Banyak pihak mempertanyakan keberadaan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang jarang tampil di depan publik selama pandemi virus Corona COVID-19. 'Bangku kosong' yang dihadirkan Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.
Oleh Najwa, bangku kosong tersebut disiapkan untuk Menkes Terawan yang menurutnya sudah berulang kali diundang namun tidak pernah hadir. Karena Terawan tidak hadir, Najwa menyampaikan beberapa pertanyaan terkait pandemi COVID-19 ke bangku kosong tersebut.
Najwa juga menyinggung deretan menteri kesehatan di berbagai negara yang mundur karena dinilai gagal mengatasi pandemi virus Corona. Di antaranya menteri kesehatan Selandia Baru, Ceko, dan Brasil.
"Pak Terawan semestinya adalah orang yang paling gencar menyuarakan kepentingan kesehatan," kata Najwa.
Beragam respons bermunculan. Ada yang menyebut sentilan Najwa sebagai bentuk bullying terhadap Terawan, tetapi tidak sedikit pula yang merasa terwakili oleh pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan Najwa.
Faktanya, Terawan belakangan ini sangat jarang tampil di depan publik untuk menyampaikan perkembangan situasi pandemi. Setidaknya, dibandingkan pada masa-masa awal pandemi ketika celetukan-celetukan Terawan sering jadi kontroversi.
Perlukah Terawan tampil menjawab rasa penasaran publik, atau lebih baik fokus saja mengerjakan tugasnya di balik layar? Tuliskan pendapat di komentar.
https://indomovie28.net/the-way-we-dance-2/
Terinfeksi COVID-19, Pria Ini Divonis Kemungkinan Hidupnya 5 Persen Lagi
Laporan terkait efek jangka panjang akibat COVID-19 yang dialami pasien yang sudah sembuh sampai saat ini masih terus berdatangan. Mulai dari sesak napas hingga kelelahan yang berkepanjangan.
Hal ini juga dialami pria bernama Mark Burke dari Dublin, pasca dirinya sembuh dari infeksi Corona yang dialaminya pada Maret lalu. Bahkan sampai saat ini, Mark masih belum bisa melakukan pekerjaannya seharian penuh seperti sebelumnya.
Awalnya pria yang berusia 47 tahun ini merasa tidak enak badan dan suhu tubuhnya tinggi pada Maret lalu. Setelah diperiksa di Rumah Sakit St Vincent di Dublin, ia didiagnosis mengalami pneumonia ganda dan dalam waktu 36 jam akan dipindah ke ruangan ICU dilengkapi dengan ventilator dalam keadaan koma.
Setelah seminggu di ICU, dokter mengatakan persentase Mark bisa bertahan hidup hanya 5 persen. Ia mengalami komplikasi serius yang berkaitan dengan virus Corona, dan mungkin hidupnya kurang dari 24 jam.
Namun, sebuah keajaiban terjadi karena Mark berhasil melewati masa kritisnya. Mark mengatakan tim rumah sakit memberikannya beberapa jenis perawatan dan obat-obatan yang membuatnya cukup kuat untuk melepas ventilator dan masa komanya pada 10 April 2020.
Setelah sembuh, Mark mengatakan sampai saat ini ia masih merasa kelelahan dan kekurangan energi. Dikutip dari RTE News, sudah hampir enam bulan ini Mark masih belum bisa beraktivitas normal.
Meski pernapasannya baik, tetapi dirinya tidak bisa bernapas cepat seperti kebanyakan orang. Jika terlalu lelah, ia bisa lemas dan kehabisan napas.
Sebelum terinfeksi COVID-19, Mark mengatakan dirinya tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasari atau komorbid. Ia merasa tubuhnya fit, kuat, dan sehat, tapi tidak tahu kapan ia tertular virus tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar