Senin, 07 Desember 2020

Mencari Resep Keluar dari Dampak Terburuk Gejolak Ekonomi Usai Pandemi

 Di tengah ketidakpastian global yang disebabkan oleh virus korona baru (COVID-19), korporasi di seluruh dunia mengambil kendali atas masa depan mereka sendiri. Mereka secara aktif mencari dan menangkap peluang bisnis baru sambil membentuk model operasi baru dan cara kerja baru.

Akselerasi transformasi digital selama pandemi mendorong perusahaan untuk melampaui batas-batas tradisional untuk menciptakan pasar yang sama sekali baru, serta penawaran nilai baru untuk pelanggan. Produk, layanan, dan cara perusahaan menjalankan bisnis berkembang dengan sangat cepat.


Terlepas dari dampak sosial dan ekonomi, krisis selalu melahirkan dunia baru dengan pemain serta pemimpin industri baru. Pandemi SARS yang dimulai pada tahun 2002 menjadi katalisator pertumbuhan meteorik dari sebuah perusahaan e-commerce kecil bernama Ali Baba menjadi pemain utama ritel online di Asia.


Krisis keuangan tahun 2008 memberi jalan bagi Airbnb dan Uber untuk berkembang di negara-begara barat karena krisis subprima (subprime crisis) berdampak pada tabungan dan pendapatan yang lebih rendah bagi masyarakat disana.


Hari ini sejarah berulang kembali. Maka pertanyaan terpenting saat ini adalah, kita akan jadi seperti apa di Dunia Pasca COVID-19 nanti?


"Kami berharap Asia Corporate Innovation Summit 2020 (ACIS 2020) akan dapat membantu para pelaku industri di Asia dalam menemukan strategi konkret untuk melewati pandemi dan mempercepat upaya mereka untuk memulihkan kinerja dan menciptakan masa depan perusahaan," begitu ungkap Indrawan Nugroho, CEO dan Co-founder CIAS yang juga berperan sebagai Chairman dari ACIS 2020.


ACIS 2020 diselenggarakan secara online di atas platform Hopin dari tanggal 24 hingga 26 November

2020. Event tahunan kali ini diikuti oleh 1541 peserta yang datang dari berbagai negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, India, Pakistan, Sudan, Australia, Italia, Jerman, Inggris, Polandia, Swedia, Amerika dan Kanada.


ACIS 2020 menghadirkan 18 pembicara kelas dunia, diantaranya Amit N. Kar, Director, Global Pursuits EMEA at AVEVA; Eng Teng Wong, Chief Revenue Ecosystem Implementation at Prudential Services Asia; Derek Williamson, former Vice President of Retail Sales at Siam City Cement; Lendi Yuwarlian, Innovation and Brand Lead at Nestle Canada.


Ada pula, Christophe Piganiol, President Director at APL (a member of ZUELLIG PHARMA); Arief Mustain, Director & Chief Strategy and Innovation Officer at Indosat Ooredoo; Rachmat Kaimuddin, Chief Executive Officer at Bukalapak; Salman Subakat, Chief Executive Officer at PARAGON; Michel Hamilton, Chief Strategy, Transformation & Digital Officer at Maybank

Indonesia; Edwin Sugianto, COO, CMO & Digital Transformation Champion at Mandiri AXA General Insurance; Teguh Wahyono, CTO and IT Director at PT Pegadaian; Sumarjono, Director of Strategic Planning and Information Technology at BPJS Ketenagakerjaan.


"Transformasi digital itu sangat penting saat ini, namun juga tidak mudah. Event seperti ini dimana para praktisi dar berbagai industri berbagi pengalaman konkret mereka, mampu memotong kurva pembelajaran kita secara signifikan," kata Teguh Wahyono, CTO and IT Director di PT Pegadaian.

https://movieon28.com/movies/body-of-evidence/


BUMN China Hadapi Gagal Bayar Obligasi


 Kepercayaan investor terhadap pasar obligasi terbesar di dunia, yaitu China tengah diuji. Lantaran, ada beberapa perusahaan milik pemerintahan China (BUMN China) yang belakangan ini justru mengajukan status gagal bayar utang.

Padahal, berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, awal tahun 2020 lalu, kasus gagal bayar utang China sempat mengalami penurunan sebanyak 20% atau menjadi 85,1 miliar Yuan setara US$ 13 miliar. Lantaran ditopang kebijakan pemerintah menanggulangi dampak pandemi COVID-19. Setidaknya, saat itu selusin korporasi berhasil lolos dari jeratan gagal bayar utang.


Akan tetapi, kasus gagal bayar utang di China kembali meningkat di paruh kedua tahun ini. Padahal, kasus gagal bayar di pasar obligasi China dianggap sebagai kejadian langka. Lantaran, obligasi di China kebanyakan dikeluarkan oleh para BUMN China tersebut, yang biasanya kerap menerima dana talangan dari pemerintah. Sehingga, dianggap para investor sangat minim risiko.


Nyatanya, kali ini kasus gagal bayar di pasar obligasi China justru berasal dari BUMN China, sedangkan kasus gagal bayar dari korporasi swasta justru mulai mereda akhir tahun ini.


Siapa saja BUMN China yang gagal bayar utang tersebut?


Lanjut ke halaman berikutnya>>>

https://movieon28.com/movies/match-point/

Soal Bansos COVID, Faisal Basri: Bantuan Tunai Lebih Baik dari Sembako

 Ekonom senior Faisal Basri menyebut program bantuan sosial dalam bentuk tunai lebih baik ketimbang paket sembako. Bantuan ini tentu membantu penduduk yang terdampak COVID-19.

Pernyataan sudah diungkapkannya sejak lima bulan lalu atau pada awal-awal pemerintah mengalokasikan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk menangani pandemi COVID-19. Dia mengunggah penjelasannya di website pribadinya.


Mengutip faisalbasri.com, Minggu (6/12/2020), Faisal menyebut pemerintah menyalurkan paket sembako atau bantuan sosial (bansos) sembako senilai Rp 43,6 triliun ditambah sekitar Rp 25 triliun untuk pos logistik/pangan/ sembako sehingga totalnya non tunai mencapai Rp 68,6 triliun.


Menurut Faisal, dana sebesar Rp 68,6 triliun ini bisa lebih tepat sasaran jika dikonversi dalam bentuk uang tunai. Dia pun mengungkapkan beberapa alasannya jika bansos tunai lebih efektif dibandingkan sembako.


Pertama, dikatakan Faisal, kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda. Beras dan gula tidak cocok untuk penderita diabetes. Keluarga yang memiliki balita bisa membeli susu jika diberikan uang tunai. Selanjutnya, penerima juga lebih leluasa memilih barang yang hendak dibelinya sesuai kebutuhan.


"Keleluasaan memilih sirna karena isi paket sembako sama untuk seluruh penerima bantuan. Menurut teori mikroekonomi, pilihan yang lebih banyak akan memberikan kepuasaan lebih tinggi ketimbang bantuan barang," tulis Faisal Basri.

https://movieon28.com/movies/the-piano-teacher/


Alasan kedua, dikatakan Faisal, uang tunai bisa dibelanjakan di warung tetangga atau di pasar rakyat/tradisional sehingga perputaran uang di kalangan pengusaha kecil, mikro, dan ultra-mikro bertambah secara signifikan.


"Menambah panjang nafas mereka yang sudah tersengal-sengal diterpa wabah pandemik COVID-19. Maslahat yang diterima mereka lebih merata ketimbang lewat pengadaan terpusat," tulis Faisal.


Ketiga, pengadaan sembako yang terpusat membutuhkan ongkos tambahan seperti untuk transportasi, pengemasan, petugas yang terlibat, serta beragam biaya administrasi dan pelaporan. Akibatnya, dikatakan Faisal akibatnya penerima tidak memperoleh penuh haknya dan tidak sebanyak dana yang dialokasikan.


"Semoga pemerintah segera mengoreksi mekanisme pemberian bantuan," tutup Faisal.


Perlu diketahui, KPK menerangkan korupsi terjadi pada program bansos berbentuk paket sembako dengan nilai kurang lebih Rp 5,9 triliun. Di dalamnya ada total 272 kontrak dan dilaksanakan sebanyak 2 periode.


Ketua KPK Firli Bahuri menjelaskan Juliari menunjuk Matheus Joko Santoso (MJS) dan Adi Wahyono (AW)sebagai pejabat pembuat komitmen dalam proyek bansos COVID-19 dengan cara penunjukan langsung rekanan. Di dalamnya, disebut ada kongkalikong penentuan fee untuk tiap paket bansos yang disalurkan.


Firli mengatakan, untuk fee tiap paket Bansos disepakati oleh Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono sebesar Rp 10 ribu per paket sembako dari nilai Rp 300 ribu per paket bantuan sosial. Keduanya melakukan kontrak pekerjaan dengan supplier yang salah satunya PT RPI yang diduga milik Matheus Joko Santoso.


"Selanjutnya, MJS dan AW pada bulan Mei sampai dengan November 2020 dibuatkan kontrak pekerjaan dengan beberapa supplier sebagai rekanan yang di antaranya AIM, HS dan juga PT RPI yang diduga milik MJS," papar Firli dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta Selatan, dini hari tadi.


Bila dilihat dari bentuk bansosnya, diketahui Kemensos melakukan penyaluran bansos sembako di kawasan Jabodetabek. Besarannya Rp 600 ribu per bulan, dibagi dalam dua paket sebesar Rp 300 ribu yang dibagikan per dua minggu sekali.


Bentuknya berupa paket yang berisi sembako yang terdiri dari kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat. Dari data Kemensos, per 3 Desember bansos jenis ini penyalurannya sudah mencapai 99,30% dari target.

https://movieon28.com/movies/matador/