Kamis, 01 Oktober 2020

Terinfeksi COVID-19, Pria Ini Divonis Kemungkinan Hidupnya 5 Persen Lagi

  Laporan terkait efek jangka panjang akibat COVID-19 yang dialami pasien yang sudah sembuh sampai saat ini masih terus berdatangan. Mulai dari sesak napas hingga kelelahan yang berkepanjangan.

Hal ini juga dialami pria bernama Mark Burke dari Dublin, pasca dirinya sembuh dari infeksi Corona yang dialaminya pada Maret lalu. Bahkan sampai saat ini, Mark masih belum bisa melakukan pekerjaannya seharian penuh seperti sebelumnya.


Awalnya pria yang berusia 47 tahun ini merasa tidak enak badan dan suhu tubuhnya tinggi pada Maret lalu. Setelah diperiksa di Rumah Sakit St Vincent di Dublin, ia didiagnosis mengalami pneumonia ganda dan dalam waktu 36 jam akan dipindah ke ruangan ICU dilengkapi dengan ventilator dalam keadaan koma.


Setelah seminggu di ICU, dokter mengatakan persentase Mark bisa bertahan hidup hanya 5 persen. Ia mengalami komplikasi serius yang berkaitan dengan virus Corona, dan mungkin hidupnya kurang dari 24 jam.


Namun, sebuah keajaiban terjadi karena Mark berhasil melewati masa kritisnya. Mark mengatakan tim rumah sakit memberikannya beberapa jenis perawatan dan obat-obatan yang membuatnya cukup kuat untuk melepas ventilator dan masa komanya pada 10 April 2020.


Setelah sembuh, Mark mengatakan sampai saat ini ia masih merasa kelelahan dan kekurangan energi. Dikutip dari RTE News, sudah hampir enam bulan ini Mark masih belum bisa beraktivitas normal.


Meski pernapasannya baik, tetapi dirinya tidak bisa bernapas cepat seperti kebanyakan orang. Jika terlalu lelah, ia bisa lemas dan kehabisan napas.


Sebelum terinfeksi COVID-19, Mark mengatakan dirinya tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasari atau komorbid. Ia merasa tubuhnya fit, kuat, dan sehat, tapi tidak tahu kapan ia tertular virus tersebut.

https://indomovie28.net/once-upon-a-time-in-china/


Gejala hingga Pencegahan Thalassemia, Penyakit Genetik yang Tak Bisa Sembuh


Penyakit thalassemia mungkin jarang didengar oleh sebagian orang tua. Namun, ternyata penyakit ini cukup umum dihadapi anak-anak Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan RI 2019 lalu, menunjukkan Indonesia masuk ke negara populasi karier thalassemia tertinggi. Bahayanya, penyakit ini bisa datang tanpa gejala.


Prof Dr dr Pustika Amalia Wahidayat, SpA menjelaskan kondisi thalassemia adalah kelainan sel darah merah akibat abnormalitas genetik, diturunkan orang tua kepada anaknya.


"Sel darah manusia terbentuk dari molekul hemoglobin (Hb) yang berfungsi membawa oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Pada kondisi thalassemia, satu atau lebih rantai pembentuk hemoglobin tidak terbentuk sempurna, sehingga sel darah merah mudah pecah. Akibatnya, anak akan mengalami anemia," ungkap Prof Pustika, dikutip dari HaiBunda pada Rabu (30/9/2020).


Apa saja gejala thalassemia?

Gejala thalassemia bisa dikenali dari wajah yang pucat dan pembengkakan limpa dan hati. Pembengkakan ini bisa dilihat dari bagian perut yang membesar. Mengapa sih hal tersebut bisa terjadi?


"Pembengkakan limpa dan hati ini sebagai akibat dari proses pembentukan darah yang banyak, sehingga limpa dan hati dibuat terus bekerja. Jika dibiarkan, maka bentuk tulang wajah akan berubah dan warna kulit akan menghitam," lanjutnya.


Thalassemia terbagi dua jenis

Thalassemia memiliki dua jenis yaitu thalassemia minor dan mayor. Menurut Pustika, individu dengan thalassemia minor tidak bergejala atau menunjukkan gejala anemia yang ringan.


"Namun besar kemungkinannya akan menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya," jelasnya.


Sedangkan untuk thalassemia mayor, umumnya anak mengalami kerusakan sel darah merah serius sehingga transfusi darah harus dilakukan seumur hidup. Kondisi anemia yang dialami oleh anak akan membuat tubuh kekurangan oksigen sehingga tumbuh kembang anak menjadi terganggu dan dapat menyebabkan gagal jantung. Kondisi gagal jantung terjadi akibat beban ekstra yang harus dikerjakan oleh jantung.

https://indomovie28.net/paradise-2/

Pro-kontra Bangku Kosong untuk Menkes Terawan

 Banyak pihak mempertanyakan keberadaan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang jarang tampil di depan publik selama pandemi virus Corona COVID-19. 'Bangku kosong' yang dihadirkan Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.

Oleh Najwa, bangku kosong tersebut disiapkan untuk Menkes Terawan yang menurutnya sudah berulang kali diundang namun tidak pernah hadir. Karena Terawan tidak hadir, Najwa menyampaikan beberapa pertanyaan terkait pandemi COVID-19 ke bangku kosong tersebut.


Najwa juga menyinggung deretan menteri kesehatan di berbagai negara yang mundur karena dinilai gagal mengatasi pandemi virus Corona. Di antaranya menteri kesehatan Selandia Baru, Ceko, dan Brasil.


"Pak Terawan semestinya adalah orang yang paling gencar menyuarakan kepentingan kesehatan," kata Najwa.


Beragam respons bermunculan. Ada yang menyebut sentilan Najwa sebagai bentuk bullying terhadap Terawan, tetapi tidak sedikit pula yang merasa terwakili oleh pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan Najwa.


Faktanya, Terawan belakangan ini sangat jarang tampil di depan publik untuk menyampaikan perkembangan situasi pandemi. Setidaknya, dibandingkan pada masa-masa awal pandemi ketika celetukan-celetukan Terawan sering jadi kontroversi.


Perlukah Terawan tampil menjawab rasa penasaran publik, atau lebih baik fokus saja mengerjakan tugasnya di balik layar? Tuliskan pendapat di komentar.

https://indomovie28.net/the-way-we-dance-2/


Terinfeksi COVID-19, Pria Ini Divonis Kemungkinan Hidupnya 5 Persen Lagi


 Laporan terkait efek jangka panjang akibat COVID-19 yang dialami pasien yang sudah sembuh sampai saat ini masih terus berdatangan. Mulai dari sesak napas hingga kelelahan yang berkepanjangan.

Hal ini juga dialami pria bernama Mark Burke dari Dublin, pasca dirinya sembuh dari infeksi Corona yang dialaminya pada Maret lalu. Bahkan sampai saat ini, Mark masih belum bisa melakukan pekerjaannya seharian penuh seperti sebelumnya.


Awalnya pria yang berusia 47 tahun ini merasa tidak enak badan dan suhu tubuhnya tinggi pada Maret lalu. Setelah diperiksa di Rumah Sakit St Vincent di Dublin, ia didiagnosis mengalami pneumonia ganda dan dalam waktu 36 jam akan dipindah ke ruangan ICU dilengkapi dengan ventilator dalam keadaan koma.


Setelah seminggu di ICU, dokter mengatakan persentase Mark bisa bertahan hidup hanya 5 persen. Ia mengalami komplikasi serius yang berkaitan dengan virus Corona, dan mungkin hidupnya kurang dari 24 jam.


Namun, sebuah keajaiban terjadi karena Mark berhasil melewati masa kritisnya. Mark mengatakan tim rumah sakit memberikannya beberapa jenis perawatan dan obat-obatan yang membuatnya cukup kuat untuk melepas ventilator dan masa komanya pada 10 April 2020.


Setelah sembuh, Mark mengatakan sampai saat ini ia masih merasa kelelahan dan kekurangan energi. Dikutip dari RTE News, sudah hampir enam bulan ini Mark masih belum bisa beraktivitas normal.


Meski pernapasannya baik, tetapi dirinya tidak bisa bernapas cepat seperti kebanyakan orang. Jika terlalu lelah, ia bisa lemas dan kehabisan napas.


Sebelum terinfeksi COVID-19, Mark mengatakan dirinya tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasari atau komorbid. Ia merasa tubuhnya fit, kuat, dan sehat, tapi tidak tahu kapan ia tertular virus tersebut.

https://indomovie28.net/sex-tape-2/