Untuk menentukan seseorang terinfeksi virus corona atau tidak, biasanya awal akan dilihat dari gejala yang muncul. Gejala yang biasanya terlihat seperti demam, sakit kepala, flu, batuk, sampai mengalami infeksi saluran pernapasan akut atau pneumonia.
Selama mengalami gejala, pasien terduga COVID-19 akan ada di masa inkubasi dan dirawat di rumah sakit yang memiliki ruang isolasi. Selama masa tersebut, akan dilihat berbagai gejala yang timbul.
"Masa inkubasi itu kan masa masuknya kuman sampai timbulnya penyakit atau gejala, jadi selama itu kita pantau," kata dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli, SpP(K) saat ditemui di ruang Western Bank Mega, Jumat (14/2).
Selama masa inkubasi, pasien akan dilihat gejala yang muncul. Setelah itu, akan diberikan obat simptomatik atau obat untuk meredakan gejala umum dari suatu penyakit, misal demam, sakit kepala, dan sebagainya.
Obat ini berfungsi untuk menangani gejala bukan menyembuhkan penyebab atau penyakitnya.
"Untuk virus corona kita nggak ada, kan itu virus. Tapi, kita akan kasih obat simptomatik. Kalau panas kasih obat panas, batuk ya kasih obat batuk," jelasnya.
Terkait thermal scanner, di setiap rumah sakit mungkin tidak mempunyainya. Menurut dr Adrian, alat itu bisa digantikan dengan termometer biasa.
"Bisa dong, kan itu untuk mengukur suhu tubuh kita aja," imbuhnya.
Haru, Dokter Ini Meninggal Setelah Tangani Pasien COVID-19 18 Hari Non Stop
 Mewabahnya virus corona jenis baru yaitu COVID-19 ini membuat anggota medis di sejumlah rumah sakit bekerja lebih keras menangani pasien yang semakin bertambah. Baru-baru ini seorang dokter di China juga dikabarkan meninggal karena lelah bekerja selama 18 hari berturut-turut.
Dedikasinya ini menjadi panutan bagi semua petugas medis. Dokter tersebut bernama Xu Hui berusia 51 tahun. Ia juga diketahui sebagai wakil kepala Rumah Sakit Obat-Obatan Tiongkok Nanjing. Selama masa bertugas, ia bertanggung jawab untuk memimpin tim yang sedang bertugas dalam mengobati pasien virus corona jenis baru (COVID-19).
Menurut laporan dari Xinhua, ia meninggal secara tak terduga pada pagi hari (7/2/2020). Diduga penyebabnya memang karena kelelahan bekerja selama berhari-hari tanpa henti.
Menurut sebuah pernyataan rilis yang disebar pada (12/2/2020), hal ini menjadi 'panutan' bagi semua orang yang bertugas.
"Xu memimpin dengan memberi contoh, mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk pekerjaannya, teladan yang sangat baik," tulis rilis tersebut, dikutip dari Mothership.
"Kita semua harus belajar darinya, bekerja keras bersama, dan menang dalam pertempuran melawan virus ini," tambah rilis itu.
Ditemukan di Perumahan Batan Tangsel, Ini Efek Radioaktif Pada Tubuh
 Area di Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, diduga terpapar radioaktif. Hal tersebut dikemukakan oleh Pernyataan resmi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), tertanggal 14 Februari 2020.
Awalnya, pada 30-31 Januari, Bapeten melakukan pemantauan dan teramati Perumahan Batan Indah mempunyai nilai paparan radiasi di atas normal. Saat ini beberapa warga sekitar dicek tingkat kontaminasi radioaktif menggunakan metode whole body counting (WBC).
"Tim Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) juga akan melakukan pemeriksaan whole body counting (WBC) terhadap beberapa warga di sekitar lokasi," kata Kepala Biro Hukum, Kerja Sama, dan Komunikasi Publik Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Indra Gunawan, dalam keterangan tertulis di situs resmi Bapeten.
Mengutip BBC, radioaktif adalah bahan berbahaya yang dapat mengionosasi zat kimia di dalam tubuh yang mengubah cara sel berperilaku. Paparan radioaktif atau radiasi dalam jumlah besar ke dalam tubuh dapat merusak bahkan menghancurkan sel.
Jika paparannya rendah hingga sedang, efek yang timbul pada tubuh di antaranya sakit kepala, muntah, dan demam. Ketika paparan radiasi sudah tinggi, kerusakan internal akan muncul sehingga lebih sulit mengobatinya.
Beberapa efek radiasi pada tubuh manusia antara lain:
- Mata: Paparan tinggi dapat menyebabkan katarak
- Tiroid: Ion radioaktif dapat menumpuk dan menyebabkan kanker
- Paru-paru: Menghirup radioaktif dapat merusak struktur DNA paru
- Perut: Isotop radioaktif tertinggal lama di perut yang dapat menyebabkan kemandulan atau mutasi
- Kulit: Radiasi dapat membakar kulit dan menyebabkan kanker
- Sumsum tulang: Menyebabkan leukemia atau penyakit darah lainnyahttps://indomovie28.net/anak-hoki-2/
