eksekutif perusahaan itu. Di situlah mereka bertemu. MacKenzie langsung tertarik dengan sosok Bezos dan mengajaknya kencan.


Mereka jatuh cinta dan lalu menikah pada tahun 1993. Keluarga ini sebenarnya sudah mapan karena Bezos punya posisi Vice President di D.E Shaw. Tapi Bezos tidak ingin terjebak zona nyaman dan bermimpi punya bisnis sendiri.


Berkat dukungan sang istri, Bezos sukses membesarkan Amazon. Pernikahan mereka juga tampak baik-baik saja dan dikaruniai 4 orang anak. Namun pada tahun 2019, mereka memutuskan bercerai. Perselingkuhan Bezos dengan mantan presenter televisi, Lauren Sanchez, jadi pemicunya.

https://tendabiru21.net/movies/deuce-bigalow-european-gigolo/


Salah Satu Orang Terkaya di Dunia


Perceraian dengan Bezos membuat MacKenzie Scott menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Estimasi terbaru dari Forbes menyebutkan kekayaannya di kisaran USD 57,4 miliar atau lebih dari Rp 800 triliun.


MacKenzie mendapat bagian 25% saham yang mereka miliki bersama di Amazon, dan Bezos kebagian 75%. Bagian saham tersebut bernilai sangat besar mengingat status Amazon sebagai toko online raksasa.


MacKenzie menjadi salah satu pegawai pertama Amazon di mana ia mendukung penuh suaminya. MacKenzie Scott mempersilakan suaminya mengikuti passion-nya walaupun harus meninggalkan pekerjaannya yang prestisius.


Seorang Novelis Berbakat


Menilik riwayat hidupnya, MacKenzie berasal dari California dan sama seperti Bezos, alumni universitas bergengsi Princeton. Di situ, dia pernah menjadi asisten novelis Toni Morrison yang terkenal karena pernah menang Pullitzer serta Nobel.


"MacKenzie adalah salah satu murid terbaik di kelas penulisan kreatifku, sungguh salah satu yang terbaik," kata Morrison yang dikutip detikINET dari USA Today.


Ya, MacKenzie sangat suka dan ahli menulis, khususnya fiksi. Debut novelnya berjudul 'The Testing of Luther Albright' terbit tahun 2005. Lalu novel keduanya yang berjudul 'Traps', lahir di tahun 2013. Keduanya meraih pujian dari kritikus.


Suka Beramal


MacKenzie belakangan jadi berita karena aksi folantrofinya. Dalam waktu cukup singkat, dia telah menyumbangkan uangnya senilai USD 4 miliar atau di kisaran Rp 56,6 triliun untuk kemanusiaan.


MacKenzie dalam 4 bulan terakhir di tahun 2020 ini rupanya menyumbangkan harta USD 1 miliar per bulan dengan total USD 4 miliar tersebut. Sebanyak 384 lembaga nirlaba yang bergerak di bidang kemanusiaan mendapatkannya untuk disalurkan pada mereka yang terdampak pandemi Corona.


Mengenai alasannya menyumbangkan uang dalam jumlah besar, MacKenzie Scott mengaku tersentuh dengan kenyataan pahit di tahun 2020. Pandemi Corona membuat warga yang kekurangan makin menderita tapi di sisi lain, para orang terkaya justru makin tajir.

https://tendabiru21.net/movies/charlie-bartlett/

Kamis, 31 Desember 2020

Dari Jualan Drone, Pria Misterius Ini Raup Rp 67 Triliun

  DJI telah menjadi raksasa drone dunia, dengan market share secara global diperkirakan tembus 70% pada Maret 2020. Tak heran jika pendirinya, sosok entrepreneur genius dan misterius bernama Frank Wang, kaya raya.

Frank Wang Tao saat ini baru berusia 40 tahun, ia mendirikan DJI di Kota Shenzhen pada tahun 2006. Estimasi terkini dari Forbes menyebut harta Frank di kisaran USD 4,8 miliar atau lebih dari Rp 67 triliun.


Frank terkenal sebagai sosok yang misterius. "Mungkin dia adalah CEO teknologi yang paling menjaga privasi, hanya bersedia diwawancarai segelintir media selama 14 tahun berkiprah sebagai bos DJI," demikian laporan Bloomberg belum lama ini.


Bahkan kabarnya, Wang entah karena alasan apa, tidak akan berbicara pada wartawan lagi. Para karyawannya berkisah, Frank hanya terobsesi pada sisi teknis teknologi serta desain dan kurang begitu tertarik pada hal-hal lain.


"Frank tak peduli tentang apapun kecuali teknologi. Dia menginginkan engineer muda terbaik dan orang-orang yang mau bekerja keras dan berpikir cara-cara baru untuk memecahkan permasalahan," cetus seorang mantan eksekutif DJI.

https://trimay98.com/movies/fidelity/


Beberapa tahun silam, untungnya Frank Wang pernah buka-bukaan tentang kisah hidupnya. Sejak kecil, ia gemar dengan benda berbau pesawat, terobsesi dengan helikopter setelah membaca komik petualangan helikopter berwarna merah. Ia mengisahkan impianya saat kecil itu, yaitu memiliki sebuah perangkat terbang dilengkapi kamera, yang akan mengikutinya kemana saja.


Frank suka sekali mengutak-atik helikopter mainan dengan remote kontrol, bahkan merakitnya sendiri. Saat kuliah, helikopter mainan yang dibuatnya bahkan dibeli orang cukup mahal.


"Saya menyelesaikan proyek kuliah membuat helikopter itu pada tahun 2005. Kemudian saya mendirikan perusahaan ini di 2006. Waktu itu, aku membuat video helikopter tersebut dan rupanya orang yang melihatnya tertarik," katanya.


"Seseorang kemudian menghubungi untuk membelinya. Saya pikir mendapat deal yang bagus karena berhasil menjualnya sekitar USD 6.000 padahal untuk membuatnya hanya butuh sekitar USD 2.000," tambahnya.


Merasa bisnis itu menguntungkan, Frank pun giat mengembangkan usahanya. Meski awalnya banyak halangan, perusahaan DJI Innovations kini menguasai bisnis drone dan membuat Frank Wang kaya raya.


DJI mirip dengan sepak terjang Xiaomi di jagat smartphone atau Alibaba di bisnis e-commerce. Perusahaan yang awalnya startup asal China tak dikenal, namun kini banyak dibicarakan. Tapi DJI Innovations dianggap lebih menonjol karena memimpin di bisnisnya.


"Perusahaan asal China kini semakin baik. Sebelumnya, mereka tertinggal di belakang. Saat ini, kian banyak perusahaan China yang berhasil di dunia, seperti Huawei, Tencent dan Alibaba," ujar Wang yang dikutip detikINET dari WantChinaTimes, Rabu (30/12/2020).


Wang tak malu mengatakan kalau beberapa produk China di masa silam memang kurang berkualitas. Ia membandingkannya dengan produk Jepang.


"Orang Jepang secara konsisten mengejar kesempurnaan. China memiliki uang tapi produk-produknya buruk, layanannya buruk dan Anda harus membayar tinggi untuk mendapatkan sesuatu yang bagus," sebutnya beberapa waktu yang lalu. Tapi saat ini, keadaan sudah berubah.


Meski sudah sukses, Wang dikenal pekerja keras. Ia masih bekerja 80 jam per minggu. Di pintu ruang kerjanya ada tulisan 'Hanya untuk yang punya otak'. Ia memang menghargai intelektualitas.


"Yang Anda butuhkan adalah agar menjadi lebih pintar dari yang lain, harus ada perbedaan dari orang banyak. Jika Anda bisa seperti itu, Anda akan sukses," katanya.

https://trimay98.com/movies/dont-torture-a-duckling/