Jumat, 11 Juni 2021

Prioritas Vaksin! Kelompok Ini 20 Kali Lipat Berisiko Meninggal karena COVID-19

 Hingga kini, masih ada masyarakat yang mempertanyakan boleh atau tidaknya kaum lanjut usia (lansia), terutama yang mengidap komorbid disuntik vaksin Corona.

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi meluruskan, lansia dan pengidap komorbid justru harus diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin COVID-19.


"Orang tua, lansia justru harus divaksin duluan karena melihat kalau dia usianya lebih dari 60 tahun, risiko sakit dan meninggalnya 20 (19,5) kali lipat. Bayangkan. Sementara ada hoaks mengatakan jangan orang tua divaksin karena komorbidnya. Ini benar-benar salah padahal semakin tua, risiko kesakitan dan kematian semakin tinggi," tegasnya dalam diskusi daring oleh Universitas Binus, Jumat (11/6/2021).


dr Nadia juga memaparkan, rentang usia 46-59 tahun memiliki risiko gejala berat dan kematian karena infeksi COVID-19 sebesar 8,5 kali lipat jika tidak divaksin COVID-19. Sedangkan rentang usia 31-45 tahun berisiko sebesar 2,4 kali lipat.


Selain itu, pengidap penyakit ginjal memiliki risiko kematian akibat COVID-19 sebesar 13,7 kali lipat lebih tinggi, penyakit jantung 9 kali lipat, diabetes melitus 8,3 kali lipat, hipertensi kali lipat, dan penyakit imun 6 kali lipat.


Ia menegaskan, masyarakat harus jeli menghadapi hoaks dan simpang siur seputar keamanan vaksin Corona. Pasalnya, golongan yang ramai disebut-sebut tak boleh divaksin seperti lansia dan pengidap komorbid justru sebenarnya memiliki risiko gejala berat dan kematian paling besar jika terkena COVID-19.


"Semakin banyak komorbidnya, kita tahu lansia biasanya ada penyakit darah tinggi (hipertensi), penyakit gula, asma, semakin banyak penyakit penyerta, makin risikonya besar," kata dr Nadia.


"Kenapa lansia harus divaksin? Kenapa pengidap komorbid harus divaksin? Karena risiko kesakitan dan kematiannya tinggi," pungkasnya.

https://cinemamovie28.com/movies/once-upon-a-time-in-china-2/


Moeldoko Kirim 'Penangkal Corona' Ivermectin ke Kudus dan Semarang


Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko memberikan tes antigen gratis sekaligus obat Ivermectin yang diklaim 'obat yang mengalahkan COVID-19' di Kota Semarang.

Ketua Perempuan Tani HKTI Jawa Tengah, Nurfaiza mengatakan HKTI melalui prakarsa Moeldoko memberikan bantuan berupa obat Ivermectin di Kota Semarang dengan dibarengi tes antigen gratis di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Pedurungan, Semarang Timur, Banyumanik, dan hari ini di Kecamatan Gayamsari.


"Dari HKTI perempuan tani Jateng bekerjasama dengan PT Harsen Laboratories membagikan donasi obat Invermectin sebanyak Kota Semarang 600 pack sama di Kudus kemarin 2.500 pack," kata Nurfaizah di kantor Kecamatan Gayamsari Semarang, Jumat (11/6/2021).


Ia menjelaskan obat tersebut diberikan ketika hasil tes antigen diketahui reaktif. Benar saja, di tiga Kecamatan yang sudah dilakukan antigen gratis ada yang positif dan diberi obat tersebut dengan pengawasan.


"Hasilnya setelah reaktif kita bagikan obat ini (Ivermectin) selama 5 hari berturut-turut seharinya satu tablet selama 5 hari nanti dari HKTI dan PT Harsen tetap memantau pasien itu sampai benar-benar 5 hari, lalu hari keenam kita swab antigen lagi sampai benar-benar negatif. Kita yang bertanggungjawab dari HKTI dan Harsen. Itu tujuan kami untuk membantu masyarakat di wilayah Jateng supaya sehat kembali," jelasnya.


Sementara itu Iskandar Purnomo Hadi Direktur Komunikasi PT Harsen Laboratories mengatakan Ivermectin sudah mendapatkan izin BPOM sebagai obat antiparasit yang bisa menyembuhkan penyakit cacingan. Untuk izin mengobati penyakit COVID-19 menurutnya sedang berproses.

https://cinemamovie28.com/movies/once-upon-a-time-in-china/

Alami Sakit Pinggang Belakang, Ini Pertolongan Pertamanya

 Hampir setiap orang mungkin pernah merasakan sakit pinggang belakang. Penyebabnya pun berbeda-beda, dari terlalu banyak duduk saat beraktivitas hingga melakukan pergantian posisi secara mendadak.

Obat sakit pinggang belakang apa yang paling ampuh?

Sakit pinggang belakang merupakan rasa nyeri yang muncul di area bawah punggung. Oleh karenanya, kamu perlu mengetahui terlebih dahulu kenapa area tersebut bisa tiba-tiba sakit.


Apabila karena jarang olahraga, kamu perlu membiasakan diri untuk rutin berolahraga. Kemudian jika akibat terlalu lama duduk, maka biasakan untuk bergerak setiap 30 menit sekali, agar otot punggung tidak kaku atau tegang.


Dikutip dari Healthline, apabila kamu merasakan nyeri yang luar biasa di area bawah punggung, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengompresnya menggunakan es batu.


Tindakan ini disarankan dilakukan secara rutin dalam waktu 48-72 jam setelah punggung bawahmu terasa sakit, kemudian kompres dengan air hangat. Metode ini dapat membuat otot menjadi lebih rileks.


Selain dikompres, kamu juga bisa minum obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau acetaminophen sebagai alternatif obat sakit pinggang belakang untuk meredakan rasa nyeri.


Kemudian mandi dengan air hangat juga dianjurkan agar otot-otot di area bahwa punggung menjadi lebih rileks.


Namun, apabila dalam waktu 72 jam rasa nyeri di bawah punggung tak kunjung membaik, maka dianjurkan untuk segera periksakan diri ke dokter. Dokter akan memeriksa penyebab sakit pinggang belakangmu secara keseluruhan untuk memberikan penanganan yang tepat.


Kemungkinan dokter juga akan memberikan terapi fisik dan obat anti-peradangan (NSAID) untuk meringankan rasa sakit.


Oleh karena itu, apabila kamu tengah mencari obat sakit pinggang belakang, sebaiknya tidak dikonsumsi secara sembarangan tanpa resep dokter. Pasalnya, dikhawatirkan itu justru bisa menambah masalah pada kesehatanmu

https://cinemamovie28.com/movies/paradise-2/


Prioritas Vaksin! Kelompok Ini 20 Kali Lipat Berisiko Meninggal karena COVID-19


Hingga kini, masih ada masyarakat yang mempertanyakan boleh atau tidaknya kaum lanjut usia (lansia), terutama yang mengidap komorbid disuntik vaksin Corona.

Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi meluruskan, lansia dan pengidap komorbid justru harus diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin COVID-19.


"Orang tua, lansia justru harus divaksin duluan karena melihat kalau dia usianya lebih dari 60 tahun, risiko sakit dan meninggalnya 20 (19,5) kali lipat. Bayangkan. Sementara ada hoaks mengatakan jangan orang tua divaksin karena komorbidnya. Ini benar-benar salah padahal semakin tua, risiko kesakitan dan kematian semakin tinggi," tegasnya dalam diskusi daring oleh Universitas Binus, Jumat (11/6/2021).


dr Nadia juga memaparkan, rentang usia 46-59 tahun memiliki risiko gejala berat dan kematian karena infeksi COVID-19 sebesar 8,5 kali lipat jika tidak divaksin COVID-19. Sedangkan rentang usia 31-45 tahun berisiko sebesar 2,4 kali lipat.


Selain itu, pengidap penyakit ginjal memiliki risiko kematian akibat COVID-19 sebesar 13,7 kali lipat lebih tinggi, penyakit jantung 9 kali lipat, diabetes melitus 8,3 kali lipat, hipertensi kali lipat, dan penyakit imun 6 kali lipat.


Ia menegaskan, masyarakat harus jeli menghadapi hoaks dan simpang siur seputar keamanan vaksin Corona. Pasalnya, golongan yang ramai disebut-sebut tak boleh divaksin seperti lansia dan pengidap komorbid justru sebenarnya memiliki risiko gejala berat dan kematian paling besar jika terkena COVID-19.


"Semakin banyak komorbidnya, kita tahu lansia biasanya ada penyakit darah tinggi (hipertensi), penyakit gula, asma, semakin banyak penyakit penyerta, makin risikonya besar," kata dr Nadia.


"Kenapa lansia harus divaksin? Kenapa pengidap komorbid harus divaksin? Karena risiko kesakitan dan kematiannya tinggi," pungkasnya.

https://cinemamovie28.com/movies/paradise/