Senin, 01 Juni 2020

Satu Balita Terinfeksi Corona, Sultan HB X Ingatkan Cuci Tangan Pakai Sabun

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengumumkan satu orang balita positif virus corona atau COVID-19. Untuk itu Pemda berharap masyarakat menjaga kebersihan dan kesehatan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan salah satu langkah yang bisa diterapkan yakni dengan rajin mencuci tangan dengan sabun. Sultan pun tidak menyarankan menggunakan hand sanitizer.

"Mungkin cuci tangan, tapi dialog saya dengan pakar biologi cuci tangan dengan sabun tapi jangan pakai hand sanitizer," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Minggu (15/3/2020).

Alasan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun yakni karena hand sanitizer membunuh bakteri dan bukan virus.

"Karena dikatakan itu membunuh bakteri bukan virus di mana virus di tangan itu bisa hilang (dengan cuci tangan), tapi kalau hand sanitizer itu membutuh bakteri tidak menghilangkan virus," jelasnya.

Sultan meminta agar masyarakat sering mencuci muka dan berkumur dengan cairan obat kumur. Dengan demikian, dia yakin masyarakat DIY tidak akan kena corona.

"Lebih baik sabun atau tisu basah, tapi juga sering cuci muka, kumur dengan menggunakan obat kumur. Selama itu dilakukan tidak bakal kena," tutupnya.

Studi Ungkap Corona Bisa Bertahan di Alat Makan Stainless dan Plastik

 Wabah virus corona COVID-19 kini semakin menyebar di dunia, bahkan kini sudah masuk ke Indonesia. Virus ini diketahui bisa bertahan diberbagai benda, termasuk peralatan makan dari stainless dan plastik.
Sebuah studi yang dipublikasi di MedRxiv menunjukkan bahwa virus corona bisa bertahan selama dua sampai tiga hari di peralatan stainless dan juga plastik. Hal ini dibuktikan setelah tes laboratorium yang dilakukan oleh tim ilmuwan federal dan akademis di Amerika Serikat.

Dikutip dari Buzzfeed News, penularan virus corona bisa terjadi tidak hanya antarmanusia lewat droplet atau percikan liur. Tapi, bisa juga dari barang atau permukaan terkontaminasi yang kita sentuh lalu tak sengaja tangan juga menyentuh mata, hidung, atau mulut.

Penelitian ini mengatakan bahwa virus corona bisa bertahan berjam-jam hingga berhari-hari di permukaan yang terbuat dari bahan apapun.

Studi sebelumnya telah mendeteksi virus MERS yang juga termasuk jenis virus corona, bisa tahan di permukaan baja dan plastik hingga dua hari. Sementara virus SARS, bisa menetap di permukaan selama lima hari.

David Weber, seorang ahli epidemiologi dan ahli penyakit menular, di University of North Carolina mencatat temuan ini penting karena semakin menjelaskan sifat COVID-19. Namun demikian studi tidak melihat seberapa besar kontak dengan permukaan yang terkontaminasi berkontribusi terhadap jumlah kasus infeksi.

Kasus Corona Impor Naik, Giliran China Perketat Pintu Masuk di Bandara

 China mulai memperketat pemeriksaan di bandara untuk pendatang dari luar negeri. Hal ini dilakukan karena pemerintah setempat mulai menemukan jumlah kasus baru infeksi virus corona COVID-19 dari warga negara asing (WNA) mengalahkan kasus lokal.
National Health Commission (NHC) China pada 14 Maret melaporkan ada 20 kasus baru infeksi. Dari jumlah tersebut 16 di antaranya merupakan kasus impor.

Dikutip dari Reuters, Beijing pada hari Senin (16/3/2020) mengharuskan semua pendatang dari luar negeri dikarantina selama 14 hari. Wakil Sekretaris Jenderal kota Beijing Chen Bei mengatakan seluruh biaya akan dibebankan pada mereka yang menjalani karantina.

Beberapa orang diperbolehkan mengkarantina diri di rumah usai menjalani evaluasi ketat. Chen mengingatkan akan ada hukuman bagi yang memalsukan atau menyembunyikan penyakitnya.

Beijing juga telah mengarahkan seluruh penerbangan internasional untuk mendarat di Beijing Capital International Airport.

China menjadi negara yang pertama terdampak parah oleh wabah virus corona. Dilaporkan jumlah kasus yang terkonfirmasi di China hingga Senin (16/3/2020) ada 80.859 yang 67.752 di antaranya sembuh dan 3.213 meninggal.

Karena Tak Sadar, Pasien Tanpa Gejala Lebih Berisiko Sebarkan Virus Corona

Beberapa kasus virus corona menunjukkan tidak ada gejala pada pasien, atau pasien menunjukkan gejala yang minimal. Mungkinkah pasien tanpa gejala berisiko menularkan lebih luas tanpa kita sadari?
Mengutip CNN, seorang ahli percaya kalau gejala 'asimptomatik' atau orang yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan berperan besar dalam penularan virus corona yang semakin luas tanpa disadari.

"Kita sekarang tahu bahwa penularan asimptomatik kemungkinan (memainkan) peran penting dalam menyebarkan virus ini," kata Michael Osterholm, direktur Infectious Disease Research and Policy di University of Minnesota.

Menurut Oestorholm, orang yang terinfeksi tanpa menimbulkan gejala sangat sulit untuk dikendalikan. Ia menyebut hal ini juga menjadi kemungkinan faktor virus corona saat ini dinyatakan 'pandemi'.

Sementara itu, laporan di negara lain terkait orang yang tidak menunjukkan gejala atau gejala minimal juga dijelaskan dr Sandra Ciesek, direktur Institute of Medical Virology di Frankfurt, Jerman. Ia memeriksa 24 penumpang yang baru saja melakukan perjalanan dari Israel.

Ditemukan, tujuh dari 24 penumpang tersebut dinyatakan positif corona. Empat di antaranya tidak memiliki gejala, dan ia terkejut saat melihat 'viral load' (jumlah virus dalam tubuh) spesimen dari pasien tanpa gejala lebih tinggi dibandingkan dengan yang menunjukkan gejala.

Meski begitu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dalam situsnya, kasus asimptomatik memang terjadi. Namun hal ini disebut bukan sebagai pendorong atau penularan utama virus corona Covid-19.

Ciesek, ahli virologi Jerman, menganggap bahwa CDC harus mengubah pernyataannya tersebut. "Aku membacanya sebelumnya, dan aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengapa mereka begitu yakin tentang ini?" pungkasnya.

Satu Balita Terinfeksi Corona, Sultan HB X Ingatkan Cuci Tangan Pakai Sabun

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mengumumkan satu orang balita positif virus corona atau COVID-19. Untuk itu Pemda berharap masyarakat menjaga kebersihan dan kesehatan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan salah satu langkah yang bisa diterapkan yakni dengan rajin mencuci tangan dengan sabun. Sultan pun tidak menyarankan menggunakan hand sanitizer.

"Mungkin cuci tangan, tapi dialog saya dengan pakar biologi cuci tangan dengan sabun tapi jangan pakai hand sanitizer," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Minggu (15/3/2020).

Alasan Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk membiasakan mencuci tangan dengan sabun yakni karena hand sanitizer membunuh bakteri dan bukan virus.

"Karena dikatakan itu membunuh bakteri bukan virus di mana virus di tangan itu bisa hilang (dengan cuci tangan), tapi kalau hand sanitizer itu membutuh bakteri tidak menghilangkan virus," jelasnya.

Sultan meminta agar masyarakat sering mencuci muka dan berkumur dengan cairan obat kumur. Dengan demikian, dia yakin masyarakat DIY tidak akan kena corona.

"Lebih baik sabun atau tisu basah, tapi juga sering cuci muka, kumur dengan menggunakan obat kumur. Selama itu dilakukan tidak bakal kena," tutupnya.
https://cinemamovie28.com/cast/manuela-harabor/