Di tengah pandemi COVID-19, pemerintah mewajibkan agar masyarakat yang keluar rumah memakai masker kain demi menghindari penularan. Terkait hal tersebut, sebagian di antara kita mungkin penasaran kain jenis apa yang paling bagus untuk dijadikan masker.
Tim peneliti dari Florida Atlantic University menjawab bahan masker kain terbaik adalah dua lapis katun. Hal ini diketahui setelah peneliti melakukan eksperimen berbagai jenis model masker mulai dari yang dibuat dengan sapu tangan, bandana, hingga kain kaus.
"Sudah ada studi yang melihat efektivitas alat standar medis, namun masih sedikit informasi yang kita miliki terkait masker kain yang memang paling mudah diakses saat ini," kata pemimpin studi Siddhartha Verma seperti dikutip dari CNN, Sabtu (4/7/2020).
Dalam eksperimen peneliti melihat orang yang batuk saat menggunakan masker kain katun dua lapis dapat mengeluarkan droplet atau percikan liur sampai jarak sekitar 6 sentimeter. Sementara orang yang memakai masker bandana bisa mengeluarkan droplet sampai 91 sentimeter dan yang memakai masker sapu tangan mengeluarkan droplet sampai 38 sentimeter.
"Kami berharap visualisasi yang disajikan dalam studi ini dapat membantu merasionalkan alasan rekomendasi jaga jarak sosial dan memakai masker," lanjut Siddhartha.
Studi ini telah dipublikasi di jurnal Physics of Fluids.
Terpopuler Sepekan: Marahnya Jokowi Soal Respons Corona dan Isu Reshuffle
Dalam video rapat terbatas yang diunggah oleh akun Youtube Sekretariat Kabinet RI, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tampak geram dengan kinerja para menterinya. Jokowi menyebut respons penanganan wabah virus Corona COVID-19 di Indonesia masih "biasa saja".
"Lha kalau saya lihat bapak ibu dan saudara-saudara masih melihat ini sebagai masih normal, berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extra ordinary," kata Jokowi.
Kementerian Kesehatan mendapat sorotan karena disebut baru mengeluarkan sekitar 1,53 persen dari Rp 75 triliun yang dianggarkan. Jokowi meminta agar prosedur disederhanakan sehingga klaim rumah sakit dan insentif untuk tenaga medis bisa segera diberikan.
Wakil Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), dr Noor Arida Sofiana, mengaku insentif tenaga kesehatan memang sempat mengalami kendala karena regulasi dan beberapa hal terkait persyaratan yang harus dilengkapi. Hal ini tentunya berdampak pada terhambatnya insentif nakes segera cair.
dr Noor mengatakan di rumah sakit swasta sebagian sudah menerima insentif, tapi juga masih ada yang belum kebagian.
"Tentunya kesulitan kami adalah dari proses persyaratan klaim ya untuk insentif nakes, namun alhamdulillah berdasarkan audiensi saat ini bapak menteri akan merubah alur bagaimana klaim insentof nakes," jelas dr Noor saat ditemui detikcom di Gd Adhyatma Kementerian Kesehatan, Lobby A, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (1/7/2020) lalu.
Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Indonesia, Pandu Riono menanggapi singgungan Jokowi adalah gambaran realita birokrasi yang ada. Menurutnya, kendala pada birokrasi tersebut malah menjadi masalah baru bagi penanganan wabah Corona.
"Iya birokrasi memang seperti itu, jadi mereka tidak bekerja sesuai dengan keadaan emergensi. Jadi para birokrat itu tidak sadar bahwa mereka sekarang bekerja dalam keadaaan kedaruratan, jadi sense of emergency-nya nggak ada. Kaya seperti di jaman tidak ada pandemi, jadinya mereka ya menghambat jadi mereka bukan sollution tapi problem (untuk penanganan Corona)," kata Pandu saat dihubungi detikcom Senin (29/6/2020).
Pandu menegaskan jika permasalahan tersebut tidak bisa segera diatasi pandemi Corona pun dinilai tidak kunjung usai. "Iya mereka harus sadar sekarang tuh di jaman pandemi kalau perlu ganti birokratnya," lanjut Pandu.
https://nonton08.com/cast/miyuki-konno/