Sebuah studi baru di Fakultas Kedokteran Universitas Miami Miller menemukan potensi dampak COVID-19, terhadap kesuburan pria dan penyakit menular seksual. Para peneliti melihat jaringan saat mengotopsi enam jenazah pasien COVID-19 dan menemukan virus tersebut masih ada di testis mereka.
Selain itu, para peneliti juga menemukan COVID-19 pada testis pasien pria yang berusia 28 tahun. Ia sempat terinfeksi COVID-19 dan sudah sembuh tanpa menunjukkan adanya gejala.
"Kami juga mengidentifikasi keberadaan virus pada seorang pria yang menjalani biopsi testis terkait kemandulan, tapi memiliki riwayat COVID-19 sebelumnya," kata Dr Ranjith Ramasamy yang merupakan profesor dan direktur urologi reproduksi di Militer School, dikutip dari New York Post, Rabu (11/11/2020).
"Jadi pasien dinyatakan negatif dan tidak menunjukkan gejala setelah terkena COVID-19, tetapi masih menunjukkan adanya virus di dalam testis. Penemuan ini baru, luar biasa, dan tentunya layak untuk dieksplorasi lebih lanjut," lanjutnya.
Penelitian tersebut juga mempertanyakan berapa banyak virus yang perlu ada di testis untuk dideteksi dalam air mani dan yang menyebabkannya bisa ditularkan secara seksual.
"Saya cukup yakin, 20-30 persen pria akan mengalami semacam gangguan kesuburan di masa depan," kata Dr Ramasamy.
Untuk memahami sepenuhnya tentang hal ini, harus dilakukan lebih banyak penelitian. Hal ini untuk mengetahui bagaimana jaringan testis merespons COVID-19. Dr Ramasamy juga merekomendasikan pria dari segala usia yang terinfeksi COVID-19 dan mengalami nyeri testis harus menemui ahli urologi.
"Nyeri testis bersama gejala lain bisa menjadi tanda bahwa COVID-19 telah memasuki testis, dan jika pria memikirkan tentang kesuburan dan/atau testosteron rendah, baik saat ini atau di masa depan. Mereka juga harus memeriksakan kadar testosteron mereka dengan darah," menurut Dr Ramasamy.
https://cinemamovie28.com/movies/shutter-island/
Cuma 100 Orang per Tahun, RI Kekurangan Pendonor Mata
Penglihatan adalah anugerah yang indah dari Tuhan untuk manusia. Tak semua orang mendapatkan berkat penglihatan normal, sehingga tidak bisa menatap cantiknya dunia. Berangkat dari kepedulian terhadap orang-orang yang mengalami masalah penglihatan, lembaga nonprofit Lion Eye Bank Jakarta (LEBJ) berdiri dua tahun silam. LEBJ berperan menjembatani antara pendonor kornea mata dengan penerima donor.
Ketua Pengawas LEBJ dr. Johan Arif Hutauruk SpM (K) menyampaikan kerusakan kornea merupakan penyebab kebutaan terbesar nomor empat di Indonesia. Ia menyebutkan ada sekitar 275 ribu orang buta akibat kornea rusak karena infeksi atau kecelakaan. Masalahnya, kerusakan kornea tidak dapat disembuhkan dan sulit untuk mencari pendonornya.
"kalau orang matanya katarak hari ini datang minta dioperasi, bisa langsung melihat lagi. Tapi kalau orang yang buta karena kornea rusak, dia mau cangkok kornea, tidak ada korneanya. Jadi kita (LEBJ) hadir untuk membantu," kata dr.Johan saat dihubungi detikcom, Rabu (11/11/2020).
Namun, disampaikan dr.Johan, masih sedikit orang di Indonesia yang tergerak untuk mendonorkan kornea mata. Berbanding terbalik dengan Amerika Serikat yang tahun lalu memiliki 85.601 pendonor kornea, Indonesia hanya mendapatkan 100 donor kornea mata di 2019.
Menurut dr. Johan, minimnya jumlah transplantasi kornea terjadi karena sedikit sekali orang yang mengetahui adanya lembaga bank mata di Indonesia. Selain itu, pemahaman tentang donor kornea di masyarakat Indonesia tergolong rendah.
"Orang nggak tahu bahwa saat dia meninggal korneanya bisa diberikan ke bank mata untuk menolong orang. Kalau bank darah kan orang sudah tahu. Kalau ini bank mata nggak ada yang tahu," ulas Johan.
Selain itu, lanjut Johan, banyak orang yang takut mendonorkan kornea matanya karena khawatir jika matanya tidak lengkap, maka akan mengalami kebutaan di surga nanti. Ada pula pemahaman keliru ihwal orang yang mendonorkan kornea mata akan diambil keseluruhan bola matanya.
Kepala LEBJ dr. Sharita R. Siregar SpM (K) menimpali, kornea mata hanyalah bagian terluar di bola mata yang bentuknya lebih kurang sama dengan lensa kontak. Ukurannya sangat tipis dan berwarna bening.
"Kornea itu benar-benar kayak lensa kontak, tipis, dan dia itu paling depan. Jadi yang diambil bukan satu bola mata, tapi cuma sebagian kecil aja dari bola mata," jelas dr. Sharita.