Rabu, 02 Juni 2021

Termasuk Sinovac, Ini Daftar Vaksin COVID-19 yang Telah Direstui WHO

 Beberapa jenis vaksin COVID-19 yang ada saat ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan dunia (WHO). Ini memastikan bahwa vaksin tersebut telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan, efikasi atau keampuhan, serta manufaktur vaksin.

EUL dan emergency use authorization (EUA) memiliki prinsip yang hampir mirip. Bedanya, EUL merupakan mekanisme uji kelayakan dan keamanan suatu obat atau vaksin yang dilakukan WHO.


Sementara EUA, biasanya diberikan oleh regulator obat dari masing-masing negara. Di Indonesia misalnya, EUA akan diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


Meski hampir mirip, EUL memiliki peran yang lebih penting. Pasalnya, terdapat isu soal warga yang akan melakukan ibadah haji dan umroh harus divaksinasi dengan vaksin COVID-19 yang terverifikasi WHO.

https://kamumovie28.com/movies/headshot-3/


Berikut beberapa vaksin COVID-19 yang telah mendapat EUL yang dirangkum detikcom.


1. Pfizer-BioNTech

Vaksin Corona Pfizer telah mendapatkan EUL pada 31 Desember 2020 lalu. Ini menjadi jenis vaksin COVID-19 pertama yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari WHO dan bisa didistribusikan ke sejumlah negara.


Pfizer mendapat EUL karena dianggap sudah memenuhi standar WHO. Artinya, vaksin tersebut dinilai cukup aman dan memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya.

2. AstraZeneca-Oxford

Vaksin kedua yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO adalah vaksin AstraZeneca, buatan SKBio Korea Selatan dan The Serum Institute India. EUL diberikan pada 15 Februari 2021.


Kedua versi vaksin AstraZeneca itu telah ditinjau SAGE pada 8 Februari 2021 dan direkomendasikan untuk diberikan pada usia 18 tahun ke atas.


"Produk AstraZeneca/Oxford adalah vaksin vektor virus yang disebut ChAdOx1-S [rekombinan]. Itu sedang diproduksi di beberapa lokasi manufaktur, serta di Republik Korea dan India. ChAdOx1-S diketahui memiliki kemanjuran 63,09 persen dan cocok untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah karena persyaratan penyimpanan yang mudah," jelas WHO.


3. Johnson & Johnson

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson juga telah mendapatkan EUL. Jenis vaksin dosis tunggal ini diklaim memiliki efikasi sebesar 66,3 persen dan 100 persen ampuh mencegah kasus rawat inap dan kematian akibat COVID-19.


Diketahui, vaksin COVID-19 tersebut mendapatkan izin penggunaan darurat atau EUL dari WHO pada 12 Maret 2021 lalu.


Apa lagi jenis vaksin COVID-19 yang juga sudah mendapat EUL dari WHO? Klik ke halaman selanjutnya.


4. Moderna

WHO juga resmi memberikan izin penggunaan darurat atau EUL pada vaksin COVID-19 Moderna. Persetujuan ini diberikan pada 30 April 2021.


Sebelumnya, pada bulan Januari Kelompok Penasihat Strategis Imunisasi (SAGE) WHO telah merekomendasikan vaksin COVID-19 Moderna ini untuk diberikan pada kelompok usia 18 tahun ke atas.


5. Sinopharm

Sinopharm dari vaksin COVID-19 buatan China pertama yang mendapat EUL dari WHO dan mendapat restu untuk dipakai di seluruh dunia. Izin penggunaan darurat tersebut diberikan WHO pada 7 Mei 2021.


Selain itu, WHO juga merekomendasikan vaksin Sinopharm untuk usia 18 ke atas sebanyak dua dosis, dengan dengan jarak penyuntikan 3-4 minggu. Terkait efektivitasnya, vaksin ini memiliki efikasi sebesar 78 persen dan mulai digunakan di Indonesia untuk program vaksinasi gotong royong.


6. Sinovac

Baru-baru ini, Sinovac menjadi vaksin COVID-19 besutan China kedua yang mendapatkan EUL setelah Sinopharm. EUL tersebut diberikan WHO pada Selasa (1/6/2021) kemarin.


"WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac COVID-19 untuk penggunaan darurat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Channel News Asia, Rabu (2/6/2021).


Menurut Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi WHO, vaksin tersebut direkomendasi untuk digunakan pada usia 18 ke atas. Vaksin tersebut diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak penyuntikan selama 2-4 minggu.


"Hasil kemanjuran vaksin menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi dan mencegah COVID-19 yang parah dan rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti," jelas badan tersebut.

https://kamumovie28.com/movies/headshot-2/

Fakta Baru Virus Corona dari Anjing yang Ditemukan di Malaysia

 Para ahli mengatakan tidak perlu khawatir terhadap virus Corona yang ditularkan anjing (Canine Coronavirus) yang ditemukan pada spesimen pasien pneumonia di Sarawak, Malaysia. Menurut ahli imunologi veteriner Universitas Putra Malaysia (UPM) Dr Farina Mustaffa Kamal, tidak ada bukti yang menunjukkan adanya penularan antarspesies.

"Kita perlu memiliki lebih banyak penelitian untuk benar-benar melihat adanya penularan virus Corona anjing ke manusia," kata Dr Farina yang dikutip dari Malay Mail, Rabu (2/6/2021).


"Jadi, tidak cukup meyakinkan untuk menyatakan bahwa itu adalah penularan (virus) dari anjing ke manusia," lanjutnya.


Dr Farina mengatakan sejauh ini penelitian menunjukkan virus Corona tersebut hanya bisa tumbuh pada anjing. Hal itu yang membuatnya membutuhkan lebih banyak penelitian sebelum menyimpulkannya.


Ia juga menanggapi sebuah laporan yang berjudul 'Virus Corona Baru Terdeteksi Pada Pasien di Rumah Sakit Malaysia: The Source May Be Dogs' yang dipublikasi oleh National Public Radio AS. Dr Farina menekankan bahwa penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya penularan antara anjing peliharaan dan manusia.


Tak hanya itu, ia juga meminta masyarakat yang membaca laporan tersebut untuk tidak panik dan mengambil kesimpulan sendiri tanpa penelitian yang jelas.

Tidak mudah menular

Ahli mikrobiologi klinis konsultan UPM Prof Zamberi Sekawi mengatakan semua spesies hewan punya virus masing-masing, termasuk anjing dan kucing. Ia menekankan bahwa di banyak kasus virus Corona tidak bisa menyebrang antarspesies tanpa adaptasi atau mutasi yang signifikan.


"Jadi tidak mudah (virus) berpindah dari satu spesies ke spesies lain, artinya virus Corona pada manusia tidak serta merta menginfeksi kucing dan anjing dengan mudah," jelasnya.


"Kami tidak hanya berbicara tentang paparan anjing, banyak orang terpapar hewan di seluruh dunia, terutama kelelawar dan satwa liat lainnya. Ini adalah potensi ancaman bagi manusia," lanjut Prof Zamberi.


Tidak berkaitan dengan COVID-19

Presiden Universitas Sunway Prof Sibrandes Poppema menekankan bahwa Coronavirus anjing yang ditemukan di Sarawak tidak berkaitan dengan SARS-CoV-2 yang menjadi pandemi di dunia. Belum ada bukti yang menghubungkan keduanya, karena urutan genetik mereka memiliki kesamaan kurang dari 50 persen.


"Namun, temuan tersebut mengkonfirmasi sekali lagi bahwa virus bisa menular dari hewan ke manusia. Untuk itu perlu lebih banyak pengujian pada jenis virus yang berkaitan dengan pneumonia, terutama di daerah tempat penularan bisa terjadi, salah satunya di peternakan," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/headshot/


Termasuk Sinovac, Ini Daftar Vaksin COVID-19 yang Telah Direstui WHO


 Beberapa jenis vaksin COVID-19 yang ada saat ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan dunia (WHO). Ini memastikan bahwa vaksin tersebut telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan, efikasi atau keampuhan, serta manufaktur vaksin.

EUL dan emergency use authorization (EUA) memiliki prinsip yang hampir mirip. Bedanya, EUL merupakan mekanisme uji kelayakan dan keamanan suatu obat atau vaksin yang dilakukan WHO.


Sementara EUA, biasanya diberikan oleh regulator obat dari masing-masing negara. Di Indonesia misalnya, EUA akan diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


Meski hampir mirip, EUL memiliki peran yang lebih penting. Pasalnya, terdapat isu soal warga yang akan melakukan ibadah haji dan umroh harus divaksinasi dengan vaksin COVID-19 yang terverifikasi WHO.


Berikut beberapa vaksin COVID-19 yang telah mendapat EUL yang dirangkum detikcom.


1. Pfizer-BioNTech

Vaksin Corona Pfizer telah mendapatkan EUL pada 31 Desember 2020 lalu. Ini menjadi jenis vaksin COVID-19 pertama yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari WHO dan bisa didistribusikan ke sejumlah negara.


Pfizer mendapat EUL karena dianggap sudah memenuhi standar WHO. Artinya, vaksin tersebut dinilai cukup aman dan memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya.

https://kamumovie28.com/movies/shy-spirit/