Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI (BPOM) Penny Lukito mengungkap Indonesia tengah menempuh dua jalur pengembangan vaksin Corona. Selain memproduksi vaksin dalam negeri, kerja sama dengan pihak luar juga dilakukan sebagai upaya mempercepat ketersediaan vaksin di Indonesia.
Untuk kerja sama dengan pihak luar negeri, selain dengan Sinovac, Indonesia juga tengah menjajaki peluang kolaborasi bersama perusahaan teknologi kesehatan G42 Uni Emirat Arab dengan Sinopharm.
"Ada kesepakatan di mana Uni Emirat Arab berkomitmen menyediakan 10 juta dosis vaksin COVID-19 untuk Indonesia melalui kerjasama G42 UEA dan Sinopharm dan Kimia Farma. Akhir 2020 diharapkan (tersedia) 10 juta vaksin," kata Penny dalam siaran pers di Youtube Sekertariat Presiden, Selasa (1/9/2020).
Pihak BPOM juga menyebut telah berkunjung langsung ke Uni Emirat Arab untuk mendapatkan data dan informasi lebih detail mengenai pelaksanaan uji klinis vaksin Corona di sana. Disebutkan ada 119 kebangsaan yang terlibat dalam uji klinis vaksin Sinopharm di Uni Emirat Arab.
Diharapkan keberagaman populasi ini akan memberikan hasil uji klinik yang valid.
"Kandidat vaksin Sinopharm juga mendapat emergency use authorization dari regulator pengawas obat di Republik Rakyat Tiongkok dan pada Juli 2020 sudah dapat izin Penggunaan emergensi di national medication product administration berdasarkan uji klinis fase 1 dan 2 dan telah mendapatkan sertifikat halal," jelas Penny.
Kandidat vaksin Sinopharm ini telah melewati uji klinis fase I dan fase II pada 12 April 2020 lalu. Berdasarkan dua fase uji klinis yang dilakukan, vaksin ini tidak menunjukkan adanya dampak yang buruk pada manusia.
Satgas COVID-19: Ada Eskalasi Penggunaan Tempat Tidur RS
Satgas penanganan COVID-19 mengakui adanya peningkatan penggunaan tempat tidur di rumah sakit rujukan, khususnya di DKI Jakarta. Keterpakaian ruang isolasi mencapai 69 persen.
"Keterpakaian ICU di 67 RS Rujukan mencapai 77 persen," kata Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito dalam siaran pers di channel YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (1/9/2020).
Prof Wiku mengatakan, tingkat keterpakaian ruang perawatan akan diturunkan hingga di bawah 60 persen. Salah satunya adalah dengan mengalihkan pasien dengan gejala ringan dan sedang ke RS Wisma Atlet.
Terkait data Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang menyebut sudah ada 100 dokter meninggal selama pandemi COVID-19, Prof Wiku menyinggung rasio dokter dan pasien yang harus diperbaiki. Juga terkait jam kerja, harus dibatasi agar tidak kelelahan.
Heboh Wabah Virus Corona, Rumah Sakit Juga Alami Kelangkaan Masker
Kelangkaan masker yang terjadi akibat hebohnya wabah virus corona 2019-nCoV, tak hanya dirasakan oleh masyarakat. Sebab hal ini pun berdampak pada ketersediaan masker di rumah sakit.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonedia (PB-IDI), Dr dr Daeng M Faqih, SH, MH, mengakui bahwa rumah sakit mengalami kekurangan persediaan masker bedah atau yang biasa disebut dengan masker 'ojol'.
"Makanya saya meminta bantuan pemerintah, terutama ya pemerintah BUMN yang memproduksi (masker) itu untuk memperbanyak lah, menambah kapasitas produksinya," kata Daeng, kepada detikcom, Kamis (6/2/2020).
Ia pun merasa prihatin atas kelangkaan masker yang terjadi. Sebab kejadian ini membuat harga masker menjadi mahal.
"Biar nggak mahal tuh kasihan masyarakat, jadi tambah panik gitu kan jadinya seperti itu," tuturnya.
https://nonton08.com/spectral/