Senin, 03 Agustus 2020

Soal WN China Positif COVID-19 dari Bali, Menkes Pastikan Kena di China

Kabar Warga Negara (WN) China terinfeksi virus corona COVID-19 sepulang dari Bali bikin resah masyarakat. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memastikan, penularan terjadi bukan di Bali.
"Positifnya kena di sana (China)," kata Menkes Terawan dalam jumpa pers di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).

Menkes Terawan mendasarkan kesimpulan tersebut pada perhitungan masa inkubasi. WN China tersebut terdiagnosis positif pada 5 Februari, yang artinya sudah lewat masa inkubasi.

"Sekarang ini sudah tanggal 15 (Februari). Artinya apa? Lebih dari 14 hari (masa inkubasi). Bahkan hari ini 18 hari. Tidak ada sesuatu yang menggejala. Artinya apa? Pasti tidak (tertular di Bali)," tegas Menkes Terawan.

Dinas Kesehatan Bali telah melakukan penelusuran terkait kabar tersebut. Dipastikan, WN China yang dimaksud sempat menginap di sebuah hotel di Denpasar.

WNI Karantina dari Natuna Tiba di Lanud Halim, Dibekali Sertifikat

Sebanyak 238 warga negara Indonesia (WNI) yang dikarantina selama 14 hari di Natuna karena kekhawatiran virus corona telah tiba di Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020) pukul 15.30 WIB. Kedatangan para WNI ini disambut oleh pejabat daerah dan keluarga yang sudah beberapa jam menunggu.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan para WNI tiba di Jakarta menggunakan tiga pesawat. Wanita dan anak-anak menumpang pesawat Boeing 737 sementara pria menumpang pesawat Hercules.

"Saya baru saja mendarat bersama rombongan pertama tadi mengangkut 100-an orang... Mereka semua dalam keadaan sehat, jadi tadi saya bersama mereka satu pesawat," kata Menkes Terawan pada media di Lanud Halim, Sabtu (15/2/2020).

Rencananya para WNI dari Natuna ini akan diserahkan ke pejabat daerah asal sebelum dikembalikan ke keluarga mereka. Kementerian Kesehatan juga membekali para WNI dengan sertifikat untuk membuktikan status kesehatannya.

"Kami lengkapi juga dengan sertifikat kesehatan dia dari hasil pemeriksaan, pemantauan selama masa observasi," lanjut Menkes Terawan.

Sebelumnya para WNI ini dievakuasi dari pusat wabah virus corona di Wuhan, China, pada 2 Februari lalu. Mereka telah lolos skrining kesehatan sebelum kembali namun prosedur standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengharuskan karantina selama 14 hari untuk memastikan masa inkubasi virus telah lewat.

Lebih dari 1.700 Staf Medis di China Terinfeksi COVID-19

 Salah satu perawat di Wuhan bernama Ning Zhu terpaksa harus dikarantina karena menunjukkan gejala virus corona jenis baru yaitu COVID-19. Hingga kini, ia sedang dikarantina rumah selama berminggu-minggu. Hal ini menggambarkan betapa cepatnya penularan virus terjado di Wuhan.
Saat ini, korban meninggal akibat COVID-19 di seluruh dunia hampir mendekati 1.400 orang. Dari jumlah itu, enam di antaranya merupakan pekerja medis, termasuk dokter.

Mengutip CNN, sebanyak 1.716 petugas kesehatan terinfeksi, dengan total yang terjangkit virus corona jenis baru hingga saat ini berjumlah 64.435 orang. Menanggapi hal ini, pihak berwenang China telah mengirimkan alat pelindung ke rumah sakit di Wuhan.

Staf medis yang terinfeksi tersebut diduga karena banyak dokter yang terpaksa menangani pasien positif corona tanpa menggunakan pelindung seperti masker. Bahkan sebagian staf medis memakai masker selama berhari-hari tanpa menggantinya.

Selain itu, menurut Zhu, dari 500 staf medis, sebanyak 130 orang di rumah sakit tempat ia bekerja dinyatakan terinfeksi virus corona jenis baru. 130 staf medis ini pun terpaksa harus dikarantina sampai masa inkubasi selesai. Hal ini membuat rumah sakit tersebut kewalahan dalam menangani pasien yang terus bertambah.

Diberitakan sebelumnya, dokter dan perawat yang menangani pasien COVID-19 sampai tidak sempat buang air kecil ke toilet. Akibatnya, mereka harus mengenakan popok dewasa.
https://indomovie28.net/pukulan-maut-2/

Wanita 28 Tahun Harus Jalani Transplantasi Paru Agar Bisa Sembuh dari Corona

Seorang wanita asal Chicago, Amerika Serikat, menjadi pasien pertama di negara tersebut yang menerima transplantasi paru ganda akibat COVID-19.
Mayra Ramirez, yang masih berusia 28 tahun, harus menjalani transplantasi pari pada 5 Juni lalu karena kerusakan paru permanen yang diidapnya karena infeksi virus Corona.

Untuk memenuhi persyaratan transplantasi, ia harus dinyatakan bersih dari virus sebab pasien transplantasi paru harus mengonsumsi obat untuk menambah kekebalan tubuh pasca operasi. Fungsi dari obat tersebut adalah untuk mencegah tubuh menolak organ baru.

"Begitu tubuh Mayra melawan virus, sangat jelas bahwa kerusakan paru yang dia alami tak akan bisa pulih dan kami harus melakukan transplantasi paru," jelas Dr Beth Malsin, spesialis paru dan perawatan klinis di Northwestern Memorial Hospital dikutip dari Live Science.

Mayra akhirnya terbangun setelah 10 jam dioperasi. Sesaat setelah sadar, ia mengaku tak mengenali tubuhnya.

"Saya tidak mengenali tubuhku sendiri," tutur Mayra.

Sebelum menjalani operasi, Mayra menghabiskan enam pekan di unit perawatan intensif dengan menggunakan ventilator dan ECMO, alat yang memompa darah teroksigenasi ke seluruh tubuh ketika jantung dan paru tidak dapat melakukannya.

Spesialis bedah yang menangani kasus Mayra menyebut wanita muda itu harus mengonsumsi obat anti-penolakan selama sisa hidupnya. "Tetapi karena dia masih muda dan sehat, dia akan terus menjadi kuat," tutur Dr Ankit Bharat.

Selain Mayra, rumah sakit itu juga melakukan transplantasi paru ke Brian Kuhns, seorang pasien coronavirus berusia 62 tahun.

"Mayra dan Brian tidak akan hidup hari ini tanpa transplantasi paru-paru. COVID-19 benar-benar menghancurkan paru-paru mereka, dan mereka sakit parah saat menjalani prosedur transplantasi," tutur dr Bharat.

Setelah transplantasi paru, lebih dari 90 persen pasien dapat bertahan setelah pergantian organ dan dapat beraktivitas dengan normal dalam waktu satu tahun. Sekitar 50 persen penerima transplantasi paru bertahan hidup selama setidaknya lima tahun setelah prosedur, dan ada laporan beberapa orang yang hidup 20 tahun atau lebih, menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris.

6 Hal yang Bisa Bikin Wanita Bergairah Sebelum Sesi Bercinta

Mungkin bagi para pria, hal-hal yang berhubungan dengan seks menjadi perkara yang mudah. Jika disentuh atau diberikan rangsangan pada organ genitalnya, bisa membuat Mr P siap tempur.
Tetapi, berbeda bagi para wanita. Secara ilmiah, dibutuhkan rangsangan tertentu yang membuat otak memerintahkan pelepasan peptida usus vasoaktif, yaitu zat kimia yang bisa meningkatkan aliran darah ke area pelvis. Ini yang bisa membuat gairah seksual pada wanita meningkat.

Mengutip dari Men's Health, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan untuk meningkatkan gairah seksual wanita yang bisa dicoba. Kira-kira apa saja ya?

1. Genggam tangannya
Pada telapak tangan ada lebih dari 40 ribu saraf tepi. Dengan menggenggam tangannya, bisa membuatnya yakin kalau kamu sangat mencintai dan menyayangi pasanganmu.

2. Berikan pijatan
Tak ada salahnya jika memberikan pijatan lembut pada pasangan, terlebih setelah beraktivitas seharian seperti bekerja atau melakukan pekerjaan rumah tangga. Tapi, pijatan ini juga bisa membuat pasangan jadi terangsang.

Kami bisa padukan pijatan dengan gerakan yang membuatnya terangsang. Akan lebih baik lagi jika menanyakan langsung pada pasangan kamu bagian-bagian tubuh mana yang lebih ingin diberikan pijatan.

3. Bermain air
Sebuah studi menunjukkan bahwa berada dekat dengan air akan memberikan efek relaksasi untuk mengatasi kegelisahan yang bisa saja membunuh libido. Dengan berjalan-jalan di pantai, danau, atau sungai bersama pasangan bisa menjadi lebih menyenangkan lagi. Jika tidak ingin bepergian jauh, kamu bisa mengajak pasangan untuk menginap di hotel dan berendam bersama di dalam bathtub.
https://indomovie28.net/my-friends-girlfriend-sex-2/