Kasus infeksi virus Corona COVID-19 masih terjadi di DKI Jakarta. Dari Institusi pemerintah, pendidikan, hingga penegak hukum pun turut serta dalam menyumbang kasus COVID-19 di ibu kota.
Berdasarkan data corona.jakarta.go.id pada 14-23 Oktober, terdapat puluhan klaster Corona di Jakarta yang masih memiliki kasus aktif atau pasien yang masih membutuhkan perawatan.
Klaster Corona yang memiliki kasus aktif paling banyak saat ini di Jakarta adalah klaster sekolah asrama Perguruan Tinggi Ilmu Quran (PTIQ), yakni sebanyak 232 orang.
Selanjutnya, di posisi kedua ada klaster pesantren Ciganjur Jagakarsa dengan total kasus aktif sebanyak 87 orang. Disusul klaster Polda Metro Jaya sebanyak 56 orang.
Sebanyak tiga lapas atau rutan di Jakarta pun masuk dalam daftar sepuluh besar klaster Corona dengan kasus aktif terbanyak, yakni klaster tahanan Polda Metro Jaya sebanyak 50 orang, tahanan Polsek Kalideres 36 orang, dan rutan Cipinang 24 orang.
Berikut daftar 10 besar klaster Corona dengan kasus aktif terbanyak di Jakarta pada 14-23 Oktober, dikutip dari data corona.jakarta.id.
Klaster sekolah asrama PTIQ: 232 orang
Klaster pesantren Ciganjur Jagakarsa: 87 orang
Klaster Polda Metro Jaya: 56 orang
Klaster tahanan Polda Metro Jaya: 50 orang
Klaster tahanan Polsek Kalideres: 36 orang
Klaster warga jalan Antasari RT 10/01 Cilandak Barat: 28 orang
Klaster Vers Lite Keikyu Hotel: 24 orang
Klaster rutan Cipinang: 24 orang
Klaster panti asuhan PSTW Budi Mulia 2 Cilandak: 22 orang
Klaster swasta PT PGN: 19 orang
Diketahui hingga saat ini, Senin (26/10/2020) siang, total kasus Corona di DKI Jakarta sudah mencapai 100.991 kasus. Sementara pasien sembuh sebanyak 86.815 orang dan 2.164 lainnya meninggal dunia.
https://indomovie28.net/lady-dynasty-2015/
Hal yang Membuat Pandemi COVID-19 Semakin Lama Meski Sudah Ada Vaksin
Jumlah kasus COVID-19 di dunia masih melonjak. Namun, banyak negara tengah berlomba mengembangkan vaksin COVID-19, beberapa di antaranya bahkan rencananya siap diberikan beberapa bulan ke depan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan seluruh negara ikut dalam solidaritas global terkait vaksin COVID-19. Artinya, berbagi vaksin COVID-19 pada beberapa negara miskin yang memang kesulitan mendapat akses vaksin.
"Wajar jika negara ingin melindungi warganya sendiri terlebih dahulu, tetapi jika dan ketika kami memiliki vaksin yang efektif, kami juga harus menggunakannya secara efektif," jelas Tedros, dikutip dari Channel News Asia.
"Dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memvaksinasi beberapa orang di semua negara daripada semua orang di beberapa negara," tegasnya.
Pemberian vaksin COVID-19 yang membuat pandemi semakin lama
Tedros menilai, pemberian vaksin COVID-19 pada beberapa negara saja, tak akan membuat pandemi lantas berakhir, malah memperpanjang waktu pandemi. Mengapa begitu?
"Biar saya perjelas: nasionalisme vaksin akan memperpanjang pandemi, bukan memperpendeknya," kata dia.
Lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi
WHO pada hari Minggu melaporkan rekor infeksi baru di hari ketiga berturut-turut di seluruh dunia. Tedros menegaskan negara-negara untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah penyebaran COVID-19.
WHO mencatat 465.319 kasus pada hari Sabtu saja. Setengah dari kasus COVID-19 tersebut berada di Eropa.
"Ini adalah momen berbahaya bagi banyak negara di belahan bumi utara karena kasus melonjak," kata Tedros.