Senin, 07 Desember 2020

Jika Tak Ada Pandemi, Bisakah Golden Truly Tetap Bertahan?

 Pandemi COVID-19 dianggap menjadi penyebab utama dari tutupnya Golden Truly. Namun jika saja pandemi ini tidak ada apakah mall dan department store yang sudah eksis sejak tahun 1980-an itu bisa bertahan?

Executive Director Retailer Services Nielsen Indonesia Yongky Susilo menilai sangat bisa. Sebab Golden Truly masih memiliki pelanggan setianya yang merasa memiliki hubungan kenangan. Selain itu Golden Truly juga memiliki pelanggan dari masyarakat di sekitar tokonya.


"Kalau COVID-19 ini nggak ada tentu masih bisa bertahan. Dia itu kan pasarnya sedikit berbeda. Dia itu neightborhood mall. Jadi sebenarnya di Gunung Sahari itu lumayan untuk masyarakat sekitar situ dan masih ada loh orang ke situ untuk makan," terangnya kepada detikcom, Minggu (6/12/2020).


"Namanya sekarang memang sudah tidak terlalu wow, tapi cukup dikenal untuk orang di sekitar situ," tuturnya.


Dengan modal itu, menurut Yongki seharusnya Golden Truly masih bisa bertahan. Namun sebagai perusahaan yang sudah beropeasi puluhan tahun, ada kemungkinan sang pemilik sudah ingin 'pensiun'. Apalagi dengan kondisi saat ini.


Golden Truly sendiri bisa dibilang merupakan salah satu pionir swalayan di Indonesia. Perusahaan itu sudah mendirikan swalayan jauh sebelum toko-toko swalayan yang ada saat ini.


Namun menurut Yongki si 'Pionir' ini kurang dalam hal ekspansi. Perusahaan pun akhirnya beralih bisnis menjadi fashion department store dan mall.


Sebagai pionir, Golden Truly sebenarnya masih bisa bertahan. Sebab masih ada pelanggan setianya yang merasa memiliki hubungan kenangan. Selain itu Golden Truly juga memiliki pelanggan dari masyarakat di sekitar tokonya.


Nah menurut Yongki musabab dari tutupnya Golden Truly tidak lain dan tidak bukan adalah pandemi COVID-19. Nama perusahaan yang kian tenggelam diperparah dengan adanya pembatasan sosial dan kondisi ekonomi yang memburuk.


"Jadi mau nggak mau susah bertahan karena cashflow-nya habis, nggak bisa bertahan lagi dia, dan kedua kalau mau bertahan kan ke depan musti punya planning lagi," terangnya.

https://movieon28.com/movies/the-forbidden-legend-sex-chopsticks/


Soal Bansos COVID, Faisal Basri: Bantuan Tunai Lebih Baik dari Sembako


Ekonom senior Faisal Basri menyebut program bantuan sosial dalam bentuk tunai lebih baik ketimbang paket sembako. Bantuan ini tentu membantu penduduk yang terdampak COVID-19.

Pernyataan sudah diungkapkannya sejak lima bulan lalu atau pada awal-awal pemerintah mengalokasikan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk menangani pandemi COVID-19. Dia mengunggah penjelasannya di website pribadinya.


Mengutip faisalbasri.com, Minggu (6/12/2020), Faisal menyebut pemerintah menyalurkan paket sembako atau bantuan sosial (bansos) sembako senilai Rp 43,6 triliun ditambah sekitar Rp 25 triliun untuk pos logistik/pangan/ sembako sehingga totalnya non tunai mencapai Rp 68,6 triliun.


Menurut Faisal, dana sebesar Rp 68,6 triliun ini bisa lebih tepat sasaran jika dikonversi dalam bentuk uang tunai. Dia pun mengungkapkan beberapa alasannya jika bansos tunai lebih efektif dibandingkan sembako.


Pertama, dikatakan Faisal, kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda. Beras dan gula tidak cocok untuk penderita diabetes. Keluarga yang memiliki balita bisa membeli susu jika diberikan uang tunai. Selanjutnya, penerima juga lebih leluasa memilih barang yang hendak dibelinya sesuai kebutuhan.


"Keleluasaan memilih sirna karena isi paket sembako sama untuk seluruh penerima bantuan. Menurut teori mikroekonomi, pilihan yang lebih banyak akan memberikan kepuasaan lebih tinggi ketimbang bantuan barang," tulis Faisal Basri.


Alasan kedua, dikatakan Faisal, uang tunai bisa dibelanjakan di warung tetangga atau di pasar rakyat/tradisional sehingga perputaran uang di kalangan pengusaha kecil, mikro, dan ultra-mikro bertambah secara signifikan.


"Menambah panjang nafas mereka yang sudah tersengal-sengal diterpa wabah pandemik COVID-19. Maslahat yang diterima mereka lebih merata ketimbang lewat pengadaan terpusat," tulis Faisal.

https://movieon28.com/movies/the-piano/

Booming Vespa 'Bangke' Lebih Mahal dari Mobil Second, Musiman?

 Belakangan ini harga jual vespa melonjak drastis. Harga jual si besi tua ini bisa-bisa lebih mahal dibandingkan mobil-mobil second atau bekas produksi Jepang. Vespa tua yang berhasil direstorasi harganya bisa sampai puluhan hingga ratusan juta.

Tingginya harga jual vespa dikarenakan faktor keunikan, volume terbatas atau tidak ada produksi baru. Perlu diingat, harga jual vespa yang mahal ini setelah menjalani berbagai macam proses seperti restorasi.


Seperti yang dilakukan oleh Rista, seorang pemilik vespa PTS. Dia menceritakan harga vespa bahan atau 'bangke jenis PTS yang bisa mencapai Rp 20 juta. Kondisi bahan di sini tentunya beragam yang intinya butuh restorasi agar bisa terlihat seperti baru lagi.


Rista mengatakan, proses restorasi saat ini juga terdapat dua pilihan yaitu standar original keluaran pabrik atau kelas racing. Menurut dia, kedua kelompok restorasi ini sama-sama membutuhkan biaya yang tinggi.


"Waktu saya restorasi PTS ini, saya mau racing agar lebih kencang, pas di total habisnya Rp 90 juta lebih," kata dia saat berbincang dengan detikcom, Kamis (3/12/2020).


Dia mengungkapkan, tingginya biaya restorasi yang dikeluarkan karena spare part yang digunakan kebetulan berasal dari merk-merk top seperti Malossi hingga Polini yang mau tidak mau juga harus diimpor dari luar.


Dengan biaya restorasi yang mencapai Rp 90 juta inipun membuat harga jual vespa PTS miliknya bisa dijual di atas harga tersebut atau lebih mahal dari harga mobil-mobil second produk Jepang khusus keluarga jenis low multi purpose vehicle (MPV).

https://movieon28.com/movies/the-lover/


Sementara Aji, salah satu penghobi dan pembeli vespa menilai harga jual vespa yang tinggi pun tercipta karena pasarnya memang ada. Menurut dia, para penghobi atau para kolektor rela membeli skuter tua ini dengan harga mahal asal kondisinya benar-benar lengkap.


"Banyak dari kalangan macam-macam, dari anak SMA sampai bapak-bapak, sampai kalangan pengusaha dan pecinta motor klasik," ujarnya.


Namun demikian, apakah booming vespa ini hanya berlaku sementara?


Pemerhati marketing, Yuswohady mengatakan tingginya harga vespa serta bisnis turunan lainnya seperti restorasi akan terus berlanjut ke tahun-tahun depan. Menurut dia, faktor yang membuat tren harga vespa tua tinggi karena identitas brand-nya sudah terbentuk sejak lama.


Selain itu, dikatakan Yuswohady, nilai emosional yang dijual dalam setiap jenis vespa menjadi salah satu kunci masyarakat rela membayar tinggi untuk satu unit vespa.


"Seperti Harley sudah hampir 100 tahun, artinya identitasnya kuat, begitu juga vespa akan lama," kata dia.


Selain vespa, Yuswohady mengungkapkan ada beberapa bisnis restorasi yang saat ini bisa meningkat, seperti restorasi motor dan mobil jadul lainnya, serta yang baru-baru ini adalah sepeda klasik tahun 90-an.


"Kecenderungannya brand yang memiliki ketidaksamaannya atau different yang kuat dan dia hanya menarget pasar emosional bukan fungsional. Bisa karena nuansa lama bisa juga bangun identitas, jadi membuat unik itu bisa balik ke hal lama tapi juga membentuk identitas baru, jadi sebenarnya ekslusifitas," katanya.


Menurut dia, vespa dengan segala keunikan serta nilai emosional yang tinggi berbeda dengan produk-produk kekinian yang lebih kepada pasar oriented dan mengutamakan fungsional seperti mudah digunakan, irit, teknologi tinggi.


"Makanya kalau vespa dan Harley formatnya produk unik, konsumen fanatik, medianya komunitas, karena ingin mendapat pengakuan kelompok yang eksklusif. Maka penggunaannya juga bukan untuk sehari-hari, tapi ritual komunitas," ungkapnya.

https://movieon28.com/movies/belle-de-jour/