Rabu, 29 April 2020

Studi Temukan Virus Corona Bisa Tertinggal di Dahak dan Tinja Pasien Sembuh

Hingga kini, penularan virus corona diketahui melalui droplet orang yang terinfeksi saat batuk atau bersin. Partikel virus dapat mendarat di hidung atau mulut orang lain atau terhirup, kemudian menginfeksi inang baru.
Tetapi semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa coronavirus baru dapat tetap tinggal di partikel kotoran.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine menunjukkan meski sampel virus corona dari swab nasofaring atau tenggorokan menunjukkan pasien telah sembuh atau dinyatakan negatif COVID-19, beberapa pasien masih 'menyimpan' virus dalam dahak dan tinja mereka.

"Temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang apakah pasien dengan usap nasofaring benar-benar bebas virus atau pengambilan sampel lain diperlukan," tulis peneliti dikutip dari Science Daily.

Masalahnya adalah satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasien coronavirus hingga saat ini adalah tes usap hidung dan tenggorokan untuk memindai kode genetik virus. Studi ini menganalisis 133 pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Ditan Beijing di China antara 20 Januari dan 27 Februari.

Dari kelompok itu, para peneliti mengidentifikasi 22 orang yang dites negatif berdasarkan swab tenggorokan dan hidung tetapi memiliki dahak dan kotoran yang masih diuji positif untuk virus corona.

Para peneliti menemukan bahwa dahak dan feses dari pasien-pasien tersebut masih diuji positif untuk virus corona masing-masing hingga 39 hari dan 13 hari, setelah sampel faring pasien diuji negatif.

Meski demikian, menurut para ahli, beberapa virus yang berada di dahak dan kotoran setelah pemulihan adalah hal yang normal.

"Sudah lama diketahui bahwa untuk banyak penyakit virus saat pulih, beberapa masih tersisa namun biasanya tingkat (infeksinya) cukup rendah," sebut William Schaffner, seorang profesor kedokteran pencegahan dan penyakit menular di Vanderbilt Medical Universitas, kepada Business Insider.

Hanya karena dahak dan kotoran pasien masih memiliki virus corona yang hidup di dalamnya, itu tidak berarti partikel tersebut dapat menginfeksi orang lain.

"Kadang-kadang itu hanya materi genetik. Bukan virus yang bisa menginfeksi seseorang," pungkasnya.

Dokter Meninggal Setelah Konsumsi Obat Anti-Malaria untuk Cegah Virus Corona

Seorang dokter yang bekerja di rumah sakit swasta di Guwahati, Assam, India meninggal dunia diduga setelah mengkonsumsi obat anti-malaria hydroxychloroquine. Obat ini digunakan untuk perawatan pasien virus corona COVID-19 di beberapa negara, termasuk India.
Dikutip dari NDTV, dokter ahli anestesi yang diketahui bernama Utpaljit Barman (44) ini mengkonsumsi obat atas kemauannya sendiri untuk tindakan pencegahan COVID-19. Ia meninggal karena serangan jantung pada Sabtu lalu.

Sampai saat ini masih belum bisa dikonfirmasi apakah obat itu benar-benar bisa memicu serangan jantung. Tapi, berdasarkan pesan WhatsApp yang dikirim pada rekannya, ia mengatakan bahwa merasa tidak enak setelah minum obat tersebut.

Menurut Dewan Penelitian Medis India, obat tersebut memang direkomendasikan pada petugas kesehatan untuk penanganan virus corona. Namun, bukan untuk mencegah penyakit itu. ICMR juga mengingatkan bahwa obat itu tidak boleh digunakan sendiri untuk mencegah atau menyembuhkan COVID-19.

Di China, hydroxychloroquine dan chloroquine phosphate memang digunakan untuk mengobati pasien virus corona. Tapi, bukan berarti mengkonsumsi obat itu tanpa anjuran bisa bantu mencegah infeksi.

Di Assam sendiri, belum ada kasus positif virus corona yang ditemukan. Sekretaris Kesehatan setempat, Samir Sinha, mengatakan Assam sudah melakukan lockdown selama 21 hari berdasarkan amanat dari Perdana Menteri Narendra Modi sebagai langkah pencegahan.

"Setelah lockdown, kami berfokus pada rangkaian tes dan persiapan untuk menghadapi wabah tersebut. Ini adalah dua faktor penting yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meskipun belum punya kasus positif, kami tetap berfokus pada skrining, pengujian, dan pengawasan," jelasnya.

Selasa, 28 April 2020

Cerita Apoteker Wara-wiri Antar Obat Pakai GrabWheels di RS Wisma Atlet

Guna menangani pasien COVID-19, 4 dari 10 menara apartemen Wisma Atlet Kemayoran diubah menjadi rumah sakit darurat. Kehadiran GrabWheels membantu para pekerja medis dan Satgas COVID-19 yang bertugas di sana untuk mobilitas dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya terpaut cukup jauh.
Apoteker Penanggung Jawab Apotek di RS Darurat Wisma Atlet, Mayor Laut Dandung Ruskar, S.Farm., Apt, merupakan salah satu pengguna GrabWheels di Wisma Atlet. Armada GrabWheels sering kali ia gunakan untuk mengambil donasi di pos yang letaknya jauh dari tempatnya bertugas.

"GrabWheels membantu saya untuk mengambil donasi di pos 1 dan pos 2 yang lokasi tidak dekat dari tower tempat saya bekerja. Selain itu, saya juga dapat mengambil dengan cepat obat-obat cito yang sifatnya harus ada saat stok di Wisma Atlet sedang kosong di RS Mitra Keluarga. Saya merasa terbantu dengan adanya GrabWheels untuk memperpendek waktu dan saya dapat menjalankan tugas saya dengan lebih cepat," ungkap Dandung dalam keterangan resmi Grab.

Grab Indonesia akan menempatkan GrabWheels di empat menara Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran. Setiap titik akan dikelola oleh station manager yang akan bertanggung jawab selama 24/7 untuk memberikan informasi dan juga pemeliharaan penggunaan skuter listrik ini.

Untuk terus menjaga sanitasi penggunaan GrabWheels, semua skuter akan dibersihkan menggunakan disinfektan setiap 2 jam dan akan disediakan hand sanitizer di setiap titiknya. Petugas medis dan Satgas COVID-19 dapat menggunakan skuter GrabWheels secara gratis di area rumah sakit darurat dengan memilih menu eScooter di aplikasi Grab.

"Grab akan terus berupaya memberikan solusi dan layanan terbaik untuk bisa membantu garda terdepan untuk melawan virus COVID-19. Kami ingin turut berkontribusi untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang terus melayani masyarakat Indonesia di masa pandemi ini," ujar President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Terus Meningkat, Ini Perbandingan Kasus Sembuh Corona Selama 1 Minggu Terakhir

Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Pada Senin (27/4/2020) tercatat total sebanyak 9.096 kasus positif, 1.151 sembuh, dan 765 di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
"Terkonfirmasi kasus positif baru sebanyak 214 orang sehingga totalnya menjadi 9.096 orang. Kasus sembuh ada 44 orang sehingga total sembuh menjadi 1.151. Kasus meninggal bertambah 22 orang sehingga menjadi 765 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona COVID-19, Achmad Yurianto, Senin (27/4/2020).

Namun di tengah penambahan kasus positif Corona yang terus meningkat, jumlah kasus sembuh virus Corona di Indonesia pun terus bertambah secara signifikan. Pada hari ini, dilaporkan penambahan 44 orang yang dinyatakan sembuh sehingga total menjadi 1.151 orang. Bahkan sejak 16 April lalu kasus sembuh Corona di Indonesia terus melampaui angka kematian.

Berikut perbandingan kasus sembuh Corona di Indonesia dalam seminggu terakhir yang dirangkum detikcom:

27 April terdapat penambahan 44 kasus. Total menjadi 1.151 kasus sembuh.
26 April terdapat penambahan 65 kasus. Total menjadi 1.107 kasus sembuh.
25 April terdapat penambahan 40 kasus. Total menjadi 1.024 kasus sembuh.
24 April terdapat penambahan 42 kasus. Total menjadi 1.002 kasus sembuh.
23 April terdapat penambahan 47 kasus. Total menjadi 960 kasus sembuh.
22 April terdapat penambahan 71 kasus. Total menjadi 913 kasus sembuh.
21 April terdapat penambahan 95 kasus. Total menjadi 842 kasus sembuh.