Rabu, 03 Maret 2021

1 Tahun COVID-19 di Indonesia, Ini Kemajuan 4 Obatnya

  2 Maret 2021 menandai 1 tahun COVID-19 hadir di Indonesia. Ilmuwan sejauh ini berupaya untuk menemukan obat COVID-19. Seperti apa kemajuan yang sudah didapatkan untuk mengobati COVID-19?

Inggris sudah melakukan uji klinis terbesar di dunia yang disebut 'Recovery' dengan lebih dari 12 ribu pasien yang ikut serta. Sejumlah uji coba dilakukan memberikan gambaran obat mana yang berfungsi dengan baik untuk mengobati dan sebaliknya.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah melakukan uji coba Solidarity untuk uji coba pengobatan COVID-19 yang menjanjikan di seluruh dunia. Nah dikutip dari BBC, Selasa (2/3/2021) berikut ini adalah beberapa obat yang diteliti kemanjurannya untuk mengalahkan virus SARS-CoV-2.

https://maymovie98.com/movies/the-bodyguard-4/


1. Pengobatan steroid

Steroid dexamethasone telah terbukti mengurangi risiko kematian hingga sepertiga untuk pasien yang menggunakan ventilator dan seperlima untuk pasien yang menggunakan oksigen.


Data lebih lanjut menunjukkan steroid lain, hydrocortisone,juga sama efektifnya. Keduanya menenangkan peradangan di tubuh, yang dapat berbahaya untuk pasien dengan kasus yang parah.


Yang terpenting, dexamethasone terbilang murah sehingga bisa digunakan banyak orang di seluruh dunia. Namun, obat tersebut tidak bekerja pada orang dengan gejala yang lebih ringan.


2. Tocilizumab dan sarilumab

Para peneliti melaporkan hasil yang menggembirakan dari dua obat anti-inflamasi, tocilizumab dan sarilumab. Dalam uji coba yang dilakukan di enam negara berbeda, termasuk Inggris, dengan sekitar 800 pasien perawatan intensif, obat tersebut mengurangi jumlah kematian dari 36% menjadi 27%.


Tocilizumab dan sarilumab meredam peradangan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan organ lainnya.


Dokter dapat memberikannya kepada pasien COVID-19 yang, meski telah menerima dexamethasone, kondisinya masih memburuk dan membutuhkan perawatan intensif. Temuan penelitian belum ditinjau atau dipublikasikan dalam jurnal medis.


3. Interferon beta

Interferon beta, protein yang diproduksi tubuh saat terkena infeksi virus, berada di pusat uji coba besar di Inggris. Obat ini telah diberikan kepada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dalam bentuk semprotan yang dihirup.


Harapannya, obat tersebut akan menstimulasi sistem kekebalan tubuh, memprioritaskan sel agar siap melawan virus.


Temuan awal menunjukkan interferon beta (yang biasanya digunakan untuk mengobati multiple sclerosis) dapat mengurangi kemungkinan pasien di rumah sakit mengembangkan gejala parah hampir 80%.


4. Remdesivir

Remdesivir adalah obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola. Di awal, obat ini menunjukkan hasil yang menjanjikan.


Namun, pada Oktober 2020, WHO menyarankan agar tidak digunakan untuk COVID-19. Mereka mengatakan bahwa Remdesivir tampaknya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada efek sama-sekali untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, baik dalam hal tingkat kematian, lama tinggal di rumah sakit, atau keseriusan penyakit.

https://maymovie98.com/movies/the-bodyguard-3/

Elon Musk Balas Tweet Pakai Emoji Terong, Apa Maksudnya Nih?

 Bos Tesla dan SpaceX, Elon Musk, baru saja kena sindiran CEO Euro Pacific Capital, Peter Schiff. Ia dianggap bukan seorang CEO panutan. Musk pun hanya membalas cuitan tersebut dengan satu emoji: terong.

Schiff yang skeptis dengan Bitcoin baru-baru ini, tepatnya pada 23 Februari 2021, menuliskan bahwa keputusan Elon Musk berinvestasi pada Bitcoin senilai USD 1,5 juta (setara Rp 21 triliun) tidaklah tepat.


"Dua minggu setelah @elonmusk mengumumkan bahwa ia menghabiskan USD 1,5 juta dari uang pemegang saham untuk membeli Bitcoin, saham #Tesla memasuki bear market, jatuh 20% dari level tertinggi sepanjang masa pada 25 Januari, dan 16% sejak mengungkapkan pembelian #Bitcoin. Bukan contoh yang akan diikuti oleh CEO lain!" ungkapnya.


Bear market merupakan rujukan pasar modal yang sedang mengalami periode penurunan kinerja. Bear ialah istilah yang diberikan pada seorang investor yang pesimis atas prospek harga saham tertentu.


Tak ambil pusing, Musk hanya membalas cuitan tersebut dengan emoji terong yang langsung dibanjiri like dan retweet. Total ada lebih dari 148,1 ribu likes dan 10,7 retweet dari tweet dengan satu emoji itu.


"Jawaban terbaik," balas seorang netizen.


"Saya percaya untuk orang-orang seperti @elonmusk ini tidak selalu tentang uang. Yang paling pasti itulah mengapa dia ada di posisi sekarang karena dia tidak serakah, apakah benar, Pak?" sahut lainnya.


Elon Musk dikenal sebagai pribadi yang ceria dan ceplas-ceplos. Ia sering menuliskan tweet yang nyeleneh dan membuat para pengikutnya terhibur.


Di satu sisi, apa yang dituliskan Musk biasanya memberikan dampak besar pada pasar. Sebut saja cuitan 'One Word: Doge' yang langsung membuat harga Dogecoin melonjak drastis.

https://maymovie98.com/movies/survivor/


1 Tahun COVID-19 di Indonesia, Ini Kemajuan 4 Obatnya


 2 Maret 2021 menandai 1 tahun COVID-19 hadir di Indonesia. Ilmuwan sejauh ini berupaya untuk menemukan obat COVID-19. Seperti apa kemajuan yang sudah didapatkan untuk mengobati COVID-19?

Inggris sudah melakukan uji klinis terbesar di dunia yang disebut 'Recovery' dengan lebih dari 12 ribu pasien yang ikut serta. Sejumlah uji coba dilakukan memberikan gambaran obat mana yang berfungsi dengan baik untuk mengobati dan sebaliknya.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah melakukan uji coba Solidarity untuk uji coba pengobatan COVID-19 yang menjanjikan di seluruh dunia. Nah dikutip dari BBC, Selasa (2/3/2021) berikut ini adalah beberapa obat yang diteliti kemanjurannya untuk mengalahkan virus SARS-CoV-2.


1. Pengobatan steroid

Steroid dexamethasone telah terbukti mengurangi risiko kematian hingga sepertiga untuk pasien yang menggunakan ventilator dan seperlima untuk pasien yang menggunakan oksigen.


Data lebih lanjut menunjukkan steroid lain, hydrocortisone,juga sama efektifnya. Keduanya menenangkan peradangan di tubuh, yang dapat berbahaya untuk pasien dengan kasus yang parah.


Yang terpenting, dexamethasone terbilang murah sehingga bisa digunakan banyak orang di seluruh dunia. Namun, obat tersebut tidak bekerja pada orang dengan gejala yang lebih ringan.


2. Tocilizumab dan sarilumab

Para peneliti melaporkan hasil yang menggembirakan dari dua obat anti-inflamasi, tocilizumab dan sarilumab. Dalam uji coba yang dilakukan di enam negara berbeda, termasuk Inggris, dengan sekitar 800 pasien perawatan intensif, obat tersebut mengurangi jumlah kematian dari 36% menjadi 27%.


Tocilizumab dan sarilumab meredam peradangan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan organ lainnya.


Dokter dapat memberikannya kepada pasien COVID-19 yang, meski telah menerima dexamethasone, kondisinya masih memburuk dan membutuhkan perawatan intensif. Temuan penelitian belum ditinjau atau dipublikasikan dalam jurnal medis.

https://maymovie98.com/movies/the-bodyguard/