Rabu, 02 Juni 2021

Kisah di Balik Eksisnya Jamu Jago Selama 103 Tahun di Indonesia

   Adanya pandemi ini memaksa masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Hal ini makin dipertegas dengan diberlakukannya PPKM di sejumlah daerah di Indonesia untuk menekan penyebaran COVID-19.

Selain melakukan beberapa aktivitas di rumah saja, menjalani protokol kesehatan juga menjadi kunci menghadapi masa pandemi ini. Dengan menggunakan masker ketika harus keluar rumah, menjaga jarak, dan mencuci tangan dapat membantu menekan penyebaran virus COVID-19.

https://kamumovie28.com/movies/migi-muke-hidari-jieitai-he-iko/


Ada cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah virus, yaitu dengan meningkatkan imunitas tubuh. Banyak cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ini, salah satunya dengan rutin mengonsumsi jamu.


Jamu adalah ramuan tradisional yang sudah mengakar pada kebudayaan Indonesia sejak 1.300 tahun yang lalu. Jamu terbuat dari bahan-bahan alami, yaitu campuran beberapa tanaman yang mempunyai khasiat bagi kesehatan.


Pada zaman dahulu, jamu dijual oleh ibu-ibu yang sekarang lebih dikenal sebagai jamu gendong. Mereka setiap hari harus meracik sendiri di rumah dengan peralatan yang sederhana.


Melihat hal itu seorang pengusaha mulai bermimpi untuk membuat jamu yang siap seduh, praktik digunakan, berkualitas, dan mudah diperoleh. Pengusaha tersebut adalah T.K Suprana. Ia pun sukses mendirikan industri jamu pada tahun 1918 yaitu Jamu Jago.


Jamu Jago didirikan di desa Wonogiri, berawal dari warung sederhana di rumah T.K. Suprana. Adapun asal usul logo ayam dari Jamu Jago didapatkan dari sebuah cerita yang dialami sendiri oleh TK. Suprana.


Suatu hari datang musafir (pengembara) yang juga membawa 1 ayam jago untuk mencari penginapan, dan T.K. Suprana memberi tumpangan untuk musafir tersebut agar bisa istirahat dan bermalam.


T.K Suprana juga memberi makan ayam jago dari pengembara itu. Waktu terbitnya pagi, musafir terbangun dan heran dengan suara tumbukan rempah jamu, dan T.K Suprana memberitahu kalau ia berjualan Jamu yang dijual di lingkungan rumahnya.


Tidak lama musafir berpamitan pulang, musafir itu memberikan saran untuk memberikan nama Jago untuk label jamunya. Karena konon kata 'JAGO' artinya adalah 'Bisa dinikmati turun temurun'.


Pada tanggal 1 Juni, Jamu Jago sudah memasuki 103 tahun di Indonesia, dengan visinya yaitu menyehatkan masyarakat dengan cara yang alami, aman dan terjangkau. Bagi Jamu Jago, kesehatan dan kepuasan pelanggannya adalah yang paling penting, karena dalam pembuatannya Jamu Jago hanya menggunakan bahan-bahan alami berkualitas terbaik.


Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan jamu yang aman dan berkhasiat nyata. Penting juga bagi Jamu Jago, jamu yang merupakan warisan budaya Indonesia dapat terus dinikmati dan dirasakan manfaatnya oleh generasi masa kini dan nantinya diwariskan untuk generasi mendatang.


Salah satu produk yang diproduksi oleh Jamu Jago adalah seri Alamix yang merupakan sirup jamu siap seduh dan memiliki 4 varian yaitu Beras Kencur, Kunir Asam, Jahe dan Temulawak Jahe. Dibuat dari ekstrak tanaman berkhasiat sehingga kesegaran rasanya terjaga dengan membawa manfaat kesehatan bagi tubuh.


Jamu Jago dengan pengalaman di industri jamu selama 103 tahun menghadirkan jamu Alamix yang praktis dan sehat sebagai solusi dan jawaban dari kebutuhan masyarakat Indonesia terutama menghadapi situasi pandemi.


Jamu Jago selalu ingin menularkan rasa bangga dan cinta terhadap jamu dan di hari jadi yang ke 103 kali ini ingin berbagi dengan memberikan hadiah Jamu Alamix untuk setiap pembelian produk Jamu Jago di official store Tokopedia dan Shopee.

https://kamumovie28.com/movies/fallen-angels-4/

Termasuk Sinovac, Ini Daftar Vaksin COVID-19 yang Telah Direstui WHO

 Beberapa jenis vaksin COVID-19 yang ada saat ini sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan dunia (WHO). Ini memastikan bahwa vaksin tersebut telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan, efikasi atau keampuhan, serta manufaktur vaksin.

EUL dan emergency use authorization (EUA) memiliki prinsip yang hampir mirip. Bedanya, EUL merupakan mekanisme uji kelayakan dan keamanan suatu obat atau vaksin yang dilakukan WHO.


Sementara EUA, biasanya diberikan oleh regulator obat dari masing-masing negara. Di Indonesia misalnya, EUA akan diberikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).


Meski hampir mirip, EUL memiliki peran yang lebih penting. Pasalnya, terdapat isu soal warga yang akan melakukan ibadah haji dan umroh harus divaksinasi dengan vaksin COVID-19 yang terverifikasi WHO.

https://kamumovie28.com/movies/headshot-3/


Berikut beberapa vaksin COVID-19 yang telah mendapat EUL yang dirangkum detikcom.


1. Pfizer-BioNTech

Vaksin Corona Pfizer telah mendapatkan EUL pada 31 Desember 2020 lalu. Ini menjadi jenis vaksin COVID-19 pertama yang mendapatkan izin penggunaan darurat dari WHO dan bisa didistribusikan ke sejumlah negara.


Pfizer mendapat EUL karena dianggap sudah memenuhi standar WHO. Artinya, vaksin tersebut dinilai cukup aman dan memiliki manfaat yang jauh lebih besar daripada risikonya.

2. AstraZeneca-Oxford

Vaksin kedua yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO adalah vaksin AstraZeneca, buatan SKBio Korea Selatan dan The Serum Institute India. EUL diberikan pada 15 Februari 2021.


Kedua versi vaksin AstraZeneca itu telah ditinjau SAGE pada 8 Februari 2021 dan direkomendasikan untuk diberikan pada usia 18 tahun ke atas.


"Produk AstraZeneca/Oxford adalah vaksin vektor virus yang disebut ChAdOx1-S [rekombinan]. Itu sedang diproduksi di beberapa lokasi manufaktur, serta di Republik Korea dan India. ChAdOx1-S diketahui memiliki kemanjuran 63,09 persen dan cocok untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah karena persyaratan penyimpanan yang mudah," jelas WHO.


3. Johnson & Johnson

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson juga telah mendapatkan EUL. Jenis vaksin dosis tunggal ini diklaim memiliki efikasi sebesar 66,3 persen dan 100 persen ampuh mencegah kasus rawat inap dan kematian akibat COVID-19.


Diketahui, vaksin COVID-19 tersebut mendapatkan izin penggunaan darurat atau EUL dari WHO pada 12 Maret 2021 lalu.


Apa lagi jenis vaksin COVID-19 yang juga sudah mendapat EUL dari WHO? Klik ke halaman selanjutnya.


4. Moderna

WHO juga resmi memberikan izin penggunaan darurat atau EUL pada vaksin COVID-19 Moderna. Persetujuan ini diberikan pada 30 April 2021.


Sebelumnya, pada bulan Januari Kelompok Penasihat Strategis Imunisasi (SAGE) WHO telah merekomendasikan vaksin COVID-19 Moderna ini untuk diberikan pada kelompok usia 18 tahun ke atas.


5. Sinopharm

Sinopharm dari vaksin COVID-19 buatan China pertama yang mendapat EUL dari WHO dan mendapat restu untuk dipakai di seluruh dunia. Izin penggunaan darurat tersebut diberikan WHO pada 7 Mei 2021.


Selain itu, WHO juga merekomendasikan vaksin Sinopharm untuk usia 18 ke atas sebanyak dua dosis, dengan dengan jarak penyuntikan 3-4 minggu. Terkait efektivitasnya, vaksin ini memiliki efikasi sebesar 78 persen dan mulai digunakan di Indonesia untuk program vaksinasi gotong royong.


6. Sinovac

Baru-baru ini, Sinovac menjadi vaksin COVID-19 besutan China kedua yang mendapatkan EUL setelah Sinopharm. EUL tersebut diberikan WHO pada Selasa (1/6/2021) kemarin.


"WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac COVID-19 untuk penggunaan darurat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Channel News Asia, Rabu (2/6/2021).


Menurut Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi WHO, vaksin tersebut direkomendasi untuk digunakan pada usia 18 ke atas. Vaksin tersebut diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak penyuntikan selama 2-4 minggu.


"Hasil kemanjuran vaksin menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi dan mencegah COVID-19 yang parah dan rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti," jelas badan tersebut.

https://kamumovie28.com/movies/headshot-2/