Selasa, 05 Mei 2020

Ventilator Made in Indonesia Diproduksi Minggu Depan

Sebanyak 4 ventilator atau alat bantu pernapasan yang dikembangkan baik perguruan tinggi dan swasta telah melewati uji alat. Saat ini, 4 ventilator itu masuk uji klinis.

Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menjelaskan, saat ini ada sekitar 28 usulan pembuatan ventilator. Dari 28 itu, sebanyak 4 ventilator telah menyelesaikan uji alat.

Empat usulan yakni berasal dari Universitas Indonesia. Kedua dari ITB, Unpad dan Salman. Ketiga berasal dari Dharma Group. Keempat berasal dari BPPT.

"Dari sekitar 28 usulan untuk pembuatan ventilator, 4 itu sudah bisa dikatakan menyelesaikan pengujian di BPFK Kemenkes. Jadi uji alatnya alat termasuk endurance sudah dilakukan. Saat ini yang sedang berlangsung uji klinis," katanya dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

"Meskipun yang sekarang dikembangkan belum menyentuh kebutuhan ventilator ICU namun ke depan melakukan upaya penelitian sehingga akhirnya Indonesia bisa memproduksi ventilator yang digunakan untuk ruang ICU," sambungnya.

Bambang mengatakan, uji klinis ini diharapkan selesai minggu ini. Sehingga, pekan depan bisa diproduksi.

"Kami harapkan uji klinis bisa selesai minggu ini sehingga minggu depan diharapkan sudah mulai produksi," ungkapnya.

Lanjutnya, kapasitas produksi ventilator ini cukup tinggi. Untuk yang dikembangkan BPPT misalkan, bisa memproduksi 100 ventilator per minggu.

"Kapasitas produksi cukup tinggi untuk kerjasama yang BPPT misalkan, bisa produksi 100 unit ventilator per minggu per pabrik," ungkapnya.

Bill Gates Kritik Sistem Tes Virus Corona di Amerika, Puji Asia

 Bill Gates mengkritik tes virus Corona di Amerika Serikat. Bukan karena ia menganggap tes tidak membantu tapi karena sistem tes yang diterapkan.
Hal ini disampaikan Gates saat berbicara di program CNN Town Hall. Ia mengatakan saat ini tes dan pelacakan yang dilakukan di AS kalah jauh dibanding beberapa negara Asia.

"Di Asia, kualitas tes dan contact tracing sangat jauh di depan dibanding AS," kata Gates, seperti dikutip detikINET dari Inc, Selasa (5/5/2020).

Gates mengatakan pemerintah AS mungkin terus meningkatkan kapasitas tes virus Corona setiap harinya. Tapi angka ini tidak merefleksikan kenyataan sebenarnya di masyarakat, terutama di komunitas berpenghasilan rendah.

Menurut Gates mundurnya sistem tes virus Corona di AS karena dua alasan. Pertama karena sistem yang tidak merata dan tidak memprioritaskan golongan yang lebih rawan.

Pendiri Microsoft ini menjelaskan bahwa ada beberapa kasus di mana seseorang pernah dites hingga berkali-kali karena pekerjaannya. Tapi di sisi lain ada komunitas marjinal yang tidak mendapatkan akses terhadap tes COVID-19.

"Jika kalian orang dengan penghasilan tinggi, kalian bisa dites banyak kali, jika kalian berpenghasilan rendah, kemungkinan kalian tidak bisa mendapatkan tes sama sekali," ucap Gates.

Alasan kedua adalah lamanya durasi untuk mengetahui hasil tes yang bisa memakan waktu lebih dari 24 jam. Jika hasil tes membutuhkan 3-4 hari untuk dikeluarkan, Gates mengatakan orang yang telah dites pun tetap bisa menyebarkan virus tanpa diketahui.

"Apa gunanya? Apa kalian cukup menulis catatan minta maaf kepada orang yang kalian temui selama tiga hari terakhir?" ujar pria berusia 67 tahun tersebut.

Kemenkes: 2 Pengembang Ventilator Lokal Lolos Uji Performa

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Engko Sosialine Magdalene mengungkapkan bahwa ada dua pengembang lokal yang ventilatornya telah lolos uji performa. Magdalene mengatakan salah satu di antaranya yakni pengembang dari Universitas Indonesia (UI).
"Dari 27 pengembang ventilator, produksi dalam negeri tentu saja, telah ada dua yang sudah menyelesaikan uji performance atau pun sudah lulus uji performance, yaitu dari pengembang UI dan yang kedua adalah pengembang, tadi sudah disampaikan, ITB, UNPAD dan ITB Salman," kata Magdalene dalam rapat gabungan dengan Komisi VI, VII, dan IX DPR RI yang digelar secara virtual, Selasa (5/5/2020).

Magdalene menjelaskan, dari dua pengembang ventilator yang lolos uji performa, salah satunya masuk ke tahap uji klinik. Dia berharap pekan ini proses uji kliniknya rampung.

"Dari kedua pengembang ini, satu yang sudah masuk tahap uji klinik. Uji klinik sudah dimulai hari Minggu yang lalu. Kalau semuanya berjalan lancar oleh investigatornya atau dari ITB, diharapkan minggu ini sudah selesai uji klinik sehingga bisa masuk tahap berikutnya," terang Magdalene.

Magdalene menjelaskan dalam pengadaan ventilator ini Kemenkes telah memperlonggar syaratnya. Hal tersebut, kata dia, dilakukan agar produksi ventilator lokal bisa segera dilakukan.

"Dan perlu kami laporkan bahwa salah satu persyaratan, yaitu cara pembuatan alat kesehatan yang baik kita sudah memberi relaksasi dengan hanya menyerahkan tanda operating procedure dari proses produksinya," terang Magdalene.

"Jadi, tidak dipersyaratkan CPAKB, beberapa persyaratan sudah kami relaksasi sehingga memberi kemudahan bagi pengembang ventilator untuk bisa diproduksi dan digunakan di Indonesia," imbuhnya.

Ventilator Made in Indonesia Diproduksi Minggu Depan

Sebanyak 4 ventilator atau alat bantu pernapasan yang dikembangkan baik perguruan tinggi dan swasta telah melewati uji alat. Saat ini, 4 ventilator itu masuk uji klinis.

Menteri Riset Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menjelaskan, saat ini ada sekitar 28 usulan pembuatan ventilator. Dari 28 itu, sebanyak 4 ventilator telah menyelesaikan uji alat.

Empat usulan yakni berasal dari Universitas Indonesia. Kedua dari ITB, Unpad dan Salman. Ketiga berasal dari Dharma Group. Keempat berasal dari BPPT.

"Dari sekitar 28 usulan untuk pembuatan ventilator, 4 itu sudah bisa dikatakan menyelesaikan pengujian di BPFK Kemenkes. Jadi uji alatnya alat termasuk endurance sudah dilakukan. Saat ini yang sedang berlangsung uji klinis," katanya dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

"Meskipun yang sekarang dikembangkan belum menyentuh kebutuhan ventilator ICU namun ke depan melakukan upaya penelitian sehingga akhirnya Indonesia bisa memproduksi ventilator yang digunakan untuk ruang ICU," sambungnya.

Bambang mengatakan, uji klinis ini diharapkan selesai minggu ini. Sehingga, pekan depan bisa diproduksi.

"Kami harapkan uji klinis bisa selesai minggu ini sehingga minggu depan diharapkan sudah mulai produksi," ungkapnya.

Lanjutnya, kapasitas produksi ventilator ini cukup tinggi. Untuk yang dikembangkan BPPT misalkan, bisa memproduksi 100 ventilator per minggu.

"Kapasitas produksi cukup tinggi untuk kerjasama yang BPPT misalkan, bisa produksi 100 unit ventilator per minggu per pabrik," ungkapnya.