Rabu, 07 April 2021

Ortu Keluhkan Kebutuhan Seragam Baru, Pandemi Bikin Tubuh Anak Melar?

 Beberapa daerah diketahui sudah mulai mencoba melakukan kegiatan sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19. Terkait hal tersebut, sebagian orang tua tampaknya menghadapi persoalan yaitu memenuhi kebutuhan berbagai seragam baru untuk anaknya karena yang lama sudah tidak muat lagi.

"Sepatunya sempit, seragamnya sempit, semuanya baru, beli lagi. Iyalah sudah setahun tidak dipakai, anak-anak badannya pada melar," kata salah satu orang tua siswa, Suryanti, saat ditemui di SDN Cipete Utara 15, Jakarta Selatan, Rabu (7/4/2021).


Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, Erna Mulati mengatakan obesitas memang jadi masalah yang harus diwaspadai di masa pandemi. Selama hampir setahun sebagian anak-anak mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, minim kegiatan fisik.


Belum lagi anak-anak lebih mungkin untuk mengonsumsi berbagai macam kudapan saat belajar di rumah.


"Dengan tingginya frekuensi kegiatan online, menjadi salah satu penyebab penambahan berat badan. Sebab, sambil belajar mereka sambil ngemil juga," kata Erna seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI, Rabu (7/4/2021).


Erna menyebut perlu peran aktif keluarga untuk mengatasi ancaman obesitas pada anak selama pandemi COVID-19. Caranya bisa lewat mengganti kudapan atau minuman manis yang biasa dikonsumsi anak dengan alternatif lebih sehat, seperti buah-buahan serta air putih.


Pastikan juga agar anak-anak tetap mendapat waktu istirahat dan aktivitas fisik yang cukup. Jangan sampai lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai di dalam rumah.


"Upaya pencegahan ini harus dilakukan secara intensif karena anak obesitas memiliki risiko mengalami berbagai penyakit tidak menular di masa remaja," pungkas Erna.

https://kamumovie28.com/movies/traffic-4/


Daftar Lokasi Vaksinasi Corona untuk Lansia dan Guru di DKI dan Kota Lainnya


 Oma dan opa berusia 60 tahun ke atas dan belum mendapat vaksinasi Corona, atau bahkan bingung tidak tahu cara daftar vaksin lansia? Tak perlu khawatir, terdapat berbagai program vaksinasi gratis yang diselenggarakan bagi para lansia di berbagai daerah, termasuk DKI Jakarta dan kota lainnya.

Menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka secara terbatas pada Juli 2021, prioritas vaksinasi kini juga diberikan pada para guru dan tenaga pendidik. Beberapa lokasi vaksinasi sudah melayani vaksinasi guru, baik secara kolektif maupun individual.


Praktis dan relatif cepat, berikut daftar program vaksinasi COVID-19 untuk lansia dan tenaga pendidik di berbagai tempat di DKI Jakarta dan kota lainnya:


(Update 7 April 2021)


- Lantai 3 Lippo Plaza Kramat Jati (Jakarta Timur) - Pendamping lansia bisa ikut divaksin!

Target: Lansia, ASN, Nakes, dan Tokoh Agama


*Pengantar lansia bisa mendapatkan vaksin


Kuota: 250 orang per hari


Jadwal: Kamis-Jumat / 8-9 April 2021 pukul 11.00-15.00 WIB


Syarat:


Lansia (usia 60 tahun ke atas, KTP DKI Jakarta atau domisili di wilayah Kecamatan Kramat Jati)

ASN (Kantor Lurah dan Kantor Camat wilayah kerja Kramat Jati)

Nakes (dibuktikan dengan SIP/STR wilayah kerja Kramat Jati)

Tokoh Agama (telah terdaftar DI SINI)

Mendaftar melalui TAUTAN INI

Info lebih lanjut hubungi dr Sartika di nomor 08786972724

(Update 5 April 2021)

https://kamumovie28.com/movies/bleeding-heart/

Kaki Bengkak Usai Vaksin Corona, Dinkes Kotamobagu Sebut Murni karena Bakteri

 Program vaksinasi COVID-19 di Kota Kotamobagu Sulawesi Utara (Sulut) menyita perhatian publik. Masalahnya salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) yang juga bekerja di Dinas Kominfo Kotamobagu mengalami pembengkakan kaki usai divaksinasi.

Menyikapi hal itu, Dinkes Kotamobagu ikut buka suara. Pihak Dinkes membantah jika hal itu merupakan efek samping dari program vaksinasi.


"Intinya tidak ada hubungan dengan vaksin. Karena vaksin itu virus dan dimatikan. Kalau yang penyebab bengkak di kaki itu bakteri. Itu abses. Jadi tidak ada hubungan. Kecuali mungkin dia bengkak di tempat suntikan baru bisa jadi itu karena efek samping," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Kotamobagu, Tanty Korompot saat dimintai konfirmasi detikcom, Rabu (7/4/2021).


Tanty menjelaskan, tidak ada kaitan dengan efek samping dari vaksin. Karena menurut dia, sebelum dilakukan program vaksinasi yang bersangkutan sudah dipastikan memenuhi syarat sebagai penerima vaksinasi.


"Saat pemeriksaan tidak ada pembengkakan kaki. Kan ada 16 pertanyaan, jadi kalau itu lulus itu aman. Pembengkakan kaki tidak ada dalam pertanyaan," kata dia.


Menurut Tanty, pembengkakan kaki yang dialaminya adalah murni karena bakteri. Menurut dia, hal tersebut sudah dilakukan penelitian secara ilmiah.


"Soal vaksinasi ada ada saja kebetulan, entah sebelum atau sesudah. Ini kebetulan setelah vaksin. Tapi kan ini empat hari kemudian. Walaupun waktu bersamaan itu tidak ada hubungan, karena ada bukti laboratorium.


Bukan hanya perkiraan, kita punya data bukti ilmiah. Bukan hanya dugaan yang tidak pasti. Kita ada pemeriksaan laboratorium jadi bukti konkret penyebab adalah bakteri," pungkasnya.


Setelah dikonfirmasi secara terpisah, Helmi Maskati yang juga merupakan salah satu yang mengalami pembengkakan kaki mengatakan tidak bersedia lagi untuk divaksin dosis kedua. Menurutnya jangan sampai terjadi efek yang sama.


"Kita (saya) tolak vaksin kedua. Saya tidak mau, karena jangan sampai seperti begini lagi. Karena ini masih luka basah. Karena sudah pengalaman begini," kata dia.


Helmi mengungkapkan akibat kejadian tersebut dirinya harus terbaring di rumah dan tidak bisa beraktivitas.


"Apa yang kita (saya) alami sangat merugikan. Sudah tidak bisa masuk kantor. Jadi cuman di rumah," tuturnya.


Menurut dia, kejadian seperti ini baru pertama kali dirasa. Helmi mengatakan, sebelumnya sempat bengkak namun tidak separah ini.


"Sebelumnya tidak pernah bengkak. Selama ada asam urat tidak seperti ini. Masalahnya bengkak dan keluar nana. Saya pernah luka - luka tapi tak pernah begini," tandasnya.

https://kamumovie28.com/movies/fucking-kassovitz/


Ortu Keluhkan Kebutuhan Seragam Baru, Pandemi Bikin Tubuh Anak Melar?


 Beberapa daerah diketahui sudah mulai mencoba melakukan kegiatan sekolah tatap muka di tengah pandemi COVID-19. Terkait hal tersebut, sebagian orang tua tampaknya menghadapi persoalan yaitu memenuhi kebutuhan berbagai seragam baru untuk anaknya karena yang lama sudah tidak muat lagi.

"Sepatunya sempit, seragamnya sempit, semuanya baru, beli lagi. Iyalah sudah setahun tidak dipakai, anak-anak badannya pada melar," kata salah satu orang tua siswa, Suryanti, saat ditemui di SDN Cipete Utara 15, Jakarta Selatan, Rabu (7/4/2021).


Direktur Kesehatan Keluarga, Kementerian Kesehatan, Erna Mulati mengatakan obesitas memang jadi masalah yang harus diwaspadai di masa pandemi. Selama hampir setahun sebagian anak-anak mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, minim kegiatan fisik.


Belum lagi anak-anak lebih mungkin untuk mengonsumsi berbagai macam kudapan saat belajar di rumah.


"Dengan tingginya frekuensi kegiatan online, menjadi salah satu penyebab penambahan berat badan. Sebab, sambil belajar mereka sambil ngemil juga," kata Erna seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan RI, Rabu (7/4/2021).


Erna menyebut perlu peran aktif keluarga untuk mengatasi ancaman obesitas pada anak selama pandemi COVID-19. Caranya bisa lewat mengganti kudapan atau minuman manis yang biasa dikonsumsi anak dengan alternatif lebih sehat, seperti buah-buahan serta air putih.


Pastikan juga agar anak-anak tetap mendapat waktu istirahat dan aktivitas fisik yang cukup. Jangan sampai lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai di dalam rumah.


"Upaya pencegahan ini harus dilakukan secara intensif karena anak obesitas memiliki risiko mengalami berbagai penyakit tidak menular di masa remaja," pungkas Erna.

https://kamumovie28.com/movies/life-finds-a-way/