Jumat, 27 Maret 2020

Lagi Lockdown, Lah... Warga Kota London Malah Santuy Berjemur

 Inggris menyatakan lockdown selama 3 pekan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Tapi warganya malah santuy banget.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyatakan kebijakan baru terkait dengan pandemi Corona. Warganya diminta untuk tidak berpergian dan bekerja dari rumah sebisa mungkin.

Untuk membantu kebijakan ini, PM Johnson juga meminta bantuan polisi untuk berjaga-jaga. PM Inggris menyatakan bahwa berkumpul dengan lebih dari dua orang kini dilarang. "Warga harus tinggal di dalam rumah," ucap PM Johnson saat memutuskan kebijakan lockdown.
Namun saat melakukan sweeping, polisi malah dibuat kaget oleh warga London.


ABC News
@ABC
"It's not a holiday. It's a lockdown."

Police in London used a loudspeaker to order people sitting and sunbathing on the green to go home after Prime Minister Boris Johnson announced new restrictions this week amid the coronavirus pandemic. https://abcn.ws/2UEODA5 

Video terlekat
397
00.19 - 26 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
202 orang memperbincangkan tentang ini

Di sebuah taman kota terlihat ramai oleh warga. Mereka duduk-duduk sambil berjemur. Polisi pun mengusir warga dengan menggunakan pengeras suara. "Tolong pulang ke rumah. Ini bukan liburan, ini lockdown," ujar polisi dari dalam mobil dengan pengeras suara.

Beberapa polisi juga turun ke taman untuk mengusir warga. Melihat ini mereka bergegas untuk bubar. Inggris sendiri menurut data dari John Hopkins Coronavirus Resource Center, Kamis (26/3/2020) pukul 11.13 WIB sudah memiliki 9.640 kasus pandemi Corona.

Pesawat Setop Terbang, Pramugari Sampaikan Pesan Terakhir Mengharukan

Wabah Corona membuat banyak penerbangan dibatalkan. Maskapai Virgin Australia termasuk yang harus menghentikan operasi di Selandia Baru gara-gara wabah Corona. Salah satu pramugari memberikan pesan terakhir yang mengharukan untuk penumpang pesawat.
Mengutip Stuff, pramugari Virgin Australia tak kuasa menahan tangisnya saat memberi pengumuman pada penumpang saat pesawat akan mendarat di Dunedin, Selandia Baru. Pramugari yang bernama Cassy Appleton mengunggah pesan terakhir yang dia sampaikan kepada penumpang di akun Facebook-nya.

"Hari ini saya kehilangan sayap-sayap saya. Hari ini kami menerima konfirmasi kalau Virgin menghentikan basis operasi kami di Selandia Baru. Saya tidak bisa menggambarkan perasaan saya," ujarnya emosional.

"Memiliki pengalaman ini adalah hal terbaik yang terjadi dalam hidup saya dan hanya berkata terima kasih adalah sebuah pernyataan yang meremehkan. Hati saya hancur untuk kita semua hari ini," ujar Appleton.

Appleton juga memberi tahu para penumpang bahwa penerbangan itu adalah yang terakhir bagi para kru. Dia berterima kasih kepada para penumpang karena membuat pekerjaan kru begitu mudah dan menyenangkan.

Sambil menahan air mata, Appleton lalu berterima kasih kepada kru pesawat. "Untuk kru saya, kata-kata tidak bisa menggambarkan ikatan keluarga kita. Persahabatan, kesulitan, tawa dan air mata. Sungguh luar biasa bagaimana kita semua bersatu dalam kekacauan ini, dan saya sangat bangga dengan bagaimana kita bisa berjalan tegak," ujarnya.

Sambil berlinang air mata, Appleton kemudian mengakhiri ucapannya. "Masa-masa sulit tidak bertahan lama, tapi orang akan melaluinya, kita semua bisa melalui ini dengan bersama-sama. Kami benar-benar berharap, bisa melihat Anda di langit lagi segera. Kia kaha," ujarnya.

Mendengar hal itu, para penumpang pesawat kemudian memberikan aplaus untuk Appleton.

Pesawat Grounded, Pramugari Terpaksa Nyambi Kerja di Gerai Makanan

 Wabah virus Corona membawa ketidakpastian pada industri penerbangan. Banyak maskapai yang harus membatalkan penerbangan sampai meng-grounded armadanya. Awak kru kabin pun banyak yang harus mengambil cuti tanpa bayaran karena tidak ada pesawat yang terbang.
Mengutip South China Morning Post, banyak pekerja di industri penerbangan yang khawatir dengan kondisi keuangan mereka seiring mandeknya dunia penerbangan gara-gara wabah Corona.Di Singapura contohnya, banyak awak kabin yang berjuang untuk menambal pendapatan mereka yang hilang, saat mereka cuti atau saat bekerja dalam kondisi shift yang sedikit.

"Berapa banyak penghasilan yang saya bawa satu bulan semata-mata tergantung pada penerbangan saya. Jadi dengan banyak penerbangan saya dibatalkan, bisa dapat gaji pokok saja sudah bagus banget," kata seorang pramugari Singapore Airlines yang menolak disebutkan namanya.

Pramugari berusia 25 tahun itu sudah memutuskan untuk mengambil cuti tanpa bayaran karena berharap dipanggil kerja saat dalam masa seperti ini adalah hal yang tidak mungkin. Kini dia tengah mempertimbangkan membantu bibinya yang memiliki gerai makanan untuk bekerja membungkus nasi dengan bayaran 7 dolar Singapura ( sekitar Rp 80 ribu) per jamnya.

Pramugari yang lebih senior yang sudah 27 tahun di Singapore Airlines, mengatakan wabah Corona membawa dampak yang lebih dahsyat ketimbang saat ada wabah SARS. "Penerbangan dulu yang dibatalkan hanya ke China, sementara ke bagian dunia lain masih berjalan," ujarnya yang mengaku biasanya kerja 20 hari dalam sebulan kini hanya 6-8 hari saja.

Tanpa penghasilan dari terbangnya, dia mengaku kesulitan untuk membayar cicilan atau membayar pengasuh ibunya yang sedang sakit-sakitan. "Beberapa pramugari adalah orang tua tunggal. Mereka harus menjaga anak, dan orang tua mereka. Bagaimana saya mencari pekerjaan lain. Semua perusahaan tengah melakukan perampingan usaha. Sementara saya bisanya hanya melakukan apa yang sudah saya lakukan selama 27 tahun ini," keluhnya.

Singapore Airlines sebelumnya mengumumkan pengurangan kapasitas sebesar 96% dari total kapasitas yang semula dijadwalkan hingga akhir April 2020, seiring dengan semakin ketatnya kontrol perbatasan di seluruh dunia selama sepekan terakhir guna mengendalikan wabah Covid- 19. Hal ini akan menyebabkan grounding terhadap sekitar 138 dari total 147 armada milik SIA dan SilkAir, di tengah tantangan terbesar yang dihadapi SIA Group selama ini.

Sementara itu, Scoot, anak perusahaan berbiaya rendah milik Singapore Airlines, juga akan menangguhkan sebagian besar jaringannya yang menyebabkan grounding pada 47 dari total 49 armada miliknya. Sekitar 10.000 staf Singapore Airlines Group akan terdampak oleh kebijakan ini.

Awak kabin yang lain, yang bekerja untuk maskapai lain di Singapura, mengatakan sudah mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah toko ritel, dimana dia bisa bekerja 3 kali seminggu. Dia terpaksa mengambil pekerjaan paruh waktu karena 50-80 persen gaji bulanannya hilang gara-gara jarang terbang. Penghasilannya sebagai pramugara di maskapai tersebut mencapai 3.500 dolar Singapura sebulan. Dalam waktu sebulan dia biasanya bekerja 16 kali, namun sepanjang bulan Maret ini hanya 6 hari saja.

Seorang pilot yang juga menolak disebutkan namanya mengaku gajinya sudah dipotong 55 persen dan mengambil cuti tanpa dibayar mulai 1 April. Untung saja dia masih punya tabungan dan investasi yang bisa diandalkan. Namun dia khawatir soal kesehatannya. "Saya yakin pasti ada orang yang terinfeksi di dalam pesawat. Setelah bekerja saya pulang ke rumah dan menemui 2 anak. Mereka masih muda dan akan bertahan, tapi saya punya orang tua yang berumur 80 tahun. Saya tidak bisa duduk bareng mereka, terus saya pergi ke mana, saya pergi ke hotel di negara saya. Kenapa saya mengeluarkan 2.000 dolar Singapura untuk kamar hotel, tapi saat saya keluar masuk hotel, orang-orang menganggap saya bersenang-senang?," curhatnya.

Soal keluhan para awak kabin ini, Air Line Pilots Association Singapore (Alpa-S) mengatakan pihaknya bersama maskapai dan kementerian tenaga kerja Singapura sudah menyiapkan berbagai inisiatif untuk membantu para pilot.