Sabtu, 02 Januari 2021

Selamat Tinggal FarmVille!

 Meski sebagian besar orang sudah tak lagi main FarmVille sejak beberapa tahun lalu, para penggemarnya mesti tahu kalau 31 Desember 2020 game ini resmi berakhir. Mengawali 2021, FarmVille dimatikan.

Zynga selaku kreator game ini mengumumkan keputusan yang berat tersebut itu pada awal September 2020. Game ini dimatikan karena kebijakan Adobe yang tidak akan lagi mendistribusikan dan mengupdate Flash Player.


Hal ini tidak begitu mengejutkan mengingat pada Juni lalu Facebook mengumumkan akan menghentikan dukungan untuk game berbasis Flash pada 31 Desember 2020. Setelah itu, semua game berbasis Flash termasuk FarmVille tidak akan bisa lagi dimainkan.


"Kami tahu bahwa banyak di antara kalian telah bersama kami sejak awal, membantu membangun komunitas pemain global yang luar biasa selama bertahun-tahun yang telah menikmati game ini sama seperti kami," kata Zynga seperti dikutip dari Gizmodo.


Sejak diluncurkan pada 2009, FarmVille membawa kesuksesan besar bagi Zynga. Dalam waktu dua bulan setelah diluncurkan, game simulasi bercocok tanam ini memiliki lebih dari 10 juta pengguna aktif.


Di puncak popularitasnya, hampir 30 juta orang memainkan FarmVille setiap harinya. Zynga kemudian merilis versi mobile dan sekuel FarmVille, tapi versi selanjutnya tidak sesukses versi originalnya.


Jika masih ingin memainkan FarmVille meski telah menghilang dari Facebook, masih ada beberapa opsi lainnya. Zynga mengatakan akan tetap mengoperasikan FarmVille 2: Tropic Escape dan FarmVille 2: Country Escape. Selain itu mereka juga akan meluncurkan Farmville 3 untuk mobile secara global.

https://tendabiru21.net/movies/film-stars-dont-die-in-liverpool/


Peluang dan Ancaman Sekolah Online di 2021


 Terobosan terjadi di tahun 2020 ketika sekitar 1,5 miliar siswa tak dapat sekolah akibat pandemi Corona. Sistem pendidikan di seluruh dunia pun mengalami perubahan signifikan dengan sekolah online. Pengajar dipaksa menguasai platform seperti Zoom, tanpa kehilangan kualitas pendidikan.

Digitalisasi pendidikan kemungkinan akan terus lanjut, bisa jadi hal baik sekaligus buruk. Di satu sisi, ada berbagai kemungkinan dan platform baru, termasuk yang awalnya tak ditujukan untuk pendidikan. Contohnya Tiktok, awalnya pengajar tak menggunakan platform ini, lebih ke YouTube, tapi tahun 2020 TikTok jadi platform populer untuk konten pendidikan.


Di sisi lain, banyak dari alat pendidikan digital baru tak hanya meningkatkan pengalaman dalam pendidikan, tapi juga ancaman. Berikut dalam keterangannya, Kaspersky ungkap beberapa potensi risiko terbesar yang dapat terjadi di sektor pendidikan di tahun 2021:


1. Pengembangan Sistem Manajemen Pembelajaran (Learning Management System) Pendidikan


LMS memungkinkan pengajar melacak proses pembelajaran siswa, menunjukkan perkembangan mereka dan aspek yang membutuhkan perhatian dari pengajar. Meski sudah ada beberapa sistem terkenal (Google Classroom, Frog, dll), pasar sistem LMS baru terlihat masih akan terus berkembang.


Seiring dengan bertambahnya jumlah dan popularitas LMS, jumlah situs phishing yang terkait dengan layanan pendidikan dan konferensi video juga akan bertambah. Tujuan utama mereka adalah mencuri data pribadi atau menyebarkan spam di komunitas pendidikan.


Di pertengahan 2020 saja, 168.550 pengguna unik menghadapi ancaman yang didistribusikan dengan kedok platform pembelajaran online/aplikasi konferensi video populer, naik 20,455% dibanding tahun 2019. Sistem LMS juga membuka potensi untuk hal baru tak terduga lain, seperti ancaman Zoombombing. Jika sekolah terus melakukan pembelajaran jarak jauh, sistem ini akan terus menjadi vektor serangan populer.

https://tendabiru21.net/movies/womens-prison-massacre/

Karena Kasus Jack Ma, Anak Muda Ini Jadi Terkaya ke-2 di China

 Pendiri Pinduoduo Colin Huang menyalip pendiri Alibaba Group Holding Jack Ma dan pemilik Tencent Holdings Pony Ma Huateng menjadi orang terkaya kedua di China. Kekayaan bersihnya saat ini tercatat sebesar USD 63,1 miliar menurut Bloomberg Billionaires Index.

Saham Pinduoduo yang terdaftar di Nasdaq naik 7,77% pada Rabu (30/12) di New York, mengangkat kapitalisasi pasarnya menjadi hampir USD 220 miliar. Selama dua hari berturut-turut, e-commerce yang baru berusia lima tahun itu melampaui nilai USD 200 miliar.


Kekayaan Huang saat ini berada di urutan kedua di China setelah Zhong Shanshan, pemilik perusahaan air kemasan Nongfu Spring yang baru saja menyelesaikan IPO di Hong Kong senilai HKD 677 miliar pada September 2020.


Dikutip dari South China Morning Post, sejak pemerintah China menindak aksi monopoli "platform ekonomi" di awal November, nasib perusahaan yang menjalankan e-commerce, pengiriman, dan platform sosial terbesar di negara itu berada dalam ketidakpastian.


Regulator telah mengambil tindakan terhadap beberapa perusahaan teknologi terbesar di China. Bulan ini saja, pemerintah China sudah mendenda raksasa Alibaba dan China Literature yang dinaungi Tencent atas akuisisi yang tidak dilaporkan.


Keduanya juga mulai diselidiki terkait dugaan praktik bisnis monopoli yang mengharuskan pedagang hanya memilih satu platform e-commerce sebagai saluran distribusi eksklusif mereka.


Kasus ini berdampak pada saham Alibaba yang terdaftar di bursa New York anjlok lebih dari 23% sejak awal November. Tencent pun mengalami hal serupa, sahamnya di bursa Hong Kong turun 6,2% dari 2 November (hari pertama perdagangan di bulan November) hingga penutupan perdagangan pada tengah hari pada malam Tahun Baru di Hong Kong.

https://tendabiru21.net/movies/microwave-massacre/


Saham raksasa layanan on-demand China Meituan juga jatuh pada awal November setelah draf pedoman antimonopoli Beijing diumumkan. Namun untungnya Meituan cepat pulih dan ditutup pada harga yang sama pada Kamis (31/12) seperti pada 2 November.


Huang pada Juli 2020 secara mengejutkan melepaskan jabatannya sebagai CEO Pinduoduo. Tak hanya mundur, Huang juga melepaskan kepemilikan perusahaannya sebesar USD 14,3 miliar sehingga saham kepemilikannya di Pinduoduo yang tadinya 43,3% kini menjadi 29,3% saja. Meski demikian, Huang masih mempertahankan posisinya sebagai ketua dewan dan punya hak suara mayoritas perusahaan sebesar 80,7%.


Meski terbilang masih muda, 41 tahun, Huang merasa perlu menyiapkan regenerasi perusahaan. Itulah alasan dirinya melepaskan jabatan CEO. Posisi yang ditinggalkannya kini beralih ke tangan Chen Lei yang sebelumnya menempati peran sebagai Co-Founder dan CTO Pinduoduo.


"Saya mengambil langkah mundur dari manajemen sehari-hari yang terkait operasional perusahaan dan bekerja dengan tim yang relevan dan dewan direksi pada strategi jangka panjang dan struktur perusahaan kami," ujarnya saat itu.


"Saya berharap bahwa melalui perubahan manajemen, kita dapat secara bertahap menyerahkan lebih banyak tugas dan tanggungjawab manajerial kepada kolega muda kita, memberi ruang, dan peluang bagi tim untuk tumbuh dan mendorong Pinduoduo jadi perusahaan yang lebih matang dengan kewirausahaan yang berkelanjutan," tambahnya.

https://tendabiru21.net/movies/poolhall-junkies/