Senin, 01 Februari 2021

Asyiknya Multitasking dengan Samsung Galaxy S21+ 5G

 Samsung Galaxy S21+ 5G dibekali chipset generasi terbaru 5nm Exynos 2100. Dengan otak bertenaga gahar, Galaxy S21+ 5G mampu mengakomodir kebutuhan multitasking pengguna.

Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, CPU pada Galaxy S21+ Series 5G memiliki kecepatan 20 persen lebih baik dan peningkatan kecepatan GPU 35 persen lebih cepat dari Exynos 990 7nm milik Galaxy S20+. RAM LPDDR5 pada Galaxy S21+ Series 5G juga diklaim bekerja 1,5 kali lebih cepat.


Otak Galaxy S21 5G juga diamankan oleh Samsung Knox Vault, platform keamanan level chipset (SoC) milik Samsung. Dengan menambahkan tamper-resistant secure memory yang tahan kerusakan ke prosesor, Samsung Knox Vault memungkinkan Galaxy S21 5G untuk menambahkan lapisan perlindungan baru.


Galaxy S21+ 5G juga hadir dengan dukungan 5G. Begitu infrastruktur jaringan 5G tersedia di Indonesia, pengguna Galaxy S21+ 5G bisa menikmati konektivitas internet berkecepatan lebih tinggi.


Samsung Galaxy S21+ 5G menggunakan layar Dynamic AMOLED 2X yang lapang dan visualnya jernih. Hal itu membuat pengguna semakin nyaman untuk mengerjakan berbagai tugas di layar Galaxy S21+ 5G.


Saat butuh bekerja di layar lebih besar, pengguna bisa menghubungkan smartphone ini ke monitor. Tak perlu kabel, sebab ada fitur Samsung DeX yang dapat terkoneksi secara wireless.


Dalam hitungan detik, Galaxy S21+ 5G seketika terhubung menjadi sebuah desktop. Dengan begitu aktivitas multitasking jadi tambah leluasa.


Bagi pengguna yang suka sedikit lirik-lirik layar smartphone saat mengerjakan tugas di laptop, Samsung Galaxy S21+ 5G punya fitur yang bisa membuat lebih fokus. Fitur yang dimaksud adalah Link to Windows.


Saat smartphone dan PC terhubung, pengguna dapat menjalankan aplikasi yang ada di Galaxy S21 Ultra 5G di layar laptop. Fitur ini juga memungkinkan pengguna untuk mentransfer dokumen-dokumen penting secara seamless dari perangkat PC pengguna ke smartphone, atau sebaliknya.


Tak kalah penting, Samsung Galaxy S21+ 5G memiliki baterai berkapasitas 4.800 mAh. Tidak hanya soal kapasitas baterai lebih besar, Galaxy S21+ 5G diberikan sistem pintar yang telah ditingkatkan untuk menambah efisiensi daya baterai.

https://trimay98.com/movies/brian-banks/


Xiaomi Gugat Pemerintah Amerika


 - Xiaomi mendaftarkan gugatan terhadap Kementerian Pertahanan dan Kementerian Keuangan Amerika Serikat di pengadilan distrik Washington, Amerika Serikat.

Dalam gugatan tersebut Xiaomi meminta namanya dikeluarkan dari daftar perusahaan yang dianggap punya hubungan erat dengan militer China, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Minggu (31/1/2021).


Dalam gugatan tersebut Xiaomi memasukkan nama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen sebagai tergugat. Xiaomi menyebut keputusan pemerintah AS memasukkan Xiaomi dalam daftar tersebut sebagai suatu tindakan yang tak dilandasi hukum dan tak konstitusional.


Mereka pun kembali menyerukan kalau Xiaomi tak ada hubungannya dan tak dikontrol oleh militer China. Dimasukkannya mereka ke dalam daftar larangan investasi itu berdampak langsung dan tak bisa diperbaiki bagi mereka.


Pengambilan keputusan dalam perusahaan Xiaomi, dalam gugatan tersebut, disebut 75% berada di tangan pendirinya, yaitu Lin Bin dan Lei Jun. Serta tak ada kepemilikan ataupun kontrol dari individu ataupun organisasi yang terkait dengan militer.

https://trimay98.com/movies/wrongfully-accused/

3 Skandal Melilit Mark Zuckerberg

 CEO Facebook Mark Zuckerberg adalah tokoh teknologi paling berpengaruh di dunia. Namun kesuksesannya dibayangi sejumlah skandal.

Kisah hidup Zuckerberg ternyata diwarnai sejumlah noda hitam. Seperti dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Minggu (31/1/2021) ada sejumlah skandal dalam perjalanan Mark Zuckerberg membangun Facebook. Inilah beberapa kisahnya yang paling menghebohkan:


1. Mark Zuckerberg 'mencuri' Facebook

Skandal paling besar dari seorang Mark Zuckerberg adalah soal kelahiran Facebook itu sendiri. Facebook tidak lepas dari perseteruan Zuckerberg dengan si kembar Tyler dan Cameron Winklevoss. Mereka semua dulunya adalah para mahasiswa Harvard.


Kisah nyata perseteruan ini sampai jadi buku berjudul The Accidental Billionaires pada tahun 2009 dan juga akhirnya difilmkan dengan judul The Social Network pada tahun 2010. Inti dari film ini dan juga berbagai pemberitaan yang mengikutinya adalah, si kembar Winklevoss mengklaim Zuckerberg mencuri ide mereka.


Berdasarkan cerita mereka, awalnya keduanya meminta Zuckerberg menyelesaikan kode software untuk situs jejaring sosial ciptaan mereka, ConnectU. Bukannya memenuhi permintaan mereka, Mark Zuckerberg malah mencuri kode dan ide mereka, kemudian meluncurkan Facebook pada Februari 2004.


Tuduhan ini berlanjut dengan gugatan hukum ke pengadilan. Winklevoss bersaudara lalu menandatangani kesepakatan dengan Facebook, yang menyatakan mereka berhak mendapatkan uang tunai USD 20 juta dan mendapat bagian saham USD 45 juta atau USD 36 per saham.

https://trimay98.com/movies/falsely-accused-2/


Namun kemudian, si kembar menuduh Facebook telah menyesatkan mereka melalui kesepakatan ini. Itulah sebabnya, melalui pengadilan banding mereka kembali menuntut. Menurut keduanya, mereka berhak mendapat bagian yang lebih besar.


Tuduhan ini sampai ke tingkat banding. Pada akhirnya Winklevoss bersaudara memutuskan untuk mengakhiri perseteruan melawan Facebook dan Zuck pada Juni 2011. Mereka menyetujui pembayaran di muka dari Facebook senilai USD 65 juta.


Winklevoss bersaudara kini dikenal sebagai raja Bitcoin. Bitcoin yang dimiliki si kembar Winklevoss diyakini sudah menembus angka USD 1 miliar. Zuckerberg juga menjadi salah satu orang terkaya di dunia berkat Facebook. Tampaknya kedua pihak tetap sukses dengan jalan masing-masing, namun hal itu menyisakan noda hitam dalam karir Mark Zuckerberg.


2. Sisi kelam Mark Zuckerberg mencaplok WhatsApp

Pada waktu WhatsApp dibeli Facebook di tahun 2014 senilai sekitar USD 19 miliar, ada kisah lain yang mencoreng wajah Mark Zuckerberg. Ada perseteruan dengan pendiri WhatsApp yaitu Brian Acton dan Jan Koum.


Awalnya hubungan Acton, Koum dan Zuckerberg sangat harmonis. Acton dan Koum mengembangkan WhatsApp menjadi begitu luar biasa. Namun lalu muncul keserakahan Zuckerberg.


Facebook menargetkan WhatsApp untung besar tapi dengan memanfaatkan penggunanya. Hal ini ditentang Acton. Dulu, WhatsApp punya model monetisasi di mana user membayar USD 1 untuk memakai layanan tiap tahun, tapi bagi Facebook sepertinya uang yang dihasilkan belum cukup.


"Motif untuk profit kapitalis atau menjawab Wall Street, itulah yang mendorong invasi data pribadi dan banyak muncul hal negatif yang tidak kita senangi," kata Acton.


Acton mengaku kecewa karena perusahaan semacam Facebook menurutnya mengorbankan privasi user demi mendulang untung. Brian Acton dan Jan Koum lalu keluar dari Facebook tahun 2017.


Brian Acton lantas mengembangkan Signal sementara Jan Koum menjadi pemborong beberapa properti dan mobil supermewah. Belakangan, kekhawatiran Acton dan Koum terbukti. Kebijakan privasi baru WhatsApp menjadi blunder. Pengguna ramai-ramai hijrah ke Telegram dan Signal. Acton pasti tersenyum lebar sekarang.


Halaman selanjutnya: Skandal Cambridge Analytica...

https://trimay98.com/movies/falsely-accused/