Selasa, 28 April 2020

Sumbang Plasma Darah Seperti Pasien 03, Adakah Efek Sampingnya?

 Baru-baru ini Ratri Anindya, pasien sembuh Corona nomor 03 mendonorkan plasma darahnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Lewat akun Instagram pribadi miliknya, Ratri Anindya bercerita tentang dirinya yang sudah berhasil mendonorkan plasma darahnya.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menemukan bahwa transfusi plasma darah pasien yang telah sembuh terbukti dapat membantu dalam penyembuhan pasien sakit kritis dengan COVID-19.

Meski demikian, menyumbangkan plasma darah bisa menyebabkan efek samping umum, tetapi biasanya efek yang terjadi tidak terlalu besar, seperti dehidrasi dan kelelahan.

Dikutip dari Health Line, berikut beberapa efek samping yang ditimbulkan setelah mendonorkan plasma darah.

1. Dehidrasi
Plasma mengandung banyak air. Karena itu, beberapa orang bisa mengalami dehidrasi setelah mendonorkan plasmanya. Biasanya dehidrasi yang ditimbulkan tidak terlalu serius.

2. Pusing dan pingsan
Plasma kaya akan nutrisi dan garam. Hal ini penting untuk menjaga tubuh dan berfungsi dengan baik. Kehilangan beberapa zat ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ini dapat menyebabkan seseorang bisa pingsan dan pusing.

3. Kelelahan
Kelelahan dapat terjadi jika tubuh memiliki kadar nutrisi dan garam yang rendah. Kelelahan setelah donasi plasma adalah efek samping yang umum terjadi, tetapi efek yang ditimbulkan biasanya ringan.

4. Memar dan tidak nyaman
Memar dan rasa tidak nyaman adalah salah satu efek samping donasi plasma yang lebih ringan dan lebih umum.

Memar terbentuk ketika darah mengalir ke jaringan lunak. Ini bisa terjadi ketika jarum menusuk vena dan sedikit darah bocor. Bagi kebanyakan orang, memar akan hilang dalam beberapa hari atau minggu. Tetapi jika Anda memiliki kelainan pendarahan, mungkin perlu waktu lebih lama.

5. Infeksi
Setiap kali jarum digunakan untuk menembus kulit, selalu ada risiko kecil infeksi. Jaringan kulit yang tertusuk memungkinkan bakteri dari luar tubuh untuk masuk.

Jarum dapat membawa bakteri tidak hanya di bawah permukaan kulit, tetapi ke dalam pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan infeksi di tempat suntikan dan jaringan tubuh di sekitarnya atau di dalam darah.

Ahli Sebut Puasa Efektif Lindungi Otak dari Alzheimer dan Parkison

Umat Muslim di seluruh dunia tengah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Berpuasa rupanya tak hanya baik untuk kesehatan tubuh, tapi juga baik untuk sel-sel otak. Bahkan ritual ini bisa melindungi otak dari Alzheimer dan Parkinson.
Kepala Pusat Studi Imunologi Fakultas Kedokteran UNPAD-RSHS Bandung Sumartini Dewi mengungkapkan ada beberapa cara yang menunjang peningkatan fungsi otak lewat berpuasa.

Pertama, ujar Dewi, puasa merangsang sel-sel otak lebih banyak sehingga meningkatnya fungsi otak atau neurogenesis. Kesimpulan ini, diambil dari studi profesor Neurologi Dr Mark Mattson di Universitas John Hopkins.

"Puasa telah terbukti meningkatkan tingka neurogenesis di otak. Neurogenesis adalah pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan jaringan saraf baru," kata Dewi dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin (27/3/2020).

"Tingkat neurogenesis yang lebih tinggi dapat meningkatkan kinerja otak, memperbaiki sel-sel memori, memperbaiki mood/suasana hati dan meningkatkan kemampuan konsentrasi," katanya.

Kemudian, puasa juga tak hanya meningkatkan proses neurogenesis, tapi juga meningkatkan produksi protein yang berperan penting bagi sel-sel otak atau Brain-derived neurotrophic factor (BDNF).

Lebih lanjut Dewi menjelaskan, BDNF adalah salah satu faktor neurotropik yang mendukung diferensiasi, maturasi dan kelangsungan hidup sel neuron dalam sistem saraf dan menunjukkan efek neuroprotektif dalam kondisi buruk. Sejumlah pakar menyebut BDNF ini adalah pertumbuhan yang ajaib untuk otak.

"BDNF merangsang dan mengendalikan pertumbuhan sel neuron baru dari sel induk saraf (neurogenesis). BDNF telah terbukti memainkan peran dalam neuroplastisitas, yang memungkinkan otak untuk terus berubah dan beradaptasi. Kemampuan ini membuat sel otak lebih tahan terhadap stres dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi," paparnya.

Menurutnya, peningkatan produksi BDNF telah terbukti meindungi sel-sel otak dari perubahan degeneratif yang terkait dengan kondisi seperti penyakit Parkinson dan Alzheimer, sementara kadar BDNF yang rendah telah dikaitkan dengan depresi dan beberapa masalah otak lainnya.

"BDNF membantu menghasilkan sel-sel otak baru, melindungi sel-sel otak Anda, menstimulasi koneksi dan sinapsis baru, meningkatkan memori, meningkatkan suasana hati, dan kemampuan belajar. Puasa telah terbukti meningkatkan BDNF sebesar 50-400%," pungkasnya.

Virus Corona Diketahui Bisa Serang Organ Tubuh Lain Selain Paru-paru

Sejak kemunculannya di akhir 2019, virus Corona COVID-19 diketahui menyerang organ paru-paru penderitanya. Tetapi, kini dokter telah menemukan efek virus ini pada beberapa organ tubuh lainnya.
Beberapa ahli kesehatan menganggap COVID-19 sebagai penyakit yang sulit untuk dikenali. Bahkan penyakit ini bisa menyebabkan berbagai gejala tak biasa, seperti diare, kehilangan indra penciuman dan perasa, nyeri otot, mata merah muda, hingga muncul ruam.

Tapi, bagaimana virus Corona bisa merusak organ tubuh lain?

Ketika virus Corona masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, atau mata, virus ini langsung menargetkan reseptor yang disebut ACE2 yang ada di berbagai organ tubuh. Virus itu menempel pada ACE2 dan menjadikan sel manusia untuk tempat berkembang hingga terjadi infeksi.

Mengutip Medical Daily, pada orang yang imunitasnya lemah, virus ini bisa masuk lebih jauh ke dalam tubuh. Ia akan mulai menyerang paru-paru, otot jantung, ginjal, pembuluh darah, hati, hingga ke sistem saraf pusat.

Hal itu membuat mereka yang lanjut usia dan memiliki penyakit akut seperti penyakit jantung, kerusakan ginjal dan sebagainya lebih rentan terserang virus. Tak hanya organ dalam, organ luar seperti kulit pun juga terkena dampaknya sampai muncul ruam kemerahan.

Salah satu dokter kulit dari Texas, dr Sanober Amin, mengatakan beberapa pasien yang positif terinfeksi mengalami pembekuan pembuluh darah di dekat kulitnya. Dokter menyebut keadaan ini dengan 'COVID jari kaki', karena sebagian besar penggumpalan darah terjadi di jari-jari kaki.

Sampai saat ini, para peneliti pun masih belum menemukan jawaban bagaimana virus ini bisa membuat perubahan besar pada tubuh. Mereka juga sedang menentukan secara jelas mana yang benar-benar disebabkan virusnya dan mana yang hanya terkait dengan kondisi tubuhnya.

Sumbang Plasma Darah Seperti Pasien 03, Adakah Efek Sampingnya?

 Baru-baru ini Ratri Anindya, pasien sembuh Corona nomor 03 mendonorkan plasma darahnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Lewat akun Instagram pribadi miliknya, Ratri Anindya bercerita tentang dirinya yang sudah berhasil mendonorkan plasma darahnya.
Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association menemukan bahwa transfusi plasma darah pasien yang telah sembuh terbukti dapat membantu dalam penyembuhan pasien sakit kritis dengan COVID-19.

Meski demikian, menyumbangkan plasma darah bisa menyebabkan efek samping umum, tetapi biasanya efek yang terjadi tidak terlalu besar, seperti dehidrasi dan kelelahan.

Dikutip dari Health Line, berikut beberapa efek samping yang ditimbulkan setelah mendonorkan plasma darah.

1. Dehidrasi
Plasma mengandung banyak air. Karena itu, beberapa orang bisa mengalami dehidrasi setelah mendonorkan plasmanya. Biasanya dehidrasi yang ditimbulkan tidak terlalu serius.

2. Pusing dan pingsan
Plasma kaya akan nutrisi dan garam. Hal ini penting untuk menjaga tubuh dan berfungsi dengan baik. Kehilangan beberapa zat ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Ini dapat menyebabkan seseorang bisa pingsan dan pusing.

3. Kelelahan
Kelelahan dapat terjadi jika tubuh memiliki kadar nutrisi dan garam yang rendah. Kelelahan setelah donasi plasma adalah efek samping yang umum terjadi, tetapi efek yang ditimbulkan biasanya ringan.

4. Memar dan tidak nyaman
Memar dan rasa tidak nyaman adalah salah satu efek samping donasi plasma yang lebih ringan dan lebih umum.

Memar terbentuk ketika darah mengalir ke jaringan lunak. Ini bisa terjadi ketika jarum menusuk vena dan sedikit darah bocor. Bagi kebanyakan orang, memar akan hilang dalam beberapa hari atau minggu. Tetapi jika Anda memiliki kelainan pendarahan, mungkin perlu waktu lebih lama.

5. Infeksi
Setiap kali jarum digunakan untuk menembus kulit, selalu ada risiko kecil infeksi. Jaringan kulit yang tertusuk memungkinkan bakteri dari luar tubuh untuk masuk.

Jarum dapat membawa bakteri tidak hanya di bawah permukaan kulit, tetapi ke dalam pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan infeksi di tempat suntikan dan jaringan tubuh di sekitarnya atau di dalam darah.