Minggu, 29 Juni 2014

e-KTP, Kartu Jakarta Sehat Jokowi, dan Mimpi Smart City

Pada konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) e-Indonesia Initiatives Forum ke-9 di ITB, Direktur Perkotaan Bappenas mendapat pertanyaan peserta, apakah DKI Jakarta itu sudah bisa disebut sebagai kota cerdas?

Jawaban yang muncul adalah relatif baik atau kurang dibandingkan dengan kota lain di dalam negeri atau luar negeri.

Sampai saat ini belum ada pengukuran yang bisa diterima secara tegas untuk menilai apakah kota itu cerdas atau belum, termasuk definisi kota cerdas itu sendiri. Kita coba lihat kasus DKI yang saat ini banyak diberitakan mempunyai inovasi-inovasi baru untuk pelayanan suatu kota.

Jokowi-Ahok telah meluncurkan 3 kartu dalam program 100 hari pemerintahan di DKI, mulai dari kartu cerdas, kartu sehat hingga uang elektronik untuk pembayaran trans Jakarta.

Selain itu perekaman rapat-rapat yang kemudian diunggah di YouTube ataupun pelelangan jabatan menggunakan TIK merupakan inovasi atau terapi kejutnya.

Namun menarik juga berita beberapa hari terakhir, tentang keberadaan Kartu Jakarta Sehat (KJS), menuai beberapa masalah, seperti mundurnya beberapa rumah sakit dalam melayani Kartu Jakarta ini.

Rumah sakit merasa dirugikan. Selain itu ketidaksiapan sarana dan prasarana yang memadai untuk pelayanan ini menyebabkan keluhan pasien yang harus dilayani.


Contoh lain adalah debat tentang pengembangan dan implementasi e-KTP, ini juga cukup menarik, apakah warga harus memakai banyak kartu, atau cukup 1 kartu tetapi multiguna?

Secara teknologi memungkinkan, namun secara praktek maskih banyak masalah. Siapa yang mengeluarkan? Kemendagri, Perbankan, Kemenkes, Kemenhub atau siapa?

Kartu sehat, kartu cerdas maupun uang-elektronik merupakan komponen inovasi layanan kota. Kartu itu dianggap cerdas jika memang bisa menjadikan warga bisa dilayani dengan mudah, murah dan nyaman hidup.

Apakah kota cerdas hanya dilihat dari keberadaan komponen TIK dalam suatu kota? Ternyata itu tidak cukup, kalau tidak dirancang dengan baik, ada kemungkinan resiko pemalsuan, kemudian apakah setiap warga yang mendapat kartu tersebut bisa dilayani semua? Apakah pelayan (server), mencukupi dengan jumlah pasien atau warga yang ada?

Kartu Sebagai Kampanye

Semua pimpinan kota tentu ingin mengelola dan memajukan semua sumber daya manusia, alam, potensi kota dan lainnya agar kotanya lebih baik. Konsep kartu sehat dan pendidikan atau yang sejenis sering jadi ajang janji politik dalam program kampanye pimpinan daerah. Sementara itu sumber daya pelayan mungkin masih belum siap.

Secara umum kota cerdas bisa didefinisikan sebagai suatu kota yang dapat mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam dan potensi kotanya sehingga dapat menjadikan kota tersebut menjadi lebih nyaman, aman dan sejahtera. TIK memegang peranan penting dalam menjadikan kecerdasan kota tersebut .


Konsep kota cerdas telah diusulkan beberapa organisasi maupun industri. Konsep ini meliputi diantaranya: pemerintahan cerdas, transportasi cerdas, kehidupan sosial, pendidikan dan kesehatan yang cerdas, penggunaan energi yang cerdas, pembangunan ekonomi yang cerdas dan pemantauan lingkungan yang cerdas.

Komponen TIK pada intinya bisa menggantikan proses yang selama ini dilakukan secara manual oleh pemangku kepentingan. Komponen tersebut adalah sensor, jaringan dan pelayan (server), yang didalamnya ada komponen pemerintah, masyarakat dan industri.

Contoh sederhana, 'blusukan' seorang pimpinan daerah, hakekatnya adalah untuk mengamati sumber daya atau keadaan sebenarnya dalam suatu kota, baik masalah kemiskinan, kesehatan maupun kondisi alam (banjir, longsor dll).

Kecerdasan akan terjadi atau meningkat jika proses pengamatan itu bisa digantikan dengan sensor identitas, maupun sensor alam. Dengan pengamatan multisensory ini, tugas pimpinan lebih mudah dan bisa menjangkau di semua wilayahnya, bahkan secara transparan tidak hanya 'pencitraan'.

Selanjutnya komponen jaringan yang tersedia dalam suatu kota akan membantu proses pengamatan sensor untuk bisa dikirim ke server dalam orde detik.

Setelah itu tergantung dari sistem dan prosedur apakah perlu proses pengambilan keputusan oleh pimpinan daerah atau bisa langsung otomatis menggerakan komponen lainnya, yang biasa disebut sebagai teknologi M2M (machine to machine).

Proses pelayanan akan melibatkan sumber daya dan penyelenggara, misalkan rumah sakit untuk kesehatan, dana beasiswa untuk pendidikan, anggaran pemerintah untuk bantuan UKM misalnya.


Jumlah kebutuhan warga yang dilayani dan kemampuan suatu kota melayani kebutuhan itulah yang harus dipehatikan. Jika tidak, akan menyebabkan jurang sehingga bisa menimbulkan ketidaknyamanan bahkan kerugian yang menyebabkan kebangkrutan layanan kota.

Transformasi Budaya

Kemajuan teknologi cukup cepat, hanya saja kemampuan mengadopsi atau menjalankannya perlu diperhatikan dengan baik. Banyak warga masyarakat bahkan birokrat belum bisa menggunakan dan mengerti teknologi.

Penggunan teknologi yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal, bahkan mungkin cenderung ikut-ikutan. Transformasi pola pikir dan pola tindak perlu disiapkan agar pelaksanaanya selaras dengan manfaatnya.

Pada hakekatnya memang teknologi itu jika berhasil akan menjadi budaya dalam suatu wilayah, negara bahkan dunia. Hanya saja bagaimana teknologi itu bisa tepat sasaran maka aspek manusia yang cerdas (smart people) dan organisasi yang cerdas juga harus diperhatikan, sehingga akan menjadi kebutuhan penting.

Peranan pimpinan daerah menjadi sangat penting untuk menggerakan segenap elemen yang ada di kota menjadi lebih tepat guna menggunakan teknologi untuk kemajuan kotanya. Kecerdasan bisa ditingkatkan melalui proses belajar sepanjang hayat.

Perancangan dan pembangunan kota cerdas harus dibuat sedemikian rupa mengikuti kaidah yang baik, jangan asal janji, tapi juga bisa melihat lebih menyeluruh dan sumberdayanya cukup.

Perencanaan dan pengembangan yang melibatkan manusia dan komponen kota harus diperhatikan dengan baik. Teknologi, Sosial dan Kebijakan mengambil butir penting yang harus diperhatikan.



*) Penulis, Suhono Harso Supangkat merupakan Penggiat Pembangunan Smart City dan Guru Besar Teknologi Informasi ITB.

Sumber : http://inet.detik.com/read/2013/06/14/164241/2273839/398/4/e-ktp-kartu-jakarta-sehat-jokowi-dan-mimpi-smart-city

Jumat, 27 Juni 2014

Mengoptimalkan Data Center, 'Rumah' bagi Teknologi Informasi

Sebuah data center bisa diibaratkan sebuah rumah untuk teknologi informasi. Data center berada di tengah-tengah setiap aktivitas yang berhubungan dengan teknologi, baik untuk penggunaan sehari-hari ataupun untuk bekerja.

Mulai dari melihat email ataupun mengunduh musik dan aplikasi, menggunakan layanan dari situs-situs pemerintahan sampai mengakses aplikasi bisnis yang ditempatkan di cloud, data center menjadi penggerak dari setiap interaksi kita dengan teknologi.

Data center sendiri sudah berkembang sedemikian cepat dalam beberapa tahun belakangan ini seiring dengan berubahnya kebutuhan para pengguna.

Dalam sebuah perusahaan, data center modern menjadi suatu hal yang terus-menerus disesuaikan dengan peluang-peluang bisnis baru dan membutuhkan pengelolaan biaya infrastruktur yang teliti dan cermat.

Cloud juga menjadi tren dalam pengelolaan data center. Banyak perusahaan memilih data center yang bersifat cloud untuk bisa memasang layanan baru dan mengkonsolidasikan infrastruktur yang sudah ada secara cepat dengan tujuan memaksimalkan return of investment (ROI) mereka.

Platform yang didesain untuk infrastruktur berjenis cloud bisa mengakselerasi pencapaian bisnis menjadi lebih cepat dibanding server, jaringan serta sistem penyimpanan tradisional yang berdiri sendiri.

Memastikan keberhasilan implementasi infrastruktur cloud memerlukan lebih dari sekadar teknologi data center yang paling canggih, misalnya jaringan yang memiliki cakupan luas, server yang bertenaga, kapasitas simpan yang lega, serta virtualisasi berkinerja tinggi. Semua itu memerlukan visi terhadap teknologi yang menyeluruh


Ribuan konsumen mulai bergerak ke arah vendor yang bisa memberikan portofolio data center untuk enterprise yang didesain berdasarkan prinsip bahwa perangkat lunak dan perangkat keras dibangun untuk bisa bekerja bersama-sama.

Dengan demikian, perusahaan-perusahaan tersebut bisa memenuhi kebutuhan mereka akan perangkat teknologi enterprise yang mampu mengurangi risiko, memberikan kinerja tertinggi, dan mempermudah pemasangan serta pengelolaan.

Apabila perangkat keras dibangun bersama-sama dengan perangkat lunaknya, solusi tersebut akan memberikan kinerja yang paling tinggi dan tidak tertandingi oleh solusi industri lainnya.

Mengurangi Risiko dan Melindungi Investasi

Perusahaan-perusahaan yang sudah menggunakan teknologi-teknologi inovatif akan mendapat perlindungan yang paling aman untuk investasi mereka.

Lebih dari 50.000 pelaku bisnis serta institusi menjalankan lebih dari 11.000 aplikasi yang sudah mendapat sertifikasi untuk teknologi jenis ini.

Memindahkan infrastruktur yang sudah ada ke sistem operasi dan perangkat keras terbaru semakin mudah dengan adanya kombinasi dari kompatibilitas biner serta teknologi virtualisasi yang fleksibel


Mengurangi Biaya via Konsolidasi

Virtualisasi dan komputasi awan sudah menjadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan fleksibilitas dan mendukung kebutuhan akan layanan-layanan IT baru yang didorong oleh pertumbuhan bisnis.

Banyak sekali perusahaan yang memasang infrastruktur IT tervirtualisasi berbasis server jenis x86 dengan tujuan untuk mengurangi biaya dan memanfaatkan arsitektur sistem terbuka sehingga mereka bebas menggunakan berbagai pilihan vendor serta komponen perangkat lunak, antara lain untuk sistem operasi, perangkat lunak virtualisasi dan perangkat pengelolaan sistem.

Walau ada banyak perusahaan yang sudah melakukan konsolidasi atau virtualisasi sederhana, masih banyak potensi pada infrastruktur IT lainnya yang bisa dioptimalkan.

Konsolidasi dan virtualisasi memberikan berbagai keuntungan nyata, selain itu juga mampu membantu perusahaan dalam memulai upaya penghematan biaya serta meningkatkan kecepatan proses bisnis berkat komputasi awan.

Virtualisasi bisa memberikan tambahan penghematan biaya operasional di samping keuntungan-keuntungan yang didapat dari konsolidasi semata.

Dengan membuka jalan untuk berbagi-pakai sumber daya IT dalam suatu perusahaan, virtualisasi bisa mendorong tingkat daya guna (utilization) serta meningkatkan ROI secara signifikan


Virtualisasi adalah teknologi utama yang digunakan dalam data center untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada. Seiring dengan kebutuhan IT untuk berevolusi, virtualisasi tidak lagi menjadi teknologi yang digunakan untuk memecahkan satu masalah saja.

Banyak perusahaan yang memulai optimalisasi sistem mereka menggunakan virtualisasi server untuk mengkonsolidasikan sistem dan mengurangi biaya modal/capital expenditure (capex).

Sebab sekarang staf IT diharuskan memberikan layanan on-demand, kebutuhan untuk virtualisasi datacenter sudah berkembang melebihi konsolidasi dan pengurangan capex saja.

Untuk bisa melakukan konsolidasi secara efisien, sistem baru harus memiliki kinerja, kapasitas, keamanan serta skalabilitas tinggi untuk bisa menopang kebutuhan kinerja aplikasi-aplikasi bisnis – bahkan ketika nanti aplikasi tersebut berubah dan berkembang seiring dengan waktu.

Menyederhanakan IT

Sistem cloud yang menopang kinerja bisnis harus dilandasi kecepatan, fleksibilitas, dan keamanan yang dikombinasikan dengan skalabilitas serta kinerja yang prima.

Syarat-syarat sistem yang baik adalah memiliki virtualisasi built-in, pemasangan aplikasinya mudah, serta mendukung beban kerja mobile.


Lebih penting lagi, kendali atas seluruh kemampuan ini harus bisa diterapkan dalam pool komputasi dan sumber daya yang berskala besar. Supaya sesuai dengan persyaratan yang ada, sebaiknya juga tersedia fitur pengawasan serta pelaporan yang mudah digunakan.

Berkat perangkat lunak serta perangkat keras yang dibangun dan bekerja bersama-sama, pengelolaan sistem akan menjadi semakin mudah. Kinerja dan ketersediaan akan meningkat bersamaan dengan pengurangan biaya dan waktu untuk pemasangan.

Kemampuan yang unik ini memberikan keuntungan lebih banyak apabila vendor mampu membangun, menguji, mensertifikasi, memasang, mendukung dan memutakhirkan perangkat lunak serta perangkat kerasnya bersama-sama.

Bagi beberapa perusahaan, melangkah maju ke dalam data center generasi selanjutnya akan melibatkan pemindahan konten bisnis dari aplikasi serta platform yang sudah usang ke dalam lingkungan IT baru yang hemat biaya.

Tujuan akhirnya adalah mempertahankan aset aplikasi lama dengan mengubahnya ke dalam bahasa program, basis data serta layanan yang baru.

Dengan menyelaraskan tujuan data center menjadi sistem yang selalu tersedia, tidak kompleks dan hemat biaya, sesuai dengan tujuan bisnis, Anda akan memiliki data center yang siap untuk menangani segala tantangan di masa kini dan bisa berkembang bersama-sama dengan bisnis Anda demi menghadapi kesempatan-kesempatan yang datang di masa depan.


*) Penulis adalah Ron Goh selaku ASEAN VP Systems Sales Oracle Corporation

Sumber : http://inet.detik.com/read/2013/08/15/162320/2330926/398/5/mengoptimalkan-data-center-rumah-bagi-teknologi-informasi