Seorang ayah inisial A di Garut nekat mencuri ponsel pintar agar anaknya bisa belajar daring. Aksi pelaku itu dimaafkan dengan ikhlas oleh korbannya.
AT, anak korban mengatakan, pihaknya sudah memaafkan aksi A yang telah mencuri ponsel milik sang ayah.
"Bapaknya mengakui bahwa HP itu milik orang tua saya. Saya minta si bapak datang ke rumah menemui ayah saya agar tidak ada salah paham. Dia sudah datang ke rumah dan ayah saya sudah memaafkan," kata AT saat dikonfirmasi wartawan, Selasa.
Aksi pencurian ponsel yang dilakukan A terjadi sebulan lalu. A yang berprofesi buruh tani mengenal sosok korban. Korban kerap memintanya memperbaiki perabotan rumah.
Aksi pencurian itu telah dilaporkan keluarga AT ke Polsek Tarogong Kaler. Pada Senin (3/8) lalu, AT berinisiatif untuk menelusuri jejak ponsel milik ayahnya.
Hal tersebut membuahkan hasil, berkat bantuan seorang teman, AT berhasil menemukan titik di mana HP tersebut aktif. Dia kemudian langsung meluncur ke lokasi dan tiba lah di rumah A.
Bukan marah dan bahkan menghajar sang pelaku, AT justru terenyuh saat tiba di rumah A. Hatinya bergetar tatkala melihat kondisi rumah yang amburadul.
A menangis di hadapan AT saat menceritakan dia nekat mencuri lantaran anaknya tertinggal sekolah yang pelajarannya saat ini dilaksanakan via online.
A bercerita kepada AT bahwa anaknya sudah 10 hari tertinggal belajar online bersama teman-temannya. Sebab, tak ada satu pun orang yang punya ponsel di keluarga A.
"Saya yakin memang tujuannya (nyuri HP) memang untuk agar anaknya belajar," ucap AT.
AT sangat meyakini bahwa A mencuri ponsel milik ayahnya agar sang anak dapat belajar di rumah via daring. Sebab, saat kejadian, di rumahnya terdapat dua unit ponsel dan laptop. Namun, hanya satu ponsel saja yang dicuri A.
"Karena cuma satu HP yang diambil, padahal ada satu HP lain dan satu laptop," katanya.
AT menambahkan, dirinya mengaku prihatin dengan kondisi keluarga A yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dia dengan ikhlas memaafkan A atas aksinya.
"Kondisi rumahnya memang sangat memprihatinkan. Kalau HP habis batre, ngecasnya aja di rumah tetangga. Jadinya kita tidak perpanjang, karena kasihan juga," tutup AT.
Kecanduan Internet di RI Meningkat Lima Kali Lipat Selama Pandemi Corona
Tingkat kecanduan internet di Indonesia meningkat selama pandemi Corona. Bahkan pada orang dewasa, peneliti melihat peningkatan hingga lima kali lipat.
Hal ini diketahui dari studi yang dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa dari Siloam Hospitals Lippo Village, dr Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ, bersama timnya kepada 2.933 remaja dan 4.734 orang dewasa berusia 20-40 tahun di 33 provinsi Indonesia.
dr Kristiana menjelaskan, kecanduan internet pada remaja meningkat hingga 19,3 persen dengan rata-rata durasi bermain internet selama 11,6 jam per hari.
Selain itu, kecanduan internet pada orang dewasa juga meningkat dari 3 persen sebelum pandemi menjadi 14,4 persen selama pandemi. "Jadi ada lima kali lipat peningkatan kecanduan internet," kata dr Kristiana dalam diskusi online, Rabu (5/8/2020)
"Rata-rata durasi online pada dewasa muda di usia 20-40 tahun adalah 10 jam per hari," jelasnya.
Maka dari itu, dr Kristiana mengingatkan kepada masyarakat agar lebih mengontrol diri dalam bermain internet. Sebab, dampaknya bisa merugikan tubuh, di antaranya sebagai berikut:
1. Kognitif
dr Kristiana mengatakan, kecanduan internet seperti terlalu lama bermain game online itu bisa berdampak pada aspek kognitif. Salah satunya adalah penurunan fungsi eksekutif yang berperan dalam kemampuan berpikir.
"Misalnya, contohnya mandi, kalau mandi kan kita tidak langsung guyur air ketika masih pakai baju. Nah ketika fungsi eksekutif itu rusak, itu bisa terjadi. Jadi dia tidak bisa merencanakan sesuatu kegiatan secara sistematik," ucapnya.
2. Psikologis
Berbagai macam dampak psikologis dari kecanduan internet juga bisa dirasakan, seperti daya ingat dan konsentrasi yang menurun.
"Secara psikologis ada namanya gangguan depresi dan gangguan tidur," ujar dr Kristiana.
3. Fisik
Menurut dr Kristiana, biasanya orang-orang yang kecanduan internet cenderung lebih sedikit bergerak dan mengonsumsi makan-makanan instan, sehingga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
"Mereka cenderung makan-makanan instan, seperti misalnya mi instan atau makanan-makanan snack yang tidak bergizi, yang mengakibatkan lelah sepanjang hari dan sistem imun menjadi turun," tuturnya.
https://cinemamovie28.com/check-point/